Mungkinkah Manusia Masa Depan Tidak Akan Mati? (Oleh: dr. Suwardi Sukri)

Oleh dr. Sukri, Dokter Integratif Medicine

Nabi Adam As berusia 1000 tahun
Nabi Idris As berusia 850 tahun
Nabi Nuh As berusia 750  tahun
Dan….

Khairil Anwar ingin hidup seribu tahun lagi, hal itu ia ungkapkan dalam puisinya, AKU. Ya, Khairil benar, bahwa manusia masa depan akan berumur panjang. Dan kematian adalah suatu pilihan, di mana manusia hanya karena insiden atau kecelakaan. Diprediksi manusia masa depan mati tidak karena penyakit. Dunia kedokteran telah siap memasuki era baru  yakni era otak-atik genetik lewat teknologi nano. Hal ini diungkapkan oleh dua ilmuwan yakni insinyur genetik, José Luis Cordeiro, dan matematikawan Cambridge, David Wood. Mereka baru saja meluncurkan bukunya The Death of Death di Barcelona. Matinya kematian, alias abadi.

Telomere

Dalam pandangan mereka menjadi tua dan menjadi sakit melibatkan telomere atau ekor DNA dalam kromosom, manakala telomer mengalami kerusakan dan memendek. Kondisi ini dapat disebabkan oleh bertambahnya usia seseorang dan akumulasi toksin yang masuk ke dalam tubuh seperti polusi udara, merokok, alkohol dan stres.

Lewat teknologi nano mereka melakukan serangkaian uji coba untuk membalikkan telomere yang  memendek dan rusak, menjadi panjang dan normal kembali. Sehingga tubuh dapat mereparasi sel–sel yang sakit  atau rusak, mengeliminasi sel yang mati dan merawat sel-sel induk  agar  kembali awet muda. Dengan mengintervensi telomere, ke depan penyakit-penyakit yang zaman now sulit disembuhkan seperti kanker, penyakit otoimun dan penyakit degeneratif lainnya. Tidak akan menjadi momok lagi. Karena penyakit-penyakit tersebut telah dapat disembuhkan.

Oleh karena itu, manusia tidak ada yang mati karena penyakit. Begitu pula dengan bangsa-bangsa yang akan punah karena membatasi generasi mereka karena tidak mau terikat dengan perkawinan dan tidak mau memiliki keturunan. Akan tetap eksis di muka bumi ini karena program teknologi utak atik telomere ini.  Orang-orang tua akan menjadi tiga puluh tahun lebih muda dan itu akan menjadi isu yang lumrah serta dapat diterima, lalu menjadi rahasia umum. Soal biaya? Bukan sesuatu yang mahal karena teknologi ini telah diterima layaknya anda pergi berobat ke praktik dokter di kompleks rumah anda. Diperkirakan tenologi ini akan diaplikasikan di tahun 2045.

Zona Biru

Proses menjadi tua itu ibarat pedal akselasi. Dan kita harus menemukan pedal rem. Bila anda menginjak pedal akselerasi terlampau kencang dan sangat dalam maka proses penuaan itu akan cepat menguasai anda. Sebaliknya, jika anda dapat mengontrol pedal ini dan menggunakan pedal rem dengan cerdas maka proses penuaan akan lambat dan anda akan sehat dari usia sesungguhnya. Itulah yang di tulis dan Buettner di dalam bukunya The Blue Zones.  Bueetner adalah pendiri Blue  Zones , sebuah organisasi yang membantu warga Amerika hidup lebih panjang dan lebih sehat. Risetnya telah diunduh di National Geographic “ Rahasia Hidup lebih Lama”.

Di dalam buku ini  diungkap rahasia hidup lebih lama pada suku-suku tertentu di dunia ini. Seperti suku Sardinia di Italia, Suku Okinawa di Jepang, penduduk Nicoya di Costa Rica Amerika Tengah dan  penduduk Loma Linda di California Selatan. Saya tidak akan memaparkan secara detil, mengapa  mereka berusia panjang karena terlampau dalam bahasannya  dan anda akan bosan membacanya.

Cukup secara ringkas saya  menyimpulkan bahwa di antara penduduk  suku-suku yang berada di zona biru itu, ada yang berusia panjang, dengan usia rata-rata hidup di atas 100 tahun. Bila rasio 1 di antara 5.000 orang, ada yang mencapai usia lebih 1.000 tahun itu sudah luar biasa. Sementara di daerah zona  biru ada  yang  mencapai 7 orang yang berusia panjang dalam populasi di bawah 5.000 orang. Sungguh luar biasa. Mengapa orang di zona biru berusia panjang? Secara umum ada kesamaan perilaku mereka yakni gaya hidup yang sehat; makanan mereka yang natural, berupa tumbuhan, hewan liar tanpa banyak diproses dan tanpa zat adiktif, hidup bersosialisasi, bebas stres , dan olah raga alami berupa jalan dan lari. Intinya, lebih utama hidup mereka tenang

Bagaimana dengan Islam?

Islam telah mengajarkan bahwa sumber dari masalah adalah hati. Sesuai sabda Rasulullah SAW bersabda, “….Bahwa dalam diri setiap manusia terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh amalnya, dan apabila ia itu rusak maka rusak pula seluruh perbuatannya. Gumpalan daging itu adalah hati.” (HR. Imam Al-Bukhari)

Hati yang tenang, hati yang istiqomah akan melahirkan pribadi yang tenang, sehat fisik dan rohani. Kaitannya dengan telomere adalahstres rohani sangat memengaruhi telomere. Orang yang cemas, gelisah dan tidak pandai bersyukur akan cepat mengalami sakit badan dan mental. Dan akan memengaruhi enzim telomerase. Dalam kondisi stres, daya kerja enzim telomerase akan melemah  sehingga tidak efektif mereperasi telomere yang rusak.

Enzim ini dapat pula ditingkatkan dengan mengonsumsi protein yang berkualitas, lalu protein ini diurai menjadi asam amino dan asam amino dibentuk lagi di tubuh menjadi enzim pangkal dan diantaranya adalah enzim telomerase. Di antara makanan sebagai sumber enzim yang bagus adalah buah-buahan dan sayuran yang berkualitas, protein nabati dan hewani yang bebas zat-zat adiktif dan zat kimia yang berbahaya bagi tubuh.

Makanan yang diproses adalah makan yang tidak mengandung enzim. Dan makanan yang terbaik menurut Islam adalah makanan yang toyib, makanan yang bergizi lagi halal. Selain tubuh perlu makanan, rohani pun perlu nutrisi yakni berupa hati yang tenang. Hati yang akan membuat  sehat fisik dan rohani. Hati yang diridoi oleh Si Pencipta hidup yakni Allah SWT.

Dia yang menghidupkan dan Dia yang  mematikan, kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia hanya berkata: kun fa yakun; mati maka matilah ia.  Kalau sudah demikian, tidak peting seberapa panjang  usia Anda, asalkan hidup anda diisi dengan hal-hal yang positif dan bermanfaat maka usia anda telah melampaui  jasad  yang telah menyatu dengan tanah.  Inilah hakekat dari kehidupan. Karena dibalik kehidupan dunia, ada kehidupan yang abadi di akhirat kelak. Inilah  tujuan manusia yang paling sempurna. Karna  tidak perlu teknologi nano, melainkan hati yang tawadu sesuai sabda Rasullullah SAW tersebut. Salam sehat. Semoga bermanfaat.(AK/R01/RS3)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.