MAKNA HIJRAH PADA ABAD PENUH FITNAH

Ali Farkhan Tsani

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Tausiyah Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)

Muqaddimah

Firman Allah Ta’ala:

الٓمٓ (١) أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ (٢) وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ‌ۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَـٰذِبِينَ (٣)

Artinya: “Alif, Laam, Miim. (1) Patutkah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: Kami beriman, sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu cobaan)? (2) Dan demi sesungguhnya! Kami telah menguji orang-orang yang terdahulu daripada mereka, maka (dengan ujian yang demikian), nyata apa yang diketahui Allah tentang orang-orang yang sebenar-benarnya beriman dan nyata pula apa yang diketahui-Nya tentang orang-orang yang berdusta”.(3). (QS Al-Ankabut [29]: 2).

Allah Subhaanahu wa Ta’ala memberitahukan tentang sempurnanya hikmah-Nya. Hikmah-Nya tidak menghendaki bahwa setiap orang yang mengaku mukmin tetap dalam keadaan aman dari dan ujian, serta tidak datang kepada mereka sesuatu yang menggoyang iman mereka.

Yang demikian adalah karena jika tidak demikian, maka tidak dapat dibedakan antara orang yang benar-benar beriman dengan yang tidak (yakni berdusta) dan tidak dapat dibedakan antara orang yang benar dengan orang yang salah. Akan tetapi Sunnah-Nya dan kebiasaan-Nya terhadap generasi terdahulu sampai pada umat ini adalah bahwa Allah akan menguji mereka.

Barangsiapa yang ketika fitnah syubhat (kesamaran) datang, imannya tetap kokoh dan dapat menolak dengan kebenaran yang dipegangnya. Dan ketika fitnah syahwat datang yang mengajaknya berbuat dosa dan atau memalingkan dari perintah Allah dan Rasul-Nya, ia bersabar dalam arti mengerjakan konsekwensi iman dan melawan hawa nafsunya, hal ini menunjukkan kebenaran imannya.

Akan tetapi barang siapa yang ketika syubhat datang, ada pengaruh dalam hatinya berupa keraguan dan kebimbangan dan ketika syahwat datang, membuatnya mengerjakan maksiat atau berpaling dari kewajiban, maka yang demikian menunjukkan tidak benar keimanannya. Manusia dalam hal ini berbeda-beda tingkatannya, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah.

Ujian dan cobaan keimanan ibarat emas dibersihkan dari kotoran yang melekat pada dirinya.

Seperti halnya emas dan perak juga harus diuji kadarnya.

فَتَنْتُ الْفِضَّةُ وَالذَّهَبُ

Artinya: “Saya menguji perak dan emas”.

Maksudnya adalah saya melelehkan keduanya dengan api agar terpisahkan antara yang buruk dengan yang bagus.

Makna inilah yang ditunjukkan oleh firman Allah ‘Azza wa Jalla:

يَوْمَ هُمْ عَلَى النَّارِ يُفْتَنُونَ

Artinya: “(Hari pembalasan itu) ialah pada hari ketika mereka diazab (dibakar) di atas api neraka”. (QS Adz-Dzariyaat [51]: 13).

Makna Fitnah

Ada pepatah mengatakan

كَيْفَ يَتْقِيْ مَنْ لَا يَدْرِيْ مَا يَتْقِيْ

Artinya: “Bagaimana seseorang bisa menjaga diri dari suatu bahaya, jika ia tidak mengetahui bahaya apa yang ia harus jaga dirinya darinya?”

إِنِّ السَّعِيْدُ لِمَنْ جُنِّبَ الْفِتَنْ

Artinya: “Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang yang dijauhkan dari fitnah-fitnah.

Makna Fitnah, Pertama Ujian.

Fitnah bermakna ujian (al-imtihaan, al-ikhtibaar). Yakni, ujian, yang dalam penggunaannya banyak dipakai dalam perkara yang tidak disukai, kemudian setelah itu banyak digunakan untuk makna-makna: dosa, kekafiran, perang, pembakaran, penghilangan dan memalingkan sesuatu. (An-Nihayah, Ibnul Atsiir).

Fitnah juga bermakna ujian, fitnah bermakna cobaan, fitnah harta, fitnah anak-anak, fitnah kekafiran, fitnah perselisihan pendapat di antara manusia,  fitnah bermakna pula pembakaran dengan api” (Lisanul Arab, Ibnu Manzhur).

Dalam cerita, Abu Nawas berkata bahwa dirinya suka fitnah, senang fitnah. Ketika dipanggil raja, ia ditanya, jawabnya,”Bukankah anak itu fitnah, isteri itu fitnah”. (ujian). Saya suka anak saya, saya senang dengan isteri saya.

Maka, Muslim Thailand Selatan atau biasa disebut dengan Pattani. Mereka kurang suka dipanggil itu, karena artinya “fitnah” ujian, cobaan. Mereka lebih senang disebut dengan Fathoni (cerdas).

Makna Fitnah, Kedua, Sesuatu yang Memalingkan

Fitnah juga bermakna segala sesuau yang memalingkan dari kebenaran. Firman Allah:

وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ

Artinya: “Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.” (QS Al-Maidah[5]: 49).

Makna Fitnah, Ketiga, Kemaksiatan

Firman Allah :

يُنَادُونَهُمْ أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ وَلَٰكِنَّكُمْ فَتَنْتُمْ أَنْفُسَكُمْ

Artinya: “Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” Mereka menjawab benar, tetapi kalian mencelakakan diri kalian sendiri.” (QS Al-Hadiid [57]: 14)

hijrah zulkarnain azisHadapi Fitnah dengan Hijrah

Kata Hijrah berasal dari istilah ‘hajara’, yang artinya berpindah dari satu tempat ke tempat lain atau dari satu keadaan menuju keadaan yang lain. Perpindahan di sini bermakna terus bergerak, dinamis, menuju ke arah yang lebih baik.

Hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin. Hidup harus selalu berprestasi. Amal kebaikan apa yang sudah kita berikan kepada orang lain hari ini? Minimal mendoakan orang lain agar bahagia.

Pernahkah kita mendoakan kebaikan orang yang memfitnah kita? Apakah kita mau memaafkan orang yang menjengkelkan kita. Sudikah kita bersilaturrahim pada orang yang meutus hubungan dengan kita? Saatnya berhijrah dari akhlak buruk (madzmumah) menjadi akhlak mulia (karimah)

Secara maknawi, hijrah artinya pindah dari yang dilarang menuju yang diperintahkan Allah. Sebagaimana disampaikan oleh baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

الْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ

Artinya : “Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah”. (HR Bukhari).

Hijrah Abad Fitnah

Hijrah pada abad ini adalah hijrah abad penuh fitnah, ujian, dan godaan. Melaksanakan ibadah, menjalankan syari’at Islam, dan menghidupkan sunnah seolah-olah asing dan dianggap asing. Banyak kaum muslimin yang asing dengan syariat agamanya sendiri.

بَدَأَ الْاِسْلاَمُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوْبَى لِلْغُرَبآءِ

Artinya : “Pada awalnya Islam hadir dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali menjadi asing seperti pada awalnya. Maka berbahagialah bagi orang-orang asing”. (HR. Muslim).

Berpegang pada kebenaran, hijrah kepada al-haq, menjauhi firqah-firqah, Nabi menggambarkannya seperti berpegang pada bara api.

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ

Artinya: “Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang bersabar di atas agamanya seperti memegang bara api”. (HR. At-Tirmidzi).

Dalam riwayat lain disebutkan:

الْمُتَمَسِّكُ بِسُنَّتِيْ عِنْدِ اخْتِلاَفِ أُمَّتِيْ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ

Artinya: “Orang yang berpegang dengan sunnahku di waktu umatku berpecah belah seperti orang yang memegang bara api”.

Inilah saatnya berhijrah dari syirik menuju tauhid, dari malas ibadah menuju ibadah yang sungguh-sungguh, dari menyepelekan Al-Quran menuju gemar bertadarus Al-Quran, dari Menunda-nunda shalat menjadi shalat tepat di awal waktu berjama’ah, dari kehidupan berpecah belah (tafriqah) menuju kesatuan umat (bil jama’ah), dan rangkaian ibadah lainnya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan :

الْعِبَادَةُ فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ

Artinya : “Beribadah pada saat berkecamuknya fitnah laksana berhijrah kepadaku.” (HR Muslim).

Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan saat berkecamuknya fitnah adalah saat munculnya kesimpangsiuran urusan manusia. Ibadah pada waktu itu sangat utama, karena manusia lalai darinya dan disibukkan dengan perkara lain, kebanyakan manusia tidak bersungguh-sungguh melakukan ibadah kecuali beberapa gelintir orang saja. Bahkan banyak orang yang meninggalkannya.

Itu yang disebut tontonan menjadi tuntunan, sementara tuntunan menjadi tontonan. Hal yang salah dan buruk jika terus-menerus diiklankan akan menjadi baik dan benar.

Maka, saatnya menghidupkan sunnah, tatkala orang banyak menjadikannya sebagai tontonan atau mematikannya. Seperti sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِى فَعَمِلَ بِهَا النَّاسُ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا

Artinya : “Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun”. (HR. Ibnu Majah).

Pahala Hijrah

Pahala hijrah disebutkan di dalam beberapa ayat, antara lain : Firman Allah :

إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(QS Al-Baqarah [2] : 218).

Allah mengaitkan antara iman, hijrah dengan jihad, menunjukkan hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, iman-hijrah-jihad. Orang-orang yang menyatakan beriman, mereka juga wajib berhijrah dan berjihad di jalan Allah.

Imam Al-Qurthubi menyebutkan, hijrah bermakna berpindah dari suatu keadaan ke keadaan lain dan meninggalkan yang pertama karena mengutamakan yang kedua.

Memaknai Tahun Baru Hijriyah, marilah dengan keimanan di dalam jiwa kita, kita bertekad untuk berhijrah, melakukan perubahan ke arah lebih baik lagi, mengadakan dinamika ibadah yang lebih shahih dan istiqamah lagi, dengan penuh perjuangan (jihad). Sehingga kita mendapatkan rahmat (kasih sayang) dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amiin.

Doa Menghadapi Fitnah

اللّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ القَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ المَحْيَا وَالمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ المَسِيْحِ الدَجَّالِ

Artinya:Ya, Allah aku berlindung kepadamu dari adzab Jahannam, dan adzab kubur, dari fitnah hidup dan setelah mati dan dari kejelekan fitnah Masih Ad-Dajjal.” (HR. Muslim).

Wallahu a’lam bishshowab. (P4/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0