Taher Hamad Ungkap Dua Alasan Pemicu Israel Tutup Masjid Al-Aqsha

(Foto: MINA)

Jakarta, MINA – Kuasa Usaha ad interim Kedutaan Besar di Indonesia mengungkapkan dua alasan pemicu menutup Masjid pada Jumat 14 Juli 2017 dan melakukan pembatasan ibadah bagi warga Muslim di kiblat pertama dalam Islam itu sampai saat ini.

Alasan pertama, kata Hamad, penutupan ini merupakan rangkaian besar dari skenario entitas Zionis tersebut untuk meruntuhkan Masjid Al-Aqsha secara keseluruhan, yang akan digantikan dengan bangunan yang mereka sebut dengan “Haikal Sulaiman/Kuil Sulaiman”.

“Israel ingin membuktikan situs suci Al-Aqsha adalah bagian dari kekuasaannya. Sejak 1969, orang-orang Yahudi berusaha menghapus tanda-tanda dan simbol umat Islam di Al-Quds,” ujar Hamad pada tablig akbar Jama’ah Muslimin (Hizbullah) di Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Ahad (30/7).

Menurut dia, salah satu skenario Yahudisasi itu dilakukan melalui penggalian terowongan tepat di bawah Masjid Al-Aqsha sehingga bangunan yang berdiri saat ini berada di atas pondasi rapuh.

“Mereka menginginkan Masjid Al-Aqsha runtuh. Jika terjadi gempa kecil saja di Masjid Al-Aqsha, maka Masjid Suci ini terancam runtuh,” katanya di hadapan ribuan jamaah dari Jabodetabek.

Jumat lalu (14/7) Otoritas Pendudukan Israel menutup total Masjid Al-Aqsha, umat Islam dilarang melaksanakan shalat Jumat dan mengumandangkan adzan. Kejahatan ini adalah pertama dalam sejarah pendudukan Israel selama 50 tahun menguasai Masjid Al-Aqsha, sejak tahun 1967.

Alasan kedua, kata Hamad, Otoritas Israel yang dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ingin menutupi berbagai korupsi menjerat yang mereka yang mulai terkuak, sehingga sengaja membuat huru hara di lingkungan Al-Quds.

Kantor Berita Islam MINA sebelumnya memberitakan, pada 10 Juli 2017, enam tersangka pejabat Israel, termasuk rekan dekat PM Netanyahu, telah ditahan atas tuduhan penyuapan, penghindaran pajak, pelanggaran penipuan dan pencucian uang sehubungan dengan pembelian fiktif kapal angkatan laut dari Jerman.

Mantan Menteri Pertahanan Israel, Moshe Ya’alon mengancam akan menggelar paparan publik terkait informasi mengenai adanya kontak Netanyahu dengan pejabat Jerman jika yang dijuluki “Kasus 3000” itu tidak menghasilkan sebuah dakwaan.

Ya’alon menghentikan rencana pembelian kapal selam, meskipun Shimron menganjurkan kesepakatan tersebut; tapi setelah dia mengundurkan diri pada Mei 2016, Netanyahu memperbarui perundingan dengan Berlin.

Sejak dua pekan lalu, Israel juga melakukan tindakan pembatasan beribadah di Masjid Al-Aqsha bagi warga Muslim Palestina dengan memasang pintu detektor logam, kamera pengawas, dan pagar besi di gerbang masuk Komplek Al-Aqsha.

Hal ini memicu kemarahan rakyat Palestina, mereka menggelar aksi protes di Tepi Barat, Al-Quds, Gaza, dan Palestina jajahan 48, mengakibatkan bentrokan dengan pasukan bersenjata lengkap Israel tak terhindarkan.

Pusat Informasi Palestina melaporkan, sebanyak 15 warga Palestina gugur dan 1.400 lainnya luka-luka akibat bentrokan dalam aksi protes pembatasan Israel di Masjid Al-Aqsha, yang digelar di wilayah Palestina antara 14 hingga 28 Juli 2017.

Taher Hamad mengatakan, Palestina mengapresiasi upaya bangsa Indonesia yang konsisten mendukung rakyat Palestina meraih kemerdekaan dan usaha perjuangan mengembalikan Masjid Al-Aqsha ke pangkuan umat Islam dari pendudukan Israel.

“Kami mewakili Duta Besar Palestina mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada masyarakat Indonesia, khususnya Jamaah Muslimin (Hizbullah) yang telah membantu upaya  kami untuk bebas dari penjajahan Israel. Allahu Akbar…! Al-Aqsha Haqquna…!” ujarnya. (L/R01/RS1)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.