Oleh: Dr. Ir. H. Hayu S. Prabowo, Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia (Lembaga PLH & SDA MUI)
Berdasarkan peringkat Global Muslim Travel Index (GMTI) 2015, Malaysia menduduki peringkat tertinggi, diikuti oleh Turki dan Uni Emirat Arab (UEA). Hal ini karena negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) memiliki keunggulan komparatif karena ekosistem Halal yang ada dan layanan ramah Muslim.
Namun demikian, ada kebutuhan yang kuat untuk kebijakan proaktif dan tindakan di negara-negara anggota OKI untuk memanfaatkan lingkungan pariwisata proMuslim dan mengubah keunggulan komparatif mereka menjadi keunggulan kompetitif. Faktanya, sebagian besar negara anggota OKI kekurangan persyaratan dasar dan strategi yang koheren untuk sepenuhnya memaksimalkan daya tarik mereka bagi wisatawan Muslim (Master Card dan Crescent Rating, 2015).
Malaysia dianggap sebagai salah satu negara terkemuka dalam hal peningkatan kapasitas dalam domain pariwisata Muslim. Komitmen Kementerian Pariwisata memainkan peran penting dengan memastikan lingkungan yang memungkinkan untuk pengembangan pariwisata Islam di Malaysia.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Identifikasi pasar Muslim sebagai prioritas untuk pengembangan sektor pariwisata sangat penting. Dalam hal ini, Pusat Pariwisata Islam Malaysia (Islamic Tourism Centre of Malaysia – ITC) didirikan pada tahun 2009 telah melakukan penelitian strategi pariwisata dan intelijen pasar serta memberikan pelatihan dan layanan pengembangan kapasitas dalam domain pariwisata Muslim melalui seminar, lokakarya dan kursus pelatihan untuk pemain industri.
Inisiatif ITC dalam domain pengembangan kapasitas di Malaysia dalam mendukung pariwisata Muslim, telah membuka jalan munculnya perusahaan swasta seperti MyRating yang menyediakan program konsultasi, pelatihan, dan pengembangan kapasitas untuk perusahaan di industri. Misalnya, dalam bidang pelatihan dan pengembangan kapasitas, organisasi menawarkan kursus-kursus tersertifikasi oleh pemerintah Malaysia atau lembaga yang didirikan dalam pariwisata Islam yang memenuhi kebutuhan industri (MyRating, 2016).
Berikut daftar pelatihan yang tersedia:
−Manajemen Hotel dan Resor Ramah Muslim,
−Wisata Kesehatan Ramah Muslim,
−Manajemen Teknologi Makanan Halal,
−Sistem Jaminan Halal,
−Halal Branding dan Pemasaran,
−Halal Logistik,
−Kesadaran Halal dalam Pariwisata dan kebutuhan Wisatawan Muslim,
−Kesadaran Halal dalam Pabrikan Makan an,
−Kesadaran Halal untuk Guru dan Kepala Sekolah,
−Kesadaran Halal dalam Manajemen Fasilitas, dan
−Kesadaran Halal dalam Desain dan Konstruksi Industri.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Dalam hal kelengkapan ekosistem perlu juga kiranya pelatihan untuk kepala rombongan (tour leader) dan pemandu wisata (tourist guide) wisata ramah Muslim.
Indonesia dapat mengadopsi strategi tersebut untuk kemudian disesuaikan dengan keadaan Indonesia. Misalnya, pariwisata berkelanjutan, mengingat Indonesia kaya dengan flora dan fauna serta keindahan alam dan budaya yang terdiri dari 17 ribu pulau dengan sekitar 400 etnik dan 250 bahasa.(AK/R01/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi