INSINYUR WANITA ARAB PERTAMA DI PEMBANGKIT ENERGI RAKSASA

JUMANA ALMUZEL
Perempuan Arab Saudi bekerja di pusat pengolahan bisnis perempuan di Riyadh (inset: Jumana Almuzel). (Foto: Saudi Gazette)
Perempuan Arab Saudi bekerja di pusat pengolahan bisnis perempuan di Riyadh (inset: Jumana Almuzel). (Foto: Saudi Gazette)

Riyadh, 17 Dzulhijjah 1435/11 Oktober 2014 (MINA) – Arab Saudi, negara di mana hanya sekelompok kecil wanita yang bekerja, seorang insinyur perempuan bernama Jumana Almuzel, bekerja di pembangkit energi gas raksasa.

Almuzel yang berjilbab dan berkacamata, sekali dua kali mengarahkan rekan-rekan kerja prianya di lantai pabrik fasilitas turbin gas GE, Saudi Gazette melaporkan Sabtu (11/10) yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Dia adalah satu-satunya perempuan yang bekerja bersama rekan-rekan prianya di pembangkit energi gas raksasa provinsi bagian timur Arab Saudi.

Baca Juga:  Mau Dapat Ridha Allah, Ini Panduan Berhias Bagi Muslimah

“Ketika saya datang ke lantai pabrik tempat saya bekerja, orang-orang datang ke samping saya dan mereka mengajukan beberapa pertanyaan,” kata Almuzel, seorang insinyur mekanik lulusan Amerika Serikat.

“Kami saling membantu dan mereka dapat melihat bahwa saya mampu memahami mekanisme di balik komponen yang kami kerjakan,” tuturnya.

Status Almuzel ini adalah perubahan besar bagi sebuah negara di mana pemisahan gender adalah norma, dan hanya satu dari lima wanita yang bekerja.

Tapi perubahan sedang terjadi di Kerajaan, dan itu didukung oleh penguasa tertinggi, Penjaga Dua Masjid Suci, Raja Abdullah.

Dengan sekitar 8 juta pekerja asing di negara itu, para pejabat Arab Saudi mengatakan ada ketergantungan yang berlebihan pada tenaga kerja asing. Salah satu langkah untuk mengatasi masalah itu adalah memasukkan perempuan bangsa sendiri ke dunia kerja.

Baca Juga:  Mau Dapat Ridha Allah, Ini Panduan Berhias Bagi Muslimah

Sebuah pusat bisnis dengan semua pekerjanya perempuan, kini telah dibuka di Riyadh, dengan rencana mempekerjakan lebih dari 3.000 wanita.

Namun demikian, masih banyak perempuan pengangguran berpendidikan tinggi, seperti yang dikatakan Khalid Al-Falih, CEO perusahaan energi raksasa Saudi, Aramco.

“Lebih 50%  dari perempuan yang menganggur menyandang gelar universitas, dan itu terjadi karena lingkungan kerja tidak tersedia,” katanya.

Sementara itu, perusahaan komunikasi India,  dari holding Tata, telah mendirikan sebuah call center di Arab Saudi yang semuanya pekerjanya perempuan. (T/P001/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0