PBB: Serangan di Kamp Pengungsi Jabalia Gaza “Kejahatan Perang”

Jenewa, MINA – Kantor Komisaris Tinggi untuk Hak Asasi Manusia mengatakan, rentetan serangan udara terhadap kamp pengungsi Jabalia di Jalur yang diblokade bisa dianggap sebagai “”, karena serangan mematikan tersebut sejauh ini telah merenggut banyak nyawa warga .

Pada hari Selasa dan Rabu (1/11), Israel melakukan pengeboman besar-besaran terhadap kamp pengungsi Jabalia, yang terletak di dekat Kota Gaza. Press TV melaporkan.

Setidaknya 195 orang dipastikan tewas dan lebih dari 100 orang diyakini hilang di bawah reruntuhan akibat serangan udara di kamp pengungsi. Sekitar 777 orang terluka dalam serangan tersebut.

Dalam sebuah pernyataan hari Kamis (2/11), Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) mengatakan bahwa tingginya jumlah korban jiwa dan skala kehancuran menimbulkan pertanyaan tentang proporsionalitas.

Baca Juga:  Fenomena Masyarakat Barat Dukung Palestina

“Mengingat tingginya jumlah korban sipil [dan] skala kehancuran setelah serangan udara Israel di kamp pengungsi Jabalia, kami memiliki kekhawatiran serius bahwa ini adalah serangan yang tidak proporsional yang bisa menjadi kejahatan perang,” katanya di X, yang sebelumnya dikenal bernama Twitter .

Jabalia adalah kamp pengungsi PBB terbesar di yang menampung orang-orang yang diusir secara paksa oleh milisi Zionis dan Israel pada tahun 1948. Daerah tersebut dilaporkan menampung hampir 120.000 orang.

Pernyataan tersebut menyusul gelombang kecaman dari PBB, di mana para pejabat menyatakan keterkejutan dan kengerian atas serangan terhadap kamp pengungsi yang penuh sesak.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres “terkejut atas meningkatnya kekerasan di Gaza, termasuk pembunuhan warga Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak dalam serangan udara Israel di daerah permukiman di kamp pengungsi Jabalia yang padat penduduknya,” kata Juru Bicara OHCHR Stephane Dujarric pada Rabu.

Baca Juga:  Abaikan Blinken, Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Israel

Badan anak-anak PBB, UNICEF, juga menggambarkan serangan tersebut “mengerikan dan mengejutkan.”

“Ini hanyalah kekejaman terbaru yang menimpa Gaza di mana pertempuran telah memasuki fase yang lebih mengerikan, dengan konsekuensi kemanusiaan yang semakin mengerikan,” kata Martin Griffiths, Kepala Kemanusiaan PBB.

“Dunia tampaknya tidak mampu, atau tidak mau, untuk bertindak. Ini tidak bisa dilanjutkan. Kita perlu langkah perubahan,” tegasnya.

Korban jiwa warga sipil di Gaza dan kondisi kemanusiaan yang menyedihkan telah menimbulkan kekhawatiran besar di seluruh dunia karena makanan, bahan bakar, air minum dan obat-obatan semakin menipis.

Pada tanggal 7 Oktober, Israel melancarkan perang besar-besaran di Jalur Gaza yang miskin, dimana kekurangan makanan, air, dan obat-obatan mengancam kehidupan warga Gaza dan rumah sakit kewalahan di tengah gencarnya pengeboman Israel.

Baca Juga:  Komisi X DPR Minta Pemerintah Evaluasi Kurikulum Merdeka, UKT, Hingga Kesejahteraan Guru-Dosen

Serangan udara, serangan rudal, dan penembakan yang tak henti-hentinya di Gaza telah mensyahidkan 8.796 warga Palestina hingga Rabu (1/11), termasuk 3.648 anak-anak dan 2.290 wanita, serta melukai sedikitnya 22.219 lainnya, menurut para pejabat.

Sekitar 2.000 orang masih hilang, termasuk 1.100 anak. Sebagian besar dari orang-orang ini diyakini telah syahid dan terkubur di bawah reruntuhan. (T/RI-1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.