UEA Tegaskan Kembali Komitmen Aliansi OPEC+ dengan Rusia

Dubai, MINA – Menteri energi Uni Emirat Arab menegaskan kembali aliansi minyak dengan , mengingat pemerintah di seluruh dunia menghindari Moskow atas invasi ke Ukraina.

Suhail Al-Mazrouei, mantan presiden aliansi minyak mengatakan bahwa Rusia, yang mengekspor sekitar 10 juta barel minyak per hari, adalah anggota penting dari aliansi energi + global dan tidak ada produsen yang dapat menggantikan produksinya.

“Kecuali seseorang bersedia datang dan membawa 10 juta barel, kami tidak melihat seseorang dapat menggantikan Rusia,” kata Mazrouei dalam forum energi global Dewan Atlantik di Dubai, pada Senin (28/3), Middle East Eye melaporkan.

Aliansi OPEC+ sejauh ini terjebak dengan rencana peningkatan produksi minyak bertahap berdasarkan kesepakatan yang dicapai saat puncak lockdown akibat pandemi virus corona, ketika produsen melakukan pemotongan besar-besaran pada produksi untuk menebus hilangnya permintaan bahan bakar.

Mazrouei mengatakan, harga minyak telah melonjak menjadi sekitar $100 per barel, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa telah meminta produsen minyak Teluk Arab agar berbuat lebih banyak membantu menurunkan harga.

“Tetap bersama, tetap fokus, dan tidak membiarkan politik masuk ke dalam organisasi ini … kami selalu percaya bahwa apa pun yang kami lakukan sebagai negara dalam hal produksi dan pekerjaan ini, harus selalu keluar dari politik,” katanya.

Arab Saudi dan , dua sekutu dekat AS dan pemimpin OPEC+, telah membatasi kritik mereka terhadap invasi Rusia ke Ukraina, sementara juga menghindari tuntutan dari AS mengenai peningkatan produksi minyak.

Menteri luar negeri UEA, Abdullah bin Zayed, mengunjungi Moskow awal bulan ini untuk membahas cara-cara meningkatkan hubungan bilateral.

“Mereka tidak ingin mempertaruhkan kesatuan kelompok. Menjadikan Rusia sebagai bagian dari kelompok OPEC+ sangat penting, terutama bagi produsen Teluk,” kata Amena Bakr, kepala koresponden OPEC untuk Energy Intelligence, melalui akun Twitternya.

Krisis pasokan minyak saat ini telah menyoroti bahwa di tengah dorongan masyarakat internasional menuju transisi ke sumber energi terbarukan, dunia terus sangat bergantung pada pasokan bahan bakar fosil.

Bakr mengatakan, tuntutan barat membuat frustrasi produsen minyak Teluk, termasuk UEA dan Arab Saudi, karena seruan itu datang tanpa komitmen untuk berinvestasi di masa depan produksi minyak negara mereka. (T/R6/B04)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: siti aisyah

Editor: Zaenal Muttaqin

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.