Oleh Panji Ahmad, S. Kom*
Pagi tanggal 29 Juli 2018, suasana di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) seperti tempat-tempat lain. Namun gempa berkekuatan 6,4 skala richter mengubah segalanya. Sejauh mata memandang yang sebelumnya gedung-gedung dan rumah memenuhi seisi mata, sekarang rata seluruhnya dengan tanah.
Gempad dahsyat itu tak pelak mengundang perhatian iba dari seluruh manusia di segala penjuru bumi nusantara, lalu berbondonglah berbagai lembaga pemerintah dan organisasi-organisasi kemanusian untuk menolong saudara sebangsanya yang sedang ditimpa oleh bencana gempa.
Berangkat dari sebuah hadis yang diriwatakan oleh Muslim, Abu Daud dan Trimidzi, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda “Sesungguhnya Allah akan menolong seorang hamba-Nya selama hamba itu menolong orang lain.”
Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah
Atas dasar hadis di atas, maka Ukhuwah Al Fatah Rescue (UAR) dan Medical Emergency Rescue-Committee (MER-C) memberangkatkan timnya untuk membantu meringankan beban musibah yang diderita saudara sebangsanya yang sedang berkabung atas musibah yang dialami.
Sekitar 80 persen penduduk pulau Lombok adalah suku Sasak, dan memeluk agama Islam. Sisanya sekirar 15 persen warga Lombok beragama Hindu. Mereka yang beragama Hindu ini adalah orang-orang yang keturunan Bali. Sementara sisa lainnya adalah warga yang menganut Kristen, Buddha dan agama lainnya.
Islam menjadi pilihan jalan hidup oleh mayoritas di Indonesia dan menjadi mayoritas Agama yang dianut maysarakat di Pulau Lombok, namun dengan banyaknya umat Islam, tak membuat mereka memanfaatkan celah kesedihan warga Lombok untuk melakukan proselitisme.
Proselitisme adalah sikap meyakinkan orang lain akan sebuah kepercayaan atau opini. Biasanya kata ini sering digunakan dalam konteks agama atau kepercayaan. Tapi tak jarang digunakan dalam konteks makanan.
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Allah Ta’ala mengajarkan kepada seluruh hambanya untuk tidak melakukan tindakan proselitisme, Allah Ta’ala memberikan edukasi kepada seluruh hambanya, melalui Firman-Nya “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (Qs. Al Baqarah [2]: 256)
Tindakan yang menyalahi aturan ketika sikap proselitisme menjalar di saat keadaan masyarakat berkabung atas musibah gempa di Lombok. Umat Islam, umat yang terdidik dan profesional tidak melakukan hal tersebut sesuai ajaran Rabbnya, Tuhan yang Maha Pemberi Hidayah.
Sempat viral di media sosial berupa salinan video kegiatan yang dilakukan aktivis relawan kemanusiaan di Lombok yang diwarnai aksi yang diduga mirip kegiatan pembaptisan.
Dalam video tersebut, terlihat seorang wanita dewasa mengenakan jaket merah yang dianggap termasuk dari suatu LSM, melakukan mencipratkan air (pembaptisan) kepada warga Lombok yang sedang terhimpit oleh keadaan yang mencekam.
Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengimbau agar misi kemanusiaan tidak dicampuri dengan propaganda agama atau gerakan pemurtadan.
“Misi kemanusiaan agar steril dari gerakan pemurtadan atau menyebarkan agama yang berbeda dengan yang dianut masyarakat terdampak bencana,” katanya, Senin (3/9).
Humanitarian Forum Indonesia yang berafiliasi dari berbagai ajaran agama mengeluarkan enam poin imbauan kepada seluruh para pekerja dan relawan kemanusiaan yang membantu korban bencana di Lombok, dua di antaranya adalah :
Pertama, menjunjung kode etik dasar kemanusiaan (The Humanitarian Principles), yang meliputi Humanity (Kemanusiaan), Impartiality (Ketidakberpihakan), Neutrality (Netralitas), Independency (Independensi), dan Transparancy (Keterbukaan).
Baca Juga: Selamatkan Palestina sebagai Tanggung Jawab Kemanusiaan Global
Kedua, menjunjung prinsip-prinsip akuntabilitas kemanusiaan yang salah satunya adalah nonproselitisme (tidak menyebarkan keyakinan/agama) yang berbeda dari keyakinan yang dianut oleh penyintas.
Atas dasar imbauan tersebut, Menteri Agama Lukman Hakim ingin menegaskan kembali kepada semua pihak untuk benar-benar memperhatikan imbauan yang disampaikan Humanitarian Forum Indonesia dan menjadi perhatian bersama.
Menolonglah tanpa pamrih, membantulah tanpa melakukan proselitisme, dan sesungguhnya Islam telah mengajarkan arti kemanusiaan yang sesungguhnya. (A/R06/RS3)
*Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Fatah dan Penyiar Radio Silaturahim (Rasil)
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Mi’raj News Agency (MINA)