KARENA IMANNYA, MUALLAF INDAH DICULIK, DIPERKOSA, DAN NYARIS GILA

Ilustrasi
Ilustrasi

Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Indah Hutabarat (nama masa lalunya sebelum memeluk Islam) tak pernah menyesali keputusannya untuk hijrah memeluk Islam, meski kemudian badai ujian menerpanya bertubi-tubi. Namun ujian dan musibah yang harus diterimanya, justeru kian menguatkan iman dan Islamnya.

Gadis Batak ini dilahirkan 26 tahun silam di Simalungun, Sumatera Utara. Ia dibesarkan dalam keluarga besar Kristen Protestan yang taat.

Setelah keislamannya, Indah dipaksa pulang kembali oleh keluarga besarnya dan dibaptis ulang.

“Saya berupaya membujuk opung (neneknya) sampai akhirnya beliau mau mengantarkan saya pergi naik bis dan memberikan ongkos. Saya pun kembali ke Riau, pihak Muslim di sana meminta perlindungan dari aparat. Alhamdulillah selama setahun tidak terjadi apa-apa,” ungkap Indah kepada aktivis Infaq Dakwah Center yang berkunjung ke kontrakannya beberapa bulan yang lalu.

Diculik pria tak dikenal

Pada akhir 2006, dua orang lelaki menculiknya. Pihak keluarga besarnya yang Kristen diduga terlibat dalam upaya penculikan ini.

“Waktu itu saya tinggal di rumah guru SMA yang menjadi ayah angkat saya. Habis Magrib saya pulang dari les berjalan kaki. Ada satu kendaraan motor dengan dua orang ngikutin saya dari belakang. Tiba-tiba mereka langsung menyergap saya, saya pingsan tak sadarkan diri. Waktu sadar itu sudah berada di satu ruangan sebuah gubuk, kondisinya sudah malam, jilbab saya sudah dilepas,” tuturnya.

Dalam keadaan setengah sadar Indah akan dibawa pergi menggunakan motor. Beruntung ia bisa kabur dengan menghajar kepala sang pengendara motor menggunakan botol minuman yang berada di kantong sakunya.

Baca Juga:  Menelusuri Museum Al-Quran dan Wahyu di Kawasan Budaya Hira Makkah

“Saya ambil (botol) lalu saya pukul kepala orang itu, kita semua jatuh dari motor. Saya langsung kabur sampai menemukan rumah penduduk dan minta tolong, sampai di rumah itu saya tidak sadar lagi. Ketika tersadar ternyata saya sudah ada di rumah sakit,” ungkapnya.

Paska penculikan pertama, hidup Indah berjalan normal, namun geraknya dibatasi oleh orang tua angkat Muslimnya agar selamat. Ia pun bisa lulus SMA dengan baik, meski dalam situasi yang mencekam.

Setamat SMA, Indah mendapat bantuan pendidikan dari takmir masjid yang dulu mengislamkannya. Ia mengikuti UMPTN dan diterima di Universitas Negeri Padang (UNP).

 

Ilustrasi
Ilustrasi

Dinodai bergilir karena tak mau kembali Kristen

Petaka kembali datang, saat Indah menyiapkan berkas-berkas untuk kuliah di Padang, tiba-tiba ia menerima SMS ancaman yang berbunyi: “Sampai di mana pun kamu pergi, kami akan tetap mencari. Saya akan robek-robek kamu dan apa yang ada dalam diri kamu.”

Setelah menunjukkan SMS kepada orang tua angkat Muslimnya, ia mengabaikan sms itu. Ia pun berangkat ke Padang menggunakan bis umum. Saat menunggu bis, dua pria yang menghampirinya, mengaku mahasiswa di UNP. Tanpa curiga, ia pun bertukar nomor telepon.

“Waktu ngantar berkas-berkas ke kampus, saya mampir ke warnet agak lama, saya melihat dua orang pemuda yang ketemu di terminal bis itu dari jauh. Dia sempat panggil saya tetapi saya tidak pedulikan,” ujarnya.

Kondisi di komplek tempat tinggalnya memang agak sepi jika melewati Maghrib. Indah pulang jalan kaki, tapi terus diikuti kedua pemuda itu. Karena ketakutan, ia pun berlari, tapi dikejar dan tertangkap lalu dipukul hingga pingsan.

