Oleh: Ali Farkhan Tsani, Wartawan Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945, bertepatan waktunya dengan hari Jumat, 9 Ramadhan 1364 H.
Betapa kemerdekaan RI itu dinyatakan bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Karena itu, Ramadhan dan Agustus dapat dimaknai sebagai bulan kemerdekaan, baik dalam pengertian ruhani maupun dalam pengertian fisik.
Bulan Ramadhan dimaknai sebagai bulan kemerdekaan ruhani, jiwa, mental dan spiritual, dari cengkeraman hawa nafsu dan dari godaan syaitan yang terbelenggu.
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Agustus dimaknai sebagai bulan kemerdekaan warga dan bangsa Indonesia dari genggaman, penindasan, serta penjajahan.
Pilihan hari proklamasi kemerdekaan pun jatuh pada sayyidul ayyam atau penghulunya hari, yakni Hari Jumat dan di bulan Ramadhan. Pilihan ini tentu bukan kebetulan.
Bung Karno sebelum memproklamasikan kemerdekaan RI, terlebih dahulu meminta saran kepada para ulama. Di antaranya kepada Kyai Abdoel Moekti dari Muhammadiyah dan Kyai Hasyim Asy’ari dari Nahdatul Ulama.
Teks Proklamasi itu sendiri, didiktekan oleh Bung Hatta dan ditulis Bung Karno pukul 03.00 pada waktu sahur Ramadhan.
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti
Sebelum itu, diplomasi kemerdekaan RI ke luar negeri sudah dilakukan oleh KH Hasyim Asy’ari, dengan melakukan korespondensi ke dunia Arab melalui Syaikh Al-Amin Al-Husaini, yang pernah menjadi Mufti Besar Baitul Maqdis Yerusalem, Palestina (1921-1937).
Syaikh Al-Husaini saat itu menjabat Ketua Kongres Muslimin se-Dunia. Syaikh Al-Husaini ketika sedang berada di Jerman, menyampaikan tentang desakan kemerdekaan itu kepada Duta Besar Nippon (Jepang) di Jerman, Oshima.
Al-Husaini saat itu dikenal dekat dengan Jerman, karena mengikuti aliansi dengan Blok Poros (Jerman dan Italia) dalam Perang Dunia II. Ia bergabung dalam misi anti Yahudi-Zionis.
Begitulah, Syaikh Al Husaini menyuarakan dukungan kemerdekaan Indonesia jauh sebelum proklamasi kemerdekaan itu dikumandangkan oleh Soekarno pada 17 Agustus 1945. Ia menyuarakan dukungan bagi kemerdekaan Indonesia melalui radio berbahasa Arab di Jerman, pada 6 September 1944, setahun sebelum proklamasi.
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Setelah proklamasi kemerdekaan RI, Syaikh Muhammad Amin Al Husaini memberikan selamat, dan mendorong negara-negara kawasan Arab dan dunia Islam untuk ikut memberikan selamat dan pengakuan.
Pernyataannya menjadikan Palestina sebagai salah satu negara pertama, walaupun belum diakui sebagai negara oleh internasional, yang mengakui kemerdekaan Indonesia secara de facto.
Begitulah karunia Allah berupa kemerdekaan pada bulan Ramadhan, yang kemudian dipatrikan di dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945, “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Para pendahulu kita saat itu merekatkan semua perbedaan yang ada untuk meraih kemerdekaan, dan bersatu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Baca Juga: Hari HAM Sedunia: Momentum Perjuangan Palestina
Hingga kini ulama, tokoh dan umat Islam selalu menjaga persatuan dan kesatuan itu, serta mengisi pembangunan berkelanjutan dengan nilai-nilai takwa.
Begitulah, kewajiban puasa Ramadhan memiliki kaitan yang erat dengan takwa. Puasa Ramadhan yang dilaksanakan dengan baik dan benar, akan menghasilkan derajat takwa di sisi Allah Ta’ala. (QS Al-Baqarah : 183). Dan itu adalah modal utama pembangunan bangsa, dengan adanya sumber daya manusia yang bertakwa.
Dengan takwa itulah harta menjadi berkah, ilmu menjadi manfaat, hidup menjadi bermakna, berbobot dan berkualitas, dan diridhai Allah.
Dengan takwa niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan ke luar, dan dengan takwa Allah akan memberikan rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.
Baca Juga: Literasi tentang Palestina Muncul dari UIN Jakarta
Semoga karunia kemerdekaan Indonesia di bulan suci Ramadhan, dapat mengantarkan kita menjadi manusia-manusia pembangunan yang bertakwa kepada-Nya. Aamiin. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)