VISA BAGI PEBULUTANGKIS ISRAEL

Palestina dalam Perspektif Sejarah

Dilihat dari sudut pandang sejarah, Zionis Israel Yahudi tidak memiliki akar sejarah sebagai penduduk asli Palestina. Kedatangan mereka ke tanah Palestina pada permulaan akhir periode sebelum lahirnya Isa bin Maryam sampai permulaan masehi bukanlah sebagai pemilik, tetapi sebagai imigran dari Mesir. Begitu juga kedatangan mereka ke tanah Palestina saat ini yang berujung pada kolonialisasi. Sebelum masuknya bangsa Israel, Palestina telah dihuni oleh bangsa Kanaan yang merupakan nenek moyang bangsa Arab Palestina saat ini. Ini disebutkan dalam Kitab Bilangan XIII ayat 17-18, “Maka Musa menyuruh mereka mengintai tanah Kanaan… dan mengamat-amati keadaaan negeri itu; apakah bangsa yang mendiaminya kuat atau lemah, apakah mereka sedikit atau banyak.”

Pernyataan serupa juga diceritakan dalam Al-Qur’an. Bahkan Al-Qur’an menyebutkan bahwa bangsa Israel itu tidak layak atas tanah Palestina karena perilaku mereka sendiri.

“Musa berkata, “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan bagimu (selama kamu beriman). Dan janganlah kalian lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kalian akan menjadi orang-orang yang merugi”. Mereka berkata, “Hai Musa, sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa (bangsa kanaan). Sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar. Jika mereka keluar, pasti kami akan memasukinya.” Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut kepada Allah yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya, “Serbulah mereka melalui pintu gerbang kota ini. Maka bila kalian memasukinya, niscaya kalian akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakkal jika kalian benar-benar beriman.” Mereka berkata, “Hai Musa, sekali-kali kami tidak akan memasukinya selamanya selagi mereka ada di dalamnya. Karena itu, pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya akan duduk menanti di sini saja.” Berkata Musa, “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara aku dan orang-orang yang fasik itu.” Allah berfirman (jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun. Lalu, selama itu mereka berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu, maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang fasik itu. (Q.S. Al-Maidah : 21-26).

Dalam hukum internasional dinyatakan bahwa “Yang berdaulat atas suatu wilayah adalah mereka yang pertama kali mendiami wilayah tersebut dan menunjukkan bukti eksistensi mereka atas wilayah tersebut berupa aktivitas dan bukti-bukti fisik yang menunjukkan kedaulatan mereka atas wilayah tersebut”. Karena itu, bangsa Kanaan yang merupakan nenek moyang Arab Palestina saat ini adalah pemilik sah tanah Palestina.

 

Keistimewaan Palestina (Al Quds) di Mata Umat Islam

Umat Islam memandang Palestina sesuai dengan pandangan ajaran Islam dan sejarahnya yang sangat panjang. Palestina adalah bumi para nabi dimana mereka mengajarkan risalah tauhid kepada umatnya. Tidak ada sejengkal tanah di Palestina, kecuali di sana ada nabi yang shalat menyembah pada Allah SWT dan menyampaikan ajarannya kepada umat. Dari mulai Nabi Ibrahim a.s. dan keturunannya Nabi Ishak a.s., Ya’qub a.s., Yusuf a.s. dan saudara-saudaranya. Kemudian Nabi Daud a.s. dan Sulaiman a.s. Seterusnya, Nabi Musa a.s., Harun a.s., Zakariya a.s., Yahya a.s., dan Isa a.s.

Palestina, di mana Masjid Al-Aqsha ada di dalamnya,  merupakan kiblat pertama umat Islam. Ini adalah penghormatan Islam pada Palestina yang memiliki sejarah panjang tempat para nabi dan tempat turunnya wahyu. Rasulullah saw. dan sahabatnya pernah shalat menghadap Al-Masjid Al-Aqsha selama sekitar 16 bulan. Kemudian Allah SWT. mengubah kiblat umat Islam ke Masjidil Haram. Dan perubahan itu diabadikan Al-Qur’an. Perpindahan kiblat ini sendiri memiliki banyak hikmah yang banyak dirasakan umat Islam sampai sekarang.

Allah SWT memuliakan Palestina dengan Al-Masjid Al-Aqsha. Masjid ini disamping kiblat pertama umat Islam, juga masjid kedua yang dimuliakan Allah swt. dan tanah suci ketiga setelah Makkah dan Madinah. Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kamu bersusah payah bepergian kecuali ke tiga masjid yakni Masjid Al-Haram dan Masjid ku ini (Masjid Nabawi) dan Masjid Al-Aqsa.”(HR. Bukhari Muslim)

Di Masjid Al-Aqsha ini pula Rasulullah SAW. melakukan isra’ dan di sini beliau memimpin shalat bagi para nabi dan rasul yang merupakan simbol bahwa Rasulullah SAW. adalah pemimpin mereka. Kemudian dari Masjid Al-Aqsha, Rasulullah saw. melanjutkan perjalanannya menuju Sidratil Muntaha untuk menerima kewajiban yang paling agung, yaitu shalat lima waktu.

Disamping tempat ini disucikan oleh Allah SWT., tempat ini juga tempat yang diberkahi oleh Allah swt. Keberkahan dari nilai-nilai spiritual karena para nabi menyampaikan risalah di tempat ini, dan keberkahan materi karena kekayaan alam, kesuburan, dan letaknya yang sangat strategis serta alamnya yang indah. “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjid Al-Haram menuju Al-Masjid Al-Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya.” [Al-Israa (17): 1].

Demikianlah keistimewaan Al-Masjid Al-Aqsa, Baitul Maqdis, Al-Quds di Palestina ini. Maka sudah merupakan kewajiban seluruh umat Islam untuk menjaga dan menyelamatkannya dari berbagai macam penjajahan bangsa-bangsa yang terkutuk, utamanya dari Zionis Israel.

Banyak hal yang tentunya dapat kita lakukan sebagai bentuk ukhuwwah Islamiyyah dalam membantu perjuangan Palestina baik jiwa, harta, tenaga, pikiran, do’a, syiar tentang hakikat dan kondisi real yang terjadi di sana baik melalui mimbar maupun media informasi, minimal dengan tidak latah ikut-ikutan memberikan label negatif atau teroris terhadap saudara-saudara kita yang tengah berjuang di garis terdepan menghadapi Zionis Israel.

Perjuangan dalam membantu Palestina, sesungguhnya akan mudah terwujud jika seluruh komponen Umat Islam dapat bersatu sesuai Manhaj An-Nubuwwah, Manhaj kenabian yang dahulu pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin Al-Mahdiyyin. Konsep persatuan dan kesatuan umat telah dicontohkan secara jelas oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, kewajiban kita hanya ‘Ittiba’ bukan mengkritisi apalagi melalaikannya dengan menggantinya dengan konsep di luar syar’i .

Lantas, sejalan dengan kukuhnya semangat Zionis Israel dalam menghacurkan Palestina, termasuk gencarnya usaha mereka merangkul , maka sudah sepantasnya Umat Islam Indonesia tidak lelah apalagi sampai bosan dalam membantu perjuangan Umat Islam Palestina. Zionis ingin menguji Umat Islam Indonesia melalui Misha Zilberman, masihkah Indonesia setangguh dan segarang dahulu ataukah telah lelah dan bosan untuk tegak konsisten membela Palestina?

Mengutip pernyataan Imaamul Muslimin Syeikh Yakhsyallah Mansur “Jika kita bosan berarti kita lemah. Coba bandingkan, Shalahudin Al Ayyubi berhasil membebaskan Palestina setelah berjuang berpuluh-puluh tahun, melewati tiga generasi. Dimulai dari perjuangan Imadudin, