KHUTBAH ‘IDUL ADHA 1434 H: RELEVANSI HAJI DAN KURBAN DENGAN KESATUAN UMAT DALAM RANGKA PEMBEBASAN MASJID AL-AQSHA

Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir menukilkan hadits riwayat Muslim:

اَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلَاثًا فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيْعًا وَلَا تَفَرَّقُوْا وَيَسْخَطُ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ وَإِضَاعَةِ الْمَالِ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ (رواه مسلم)

“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sungguh Allah ridla kepada kalian tiga perkara dan benci kepada kalian tiga perkara. Ridla kepada kalian apabila kalian memperibadatinya dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu, berpegang teguh kepada tali Allah seraya berjama’ah dan tidak berpecah-belah, kalian menasehati orang yang diserahi oleh Allah untuk mengurus urusan kalian. Dia benci kepada kalian tiga perkara: berbicara tanpa dasar, menghambur-hamburkan harta, dan banyak bertanya.” (HR. Muslim)

Selanjutnya, Ibnu Katsir menyatakan bahwa ayat memerintahkan umat Islam berjama’ah (bersatu dan bersama-sama) dan melarang mereka berfirqah-firqah (berpecah-belah).

Sejatinya umat Islam adalah umat yang satu, mengingat Rabb mereka satu; Rasul yang diutus kepada mereka satu; Kiblat mereka satu; Pedoman hidup mereka satu; Syiar-syiar agama mereka satu; Syariat mereka satu; dan Imam mereka satu.

Ibadah haji dikumandangkan Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam sekitar 3600 tahun yang lalu. Sesudah masa beliau, praktek-prakteknya sedikit atau banyak telah mengalami perubahan, namun kemudian diluruskan kembali oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Salah satu yang diluruskan itu adalah praktek ritual yang bertentangan dengan nilai kesatuan dan kebersamaan. Al-Qur’an menegur sekelompok manusia yang dikenal dengan nama “al-hummas” yang merasa memiliki keistimewaan sehingga enggan bersatu dengan orang banyak dalam melakukan wuquf. Mereka wuquf di Mudzalifah sedang orang banyak di Arafah. Pemisahan diri yang dilatarbelakangi oleh perasan superioritas dicegah oleh al-Qur’an dan turunlah firman Allah:

ثُمَّ أَفِيضُوْا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ/ الْبَقَرَة [٢]:  ١۹۹.

“Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (`Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah [2]: 199)

Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahilhamd.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Seluruh syariat yang dipraktekkan dalam pelaksanaan ibadah haji, baik dalam acara-acara ritual atau dalam tuntunan non ritualnya, dalam bentuk kewajiban atau larangannya dan dalam bentuk nyata atau simboliknya, semua akhirnya bermuara kepada ajaran tentang pentingnya kesatuan dan kebersamaan.

Di bawah ini dikemukakan secara sepintas beberapa praktek amaliah haji dan hubungannya dengan ajaran tersebut:

1. Ibadah haji dimulai dengan niat sambil menanggalkan pakaian biasa dan mengenakan pakaian ihram yang sama berupa dua helai pakaian berwarna putih sebagaimana yang akan membalut tubuh ketika mengahiri perjalanan hidup di dunia ini.

Tidak dapat disangkal bahwa pakaian menurut kenyataannya berfungsi antara lain untuk membedakan antara seseorang atau kelompok dengan lainnya. Perbedaan itu dapat membawa perbedaan status sosial, ekonomi, atau profesi. Pakaian juga dapat memberi pengaruh psikologis kepada pemakainya. Untuk itulah, jamaah haji diperintahkan menanggalkan pakaian keseharian mereka dan menggantinya dengan pakaian yang sama agar pengaruh psikologis yang negatif dari pakaian dapat ditanggalkan sehingga semua merasakan dalam satu kesatuan dan persamaan.

2. Ka’bah yang mereka kunjungi mengandung pelajaran yang amat berharga bagi terwujudnya kesatuan dan kebersamaan. Dari berbagai penjuru, para hujjaj datang mengunjungi satu titik yang sama dan melakukan bentuk peribadatan berupa thawaf dengan aktifitas yang sama. Hal ini mengingatkan agar setiap muslim memiliki tujuan hidup yang sama dan dalam setiap melakukan aktifitas selalu mengedepankan persamaan dan menghindarkan perbedaan. Di Ka’bah ini Isma’il putra Ibrahim ‘Alaihis Salam berada dalam pangkuan ibunya yang bernama Hajar, seorang wanita hitam, miskin bahkan budak, yang konon kuburannya berada di dekat Ka’bah di tempat yang sekarang disebut Hijr Isma’il. Namun demikian, budak wanita itu ditempatkan oleh Allah di rumah-Nya untuk memberi pelajaran bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala memandang manusia itu sama. Yang membedakan mereka di sisi Allah hanya taqwanya. Apabila Allah tidak membedakan status manusia, mengapa kita harus membedakan mereka? Di sini sekali lagi kita mendapatkan pelajaran tentang persamaan di antara manusia.

3. Setelah melakukan thawaf yang menjadikan pelakunya larut dan berbaur bersama manusia yang lain, serta memberi nuansa kebersamaan menuju satu tujuan yang sama yakni mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah, dilakukanlah sa’i.

Sa’i, yang arti harfiahnya usaha, dimulai dari bukit Shafa yang berarti kesucian dan ketegaran dan diakhiri di Marwa yang berarti ideal manusia, sikap menghargai, bermurah hati, dan memaafkan orang lain. Inilah nilai-nilai kehidupan yang apabila diterapkan akan mewujudkan kesatuan dan kebersamaan. Dalam realitas pergaulan manusia, kita memang dituntut berusaha sesuai dengan profesi kita masing-masing. Agar usaha kita tidak menimbulkan persaingan yang berdampak kepada perpecahan, maka usaha yang kita lakukan harus sesuai dengan tuntunan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan dimulai dengan niat yang suci serta dilandasi dengan prinsip saling menghargai di antara manusia.

4. Di Arafah, padang yang luas lagi gersang itu, seluruh jamaah haji wuquf (berhenti) hingga terbenamnya matahari. Di sinilah seharusnya setiap pribadi menemukan ma’rifah (pengetahuan) tentang jatidirinya bahwa mereka masing-masing adalah bagian dari satu umat yang tidak dapat dipisahkan dalam segala situasi dan kondisi bahkan dalam saat yang paling menderita sekali pun seperti kondisi di padang Mahsyar.

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0