Kemendikbud Gulirkan Rp. 200 Miliar untuk Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan di Lombok

Jakarta, MINA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan () menggulirkan bantuan sebesar Rp226.426.359.000 untuk merehabilitasi fasilitas pendidikan dan cagar budaya pascabencana gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB)

Dana tersebut dikumpulkan dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2018 dan bantuan solidaritas pegawai Kemendikbud.

“Bantuan ini kita harapkan dapat segera digunakan untuk rehabilitasi fasilitas pendidikan dan situs cagar budaya yang terdampak gempa. Juga untuk penanganan psikososial para siswa, pendidik, tenaga kependidikan, dan pemelihara cagar budaya yang menjadi korban,” kata Sekretaris Jenderal Kemendikbud Didik Suhardi dalam rapat penanganan bencana di kantor Kemendikbud, Jakarta, Jumat (10/8).

Tiga gempa besar yang mengguncang pulau Lombok, menyebabkan lebih 259 orang meninggal, 1.033 korban dirawat, dan 300 ribu penduduk mengungsi. Status tanggap darurat ditetapkan sampai dengan 11 Agustus 2018.

Terkait ini, Kemendikbud telah mendirikan Pos Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. Pos ini dikoordinir oleh Minhajul Ngabidin, Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) NTB.

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) per 9 Agustus 2018, total satuan pendidikan yang rusak mencapai 539 sekolah, tersebar di wilayah Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, Mataram, dan Sumbawa. Dengan kerusakan ruang kelas terparah (kategori berat) berada di wilayah Lombok Utara sebanyak 654 ruang kelas.

Kerusakan terbanyak dialami satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar. Sebanyak 282 Sekolah Dasar (SD) dan 92 SMP terdampak gempa. Sedangkan untuk jenjang pendidikan menengah, terdapat 48 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 42 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) turut terdampak. Enam Sekolah Luar Biasa (SLB) dan 69 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mengalami kerusakan.

Sebanyak 14 orang siswa meninggal dunia, sedangkan 56 orang siswa mengalami luka fisik tingkat sedang sampai berat; sebanyak 19 orang dirawat inap. Tercatat sebanyak 3.639 siswa dan guru mengungsi dan kegiatan belajar terganggu karena rusaknya fasilitas pendidikan dan terganggunya kondisi psikologis siswa dan pendidik.

“Sebanyak 22 ruang kelas tenda telah terpasang di Lombok Utara dan Lombok Timur. Sisanya segera dipasang. Sampai saat ini terdapat 61 tenda yang disiapkan untuk menjadi tempat belajar sementara para siswa. Dan 18 tenda sudah siap didirikan,” ungkap Minhajul, Kamis (9/8).

Minhajul mengemukakan, saat ini fokus pos pendidikan pada penanganan psikososial anak, tenaga pendidik, dan tenaga kependidikan, pendirian ruang kelas tenda (kelas sementara), serta kampanye kembali belajar di sekolah. Selain itu, pos juga mendistribusikan berbagai bantuan untuk pemenuhan layanan dasar para korban terdampak gempa. Juga melakukan pengkajian kerusakan dan kebutuhan penanganan pascabencana.

Kemendikbud bekerja sama dengan berbagai pihak dalam upaya penanganan pascabencana, khususnya psikososial. Di antaranya Yayasan Sayangi Tunas Cilik, Wahana Visi Indonesia, Plan International, Dompet Dhuafa, dan Kompak. Tim juga didukung Guru Garis Depan (GGD) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Hamzanwadi.

Sampai saat ini pos pendidikan telah menyalurkan 63 paket sekolah, 60 paket rekreasi, 10 paket alat permainan edukatif (APE) untuk PAUD, paket buku cerita dan Al Quran, serta 1.000 paket seragam sekolah. (R/R10/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Hasanatun Aliyah

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.