Teheran, MINA – Seorang pejabat di Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran (SNSC) menolak laporan oleh kantor berita Reuters, yang mengklaim korban jiwa sekitar 1.500 orang selama kerusuhan baru-baru ini terkait kenaikan harga bahan bakar.
Kantor berita yang berbasis di London itu mengatakan dalam sebuah laporan pada Senin (23/12), “Sekitar 1.500 orang tewas selama kurang dari dua pekan kerusuhan yang dimulai pada 15 November, termasuk setidaknya 17 remaja dan sekitar 400 wanita serta beberapa anggota pasukan keamanan dan polisi.”
Reuters mengklaim bahwa angka-angka itu diberikan oleh “tiga pejabat kementerian dalam negeri Iran” tanpa penjelasan lebih lanjut atau menyebut nama mereka, demikian Press TV melaporkan.
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Tasnim, Kepala Sekretariat Informasi dan Komunikasi SNSC Alireza Zarifian Yeganeh membantah laporan Reuters dan mengatakan, klaim semacam itu didasarkan pada “propaganda palsu.”
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
“Jenis penulisan berita dan tuduhan semacam itu bukanlah tugas yang rumit. Klaim-klaim ini diratakan berdasarkan serangkaian perang psikologis yang sudah direncanakan sebelumnya dan kurangnya kredibilitas,” kata Yeganeh.
“Demonstrasi yang dilakukan Reuters dalam laporannya sama sekali tidak berharga, tidak hanya dalam hal masalah keamanan dan intelijen tetapi juga di bidang berita dan media, dan akan merusak kredibilitas lembaga ini yang sudah ternoda,” imbuhnya.
Pemerintah Iran menaikkan harga bensin bulan lalu untuk memoderasi tingkat konsumsi nasional, yang mencapai 110 juta liter per hari, 40 juta liter per hari di atas persyaratan domestik maksimum.
Langkah ini memicu beberapa protes damai, tetapi penyulut kerusuhan mengambil keuntungan dari situasi tersebut. Kerusuhan dengan cepat terjadi, menghancurkan properti publik, membakar bank dan pom bensin di antara fasilitas lainnya, dan melempari orang-orang dan pasukan keamanan. (T/RI-1/R06)
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Mi’raj News Agency (MINA)