Serang, 8 Muharram 1438/9 Oktober 2016 (MINA) – Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur mengatakan bahwa ilmu yang bermanfaat memiliki empat ciri khas.
Hal itu disampaikannya saat Tabligh Akbar bertema ‘Hijrah Menuju Kesatuan Umat dalam Mewujudkan Islam Rahmatan Lil’alamin dan Upaya Pembebasan Al-Aqsha’ di Masjid Raya Al-Bantani, Serang, Banten, Ahad (9/10).
“Ilmu yang bermanfaat itu memiliki empat ciri khas, pertama, mendekatkan diri kepada Allah, jika tidak mendekatkan diri kepada Allah, maka ilmu tersebut belum bermanfaat,” kata Imaam Yakhsyallah.
Kedua, kata Imaam Yakhsyallah, ilmu itu berguna bagi orang lain. Seseorang yang memiliki ilmu, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga bisa bermanfaat bagi orang lain.
Baca Juga: AWG Selenggarakan Webinar “Krisis Suriah dan Dampaknya bagi Palestina”
“Jika tidak bermanfaat bagi oranf lain, maka ilmu itu tidak bermanfaat,” ujarnya.
Lebih lanjut, Imaam Yakhsyallah menambahkan bahwa ciri ilmu bermanfaat yang ketiga adalah ilmu itu dilaksanakan, tidak hanya untuk diketahui semata.
“Ilmu yang tidak dilaksanakan maka itu bukan ilmu yang bermanfaat, itu justru ilmu yang sia-sia,” tegasnya.
Keempat, ilmu itu bisa menjadi solusi bagi problematika umat Islam. Salah satu problematika umat Islam saat ini adalah soal perpecahan, dengan ilmu yang bermanfaat, bisa menjadi solusi untuk menyatukan umat Islam.
Baca Juga: Puluhan WNI dari Suriah Tiba di Tanah Air
“Inilah empat ciri utama ilmu yang bermanfaat,” katanya.
Acara Tabligh Akbar diselenggarakan oleh Jamaah Muslimin (Hizbullah) didukung oleh Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), lembaga kemanusiaan Aqsha Working Group (AWG) Kantor Berita MINA (Mi’raj Islamic News Agency) dan Harian Republika.
Rangkaian acara Tabligh Akbar diawali dengan aksi Gerak Jalan Cinta Al-Aqsha sebagai wujud kepedulian terhadap kondisi terkini Masjid Al-Aqsha yang masih di bawah pendudukan Israel. (L/P011/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Menag Sayangkan Banyak yang Ngaku Ulama tapi Minim Pengetahuan