KHUTBAH ‘IDUL ADHA 1434 H: RELEVANSI HAJI DAN KURBAN DENGAN KESATUAN UMAT DALAM RANGKA PEMBEBASAN MASJID AL-AQSHA

Orang-orang yang memiliki sikap seperti ini akan menjadi makhluk yang sangat dicintai oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebaliknya, orang-orang yang selalu menjauhkan sesama muslim bahkan membuat perpecahan di antara mereka akan menjadi orang yang paling dibenci oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

إِنَّ أَحَبَّكُمْ اِلَى اللهِ اَلَّذِيْنَ يَأْلِفُوْنَ وَيُؤْلَفُوْنَ وَإِنَّ أَغْضَبَكُمْ اِلىَ اللهِ اَلْمَشَاءُوْنَ بِالنَمِيْمَةِ الْمُفَرِّقُوْنَ بَيْنَ الْإِخْوَان (رواه الطبرانى)

“Sesungguhnya yang paling dicintai oleh Allah diantara kamu adalah orang yang mampu menyesuaikan diri dan diterima penyesuaian dirinya. Sedangkan yang paling dimurkai oleh Allah diantara kamu adalah orang yang berjalan untuk mengadu domba dan memecah-belah diantara saudara.” (HR. At-Thabrani)

Apabila kita mampu menerapkan makna ibadah kurban secara lebih mendalam dalam kehidupan sehari-hari maka kita menyadari bahwa kurban bukan sekedar membagi-bagikan daging kepada orang-orang miskin tetapi kurban sebenarnya merupakan salah satu sarana sangat penting untuk mewujudkan kesatuan dan kebersamaan di antara umat Islam.

Dengan terwujudnya kesatuan dan kebersamaan di antara umat Islam maka, insya Allah, berbagai bencana dan krisis yang datang silih berganti akhir-akhir ini akan teratasi. Mengingat terjadinya berbagai bencana tersebut antara lain adalah akibat umat Islam tidak dapat menjaga persatuan dan kebersamaan sebagaimana firman Allah:

وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ/ الْأَنْفَال [٨]:  ۷۳.

“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (QS. Al-Anfaal [8]: 73)

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ (رواه أحمد)

“Al-Jama’ah itu rahmat dan berfirqah-firqah (berpecah-belah) itu adzab.” (HR. Ahmad)

Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahilhamd.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Di antara berbagai bencana dan krisis yang dialami oleh umat Islam saat ini adalah dikuasainya Masjid Al-Aqsha oleh kaum Zionis Yahudi. Sebagaimana kita ketahui bahwa Masjid Al-Aqsha adalah masjid kedua yang dibangun di muka bumi setelah Masjid Al-Haram.

Disebutkan oleh Imam Ahmad bahwa empat puluh tahun setelah dibangunnya Masjid Al-Haram sebagai masjid yang pertama di muka bumi, Masjid Al-Aqsha dibangun. Para ahli sejarah menyatakan bahwa yang pertama kali membangun Masjid Al-Aqsha adalah Nabi Adam ‘Alaihis Salam, bahkan ada yang mengatakan para malaikat. Setelah itu direnovasi oleh Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam. Seluruh nabi dan rasul yang diutus oleh Allah sangat memperhatikan Masjid Al-Aqsha.

Renovasi besar-besaran dilakukan oleh Nabi Daud ‘Alaihis Salam dan selesai pada masa Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sebagai nabi yang terakhir diarahkan oleh Allah untuk memperhatikan masjid tersebut dengan menjadikannya sebagai kiblat pertama dalam shalat selama 17 bulan sebelum dipindah ke Masjid Al-Haram, dan sebagai tempat Isra` dan Mi’raj beliau ke langit.

Untuk membebaskan Masjid Al-Aqsha yang saat itu dikuasai oleh kaum Kristen Romawi, beliau mengirimkan pasukan ke Muktah dan memimpin sendiri pasukan yang cukup besar dalam perang Tabuk.

Setelah beliau wafat, usaha pembebasan ini dilanjutkan oleh Abu Bakar dan Masjid Al-Aqsha berhasil dikembalikan ke pangkuan umat Islam oleh Khalifah Umar bin Khaththab pada abad ke-1 Hijriyah. Sejak itu, Masjid Al-Aqsha berada di tangan umat Islam sampai runtuhnya Kesultanan Turki Utsmani pada abad ke-13 Hijriyah (1100 tahun lebih) dengan diselingi oleh penguasaan kaum Salib selama kurang lebih 90 tahun dari tahun 492 H – 583 H.

Setelah Kesultanan Turki runtuh dan umat Islam terpecah belah, Masjid Al-Aqsha pada tahun 1967 dikuasai oleh kaum penjajah Zionis Israel walaupun belum secara menyeluruh karena sampai saat ini masih dapat melakukan shalat di dalamnya walaupun dengan pembatasan dan aturan yang ketat dari kaum penjajah Zionis.

Sejak kaum penjajah Zionis Israel menguasai Masjid Al-Aqsha, kaum penjajah Zionis Israel melakukan berbagai tindakan keji untuk mengotori dan menghancurkan kiblat pertama bagi umat Islam itu. Pada tahun 1969, Masjid Al-Aqsha dibakar seorang Zionis Kristen yang mengakibatkan hancurnya ruang utama masjid dan menghanguskan mimbar yang dibuat oleh Nasruddin Zanki dan pernah digunakan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi, pembebas Masjid Al-Aqsha setelah menaklukkan penjajah salib Nasrani.

Kaum penjajah Zionis sejak tahun 1968 juga telah menggali dan membuat terowongan di bawah Masjid Al-Aqsha sehingga saat ini Masjidil Aqsha diambang keruntuhan. Temboknya rusak, lantainya runtuh, bangunannya retak-retak. Kebrutalan kaum Zionis pada 25 Oktober 2009 tentara Israel masuk menyerbu ke dalam masjid dan menembaki jama’ah dengan peluru karet dan gas air mata.

Tugas besar umat Islam saat ini adalah menyelamatkan Masjid Al-Aqsha. Dengarlah, seruan Syaikh Ikrimah Shabri, ulama Palestina yang sampai saat ini tetap konsisten menjaga Masjid Al-Aqsha, “Wahai umat Islam, secara terus-menerus kami menyeru kalian untuk menyelamatkan Masjid Al-Aqsha. Menjaga masjid ini, bukan saja tanggung jawab kaum muslimin di Palestina. Masjid Al-Aqsha juga menjadi tanggung jawab seluruh kaum muslimin di mana saja berada. Kaum muslimin di seluruh dunia harus peduli dengan Masjid Al-Aqsha dari rencana setan Zionis yang ingin menghancurkannya.”

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0