Baca Juga:  Sapi Bima Milik Arifin Ahmad, Pilihan Utama Hewan Qurban di Jakarta

“Ketika sadar, saya sudah berada di dalam mobil, saya lihat ada empat orang berperawakan besar dan dua orang pemuda tadi. Saya sempat ambil HP tetapi ketahuan, mereka pukul saya berkali-kali sampai saya tidak sadarkan diri,” ungkapnya.

Ternyata motif para penculik itu memaksanya dengan berbagai cara keji agar kembali kepada agamanya yang lama. Hal ini baru diketahui ketika ia siuman dari pingsan. Ia baru sadar sekarang dirinya berada di dalam sebuah kamar penginapan dengan kondisi tubuh terikat.

“Dari cara bicaranya, saya kira dia orang Batak semua. Saya disekap selama tiga hari, mereka intinya menginginkan saya pulang dan kembali ke agama Kristen. Saya sempat mendengar mereka telepon dengan bahasa Batak. Dia bilang di telepon, ‘Anaknya sudah ada di sini, paksa untuk masuk Kristen lagi, kalau tidak mau bunuh saja’,” papar Indah.

Tak cukup sampai di situ, perlakuan keji dan tak berperikemanusiaan dialami gadis remaja yang baru setahun menjadi muallaf itu. Karena berusaha mempertahankan iman dan Islamnya, ia dipukuli, dipaksa memakan babi dan dicekoki minuman keras.

“Dalam kondisi mabuk mereka menyodorkan daging babi ke mulut saya dan memaksa saya memakannya, tapi saya tetap bertahan. Begitu juga air anggur dipaksa dimasukkan ke mulut saya. Dengan kondisi tangan terikat, saya tendang salah satu dari mereka sampai jatuh, mereka membalas dengan memukul dada saya, sampai akhirnya saya muntah-muntah. Alhamdulillah keluar semua makanan haram tadi saya muntahkan,” paparnya.

Baca Juga:  Urgensi Pengelolaan Keuangan Keluarga Islami

Biadabnya, gadis muallaf ini kemudian dinodai secara bergiliran oleh keempat penculiknya hingga pingsan.

“Waktu mereka mabuk, mereka menggilir saya…” ujarnya terbata-bata sambil menangis.

“Saya yakin waktu itu bahwa Allah tetap ada untuk saya. Karena saya pikir saya sudah tanamkan dalam diri saya, agama Islam agama yang benar,” kisahnya sambil menahan tangis.

Indah baru sadar keesokan harinya, ternyata ia berada di sebuah gubuk, di belakang Universitas Jambi.

Depresi berat

Paska penculikan keji itu, Indah kembali ke orang tua angkatnya di Bengkalis, Riau. Ia mengalami depresi berat, selalu mengurung diri di kamar, makan harus disuapi, mandi pun harus dimandikan, benar-benar seperti mayat hidup. Bahkan ia sempat dibawa ke psikiater karena dianggap terkena gangguan jiwa.

Salah satu guru SMA menasihatinya, bahwa apa yang Allah ujikan itu untuk membuat imannya semakin kuat. Kesucian itu letaknya bukan di situ, tapi di mata Allah.

“Insya Allah, di mata Allah saya tetap sebagai gadis suci, di mata Allah saya itu suci. Teman-teman Muslim di sekitarnya begitu peduli dan senantiasa memotivasi untuk bangkit dan menjalani hidup. Mereka terus menyemangati saya, dari situlah saya mulai bangkit,” ujarnya.

Setelah kondisinya mulai membaik, orang tua angkatnya bersama tokoh Muslim sekitar yang peduli, menghijrahkan Nurul ke pulau Jawa. Selain untuk melanjutkan kuliah, tujuan lainnya adalah menghindari hal-hal buruk.

Indah pun hijrah ke Jawa untuk menimba ilmu di pondok pesantren khusus akhwat (Muslimah). Sambil belajar agama, ia kuliah D-1 di Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak (PGTK), sambil mengajar di TK. (P001/R03)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Sumber: Infaq Dakwah Center

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Widi Kusnadi

Comments: 0