Mempertanyakan Kesungguhan Masjid Istiqlal Membela Palestina

Masjid Istiqlal berkolaborasi dengan brand-brand yang terafiliasi dengan Israel dalam kegiatan Ramadan 1445/2024. (Foto: X)

Bertahun-tahun, Indonesia begitu konsisten mendukung dan membela kemerdekaan . Hal ini sejak awal digaungkan oleh Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno. “Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina maka sepanjang itulah bangsa Indonesia berdiri menentang penjajah ,” kata Bung Karno pada 1962 silam.

Hingga kini, dukungan untuk membela Palestina tidak berubah. Dari pucuk pemerintah hingga gerakan akar rumput, sama, satu suara menentang penjajahan Israel di Palestina. Berbagai cara dilakukan mulai tuntutan di forum-forum diplomasi sampai demonstrasi di berbagai daerah, termasuk segala produk yang terafiliasi dengan Israel.

Badai Al-Aqsa 7 Oktober 2023, membuka mata dunia. Israel meraung penuh amarah lalu menyerang Palestina secara brutal tanpa henti hingga sekarang. Lebih dari 33.000 jiwa menemui syahidnya, mayoritas anak-anak dan perempuan. Ini menyadarkan komunitas internasional bahwa Israel sama sekali tidak layak dibela. Gerakan boikot semakin masif terutama di kalangan umat Islam, tak terkecuali Muslim Indonesia. Berbagai brand besar yang menurut lembaga Boikot Divestment and Sanction (BDS) mendukung Israel menjadi sasaran boikot.

Namun, di tengah gencarnya aksi boikot di Indonesia, Masjid sepertinya memperlihatkan hal yang berbeda. Hal itu berawal ketika beberapa brand yang masuk daftar boikot gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) karena mendukung Israel, terlibat sebagai sponsor dalam serangkaian acara Ramadan di Masjid Istiqlal. Kejadian ini viral dan menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat, terutama perbincangan di media sosial.

Alih-alih minta maaf, Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Nasarudin Umar, menyatakan bahwa masjid tersebut terbuka menerima kontribusi positif dari semua pihak. “Kami tidak melihat dari mana asal bantuan tersebut. Siapa pun yang ingin berbuat baik, baik pribadi atau institusi kami terima,” kata Nasarudin dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu (6/4/2024).

Pernyataannya itu ingin menegaskan posisi Masjid Istiqlal sebagai simbol toleransi dan kebersamaan yang mengedepankan prinsip kebaikan tanpa membeda-bedakan sumbernya. Sayangnya, posisi Istiqlal yang selama ini dikenal mendukung perjuangan Palestina seolah terabaikan dengan acara tersebut.

Manajemen dan pembiayaan masjid terbesar di Asia Tenggara (dalam kapasitas jemaah) ini berada di bawah Pemerintah. Maka tidak heran jika umat Islam menaruh harapan besar agar Masjid Istiqlal bisa menunjukkan sikap politik dan manusiawi yang mewakili umat Muslim Indonesia di mata dunia, khususnya dalam perjuangan membela Palestina.

Wanda Hamidah, figur publik sekaligus politikus, menyampaikan kekecewaannya terhadap pengurus Masjid Istiqlal Jakarta yang kedapatan menyediakan menu buka puasa dari brand-brand yang dikenal mendukung Israel. Dalam unggahannya, Wanda Hamidah mempertanyakan keputusan pengurus Masjid Istiqlal yang tampaknya mengabaikan seruan boikot dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) terhadap produk-produk yang terafiliasi dengan dukungan terhadap tindakan Zionis Israel.

Pendakwah kondang Ustadz Felix Siauw pun berkomentar atas masalah ini. Lewat akun Instagram-nya, ia meminta pihak Masjid Istiqlal untuk memberikan klarifikasi. “Kalau benar, ditunggu klarifikasi dan pernyataan dari @masjidistiglal.official tentang acara yang melibatkan brand-brand yang masuk list boikot karena support mereka ke genosida di Gaza dan penjajahan di Palestina,” kata Felix Siauw.

Tak ketinggalan, influencer dan dai muda, Aab Elkarimi turut bersuara tentang kekecewaannya atas sikap Istiqlal. “Apakah kita rela sikap dan ekspresi nasional kita pada Gaza harus diwakili Baznas dan Istiqlal di saat warga dunia begitu serius pada Gaza? Serius protes, serius donasi, serius memotong dana pembantaian lewat boikot yang terafiliasi. Lalu tiba-tiba masjid dan badan zakat kita seakan menjadi pahlawan bukan untuk Gaza tapi untuk produk yang diboikot,” katanya dalam sebuah video yang diunggah 9 April 2024.

Selain Istiqlal, memang Baznas (Badan Amil Zakat Nasional) melakukan hal serupa. Berkolaborasi dengan brand pro-Israel dalam kegiatan Ramadan. Bedanya, Baznas mengeluarkan permintaan maaf dan berjanji tidak akan bekerja sama lagi dengan brand-brand terkait. Minta maaf menjadi simbol ‘pengakuan dosa’ paling sederhana dan berjanji menjadi langkah paling awal untuk berubah. Maka kita apresiasi. Ini yang kita tunggu dari Masjid Istiqlal. Muslim Indonesia menaruh harapan besar agar Istiqlal bisa dengan lantang menunjukkan sikap menentang penjajahan Israel tanpa alasan apa pun, termasuk ‘toleransi.’

Selama ini kita mengenal Masjid Istiqlal sebagai institusi yang kerap membantu Palestina. Masjid dengan nama yang sama pun telah berdiri di Gaza sebagai simbol persaudaraan Muslim Indonesia dan Muslim Gaza yang tertindas. Sehingga wajar jika penggunaan produk pro-Israel mengagetkan masyarakat dan menimbulkan pertanyaan ‘bagaimana posisi Istiqlal dalam mendukung Palestina?’

Kritik dan saran dari banyak pihak bukanlah menjatuhkan, namun semata-mata bentuk cinta dan pengingat agar hal serupa tidak terulang kembali oleh institusi mana pun di negeri ini, terlebih bagi lembaga-lembaga yang merepresentasikan wajah Muslim Indonesia seperti Masjid Istiqlal. (A/Ai/RS3)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Arina Islami

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.