UNESCO: Satu dari Lima Anak di Dunia Tidak Sekolah

-anak perempuan di Sudan Selatan masih sulit mendapatkan akses . (Foto: sudan.savethechildren.net)

Paris, MINA – Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB () melaporkan, sekitar 263 juta anak atau satu dari lima anak di seluruh dunia tidak , angka yang hampir tidak berubah selama lima tahun terakhir.

“Jumlah (laporan) terbaru ini menunjukkan ukuran kesenjangan yang perlu ditutup untuk memastikan akses universal terhadap pendidikan,” kata Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay.

Dia mengatakan, fihaknya memerlukan pendekatan yang lebih komprehensif serta terarah bersamaan dengan lebih banyak sumber daya untuk menjangkau anak-anak dan remaja yang belum layak mendapatkan pendidikan, demikian laporan UNA-OIC, Senin (5/3).

“Hal ini dilakukan dengan penekanan khusus pada anak perempuan dan meningkatkan kualitas pendidikan untuk semua orang,” ujar Azoulay.

Laporan terbaru itu diterbitkan saat delegasi berkumpul di Paris untuk Pertemuan Komite Pengarah Pembangunan Berkelanjutan (SDG)-Pendidikan Keempat atau disebut dengan SDG 4, yang memberikan panduan strategis untuk memajukan Agenda Pendidikan 2030.

SDG 4 mencakup komitmen nyata untuk memastikan bahwa setiap anak perempuan dan anak laki-laki dapat menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah berkualitas pada tahun 2030.

Menurut data dari Institute for Statistics (UIS) UNESCO, meski puluhan tahun berusaha membawa setiap anak dapat mengenyam pendidikan, namun kemajuannya terjadi kemandekan.

Laporan UIS menunjukkan bahwa tingkat kemajuan atau kekurangannya, bervariasi menurut kelompok usia.

Pada tingkat dasar, sembilan persen anak usia 6 sampai 11 tahun (63 juta) tidak sekolah. Selain itu, 61 juta anak berusia 12 sampai 14 tahun dan 139 juta antara usia 15 sampai 17 tahun (satu dari tiga anak) tak terdaftar di sekolah.

Kelompok yang lebih tua empat kali lebih mungkin keluar dari sekolah daripada anak-anak di usia sekolah dasar, dan dua kali lebih mungkin untuk tidak sekolah di sekolah menengah atas.

Di seluruh kawasan sub-Sahara Afrika, satu dari tiga anak dan remaja tidak bersekolah dengan anak perempuan yang kemungkinan akan dikecualikan. Untuk setiap 100 anak usia sekolah dasar di luar sekolah, 123 anak perempuan ditolak haknya atas pendidikan.

Data tersebut juga menyoroti jurang pemisah antara tingkat di luar sekolah di negara-negara termiskin dan terkaya di dunia – dengan 59 persen pelajar menengah atas di seluruh negara berpenghasilan rendah terpaksa tidak bersekolah, dibandingkan dengan 6 persen di seluruh negara berpenghasilan tinggi.

“Akses terhadap pendidikan hanyalah bagian dari gambaran. Kami juga memiliki krisis belajar, dengan satu dari enam anak dan remaja tidak mencapai tingkat kemahiran minimum dalam membaca atau matematika; Mayoritas dari mereka bersekolah,” kata Direktur UIS Silvia Montoya.

Angka-angka baru ini memperkuat seruan untuk investasi pendidikan yang lebih besar secara global guna memastikan kemajuan menuju SDG 4, termasuk sumber daya untuk mengumpulkan data dan analisis dalam memantau kemajuan kecepatan dan kesetaraan.

“Pendidikan harus diberikan bagi setiap anak, yang memerlukan pemantauan efektif guna memastikan bahwa semua anak dapat bersekolah, dan mereka belajar apa yang perlu mereka ketahui,” lanjut Montoya. “Itulah sebabnya UIS, yang merupakan sumber data resmi untuk SDG 4, sedang mengembangkan indikator baru mengenai hasil pendidikan dan pembelajaran yang adil.”

Isu-isu ini akan diajukan ke Komite Pengarah SDG-Pendidikan 2030 Keempat, dengan mekanisme konsultasi dan koordinasi pendidikan global untuk Agenda 2030, yang memberikan saran strategis mengenai kebijakan, pembiayaan, pemantauan, pelaporan dan advokasi.(T/R01/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.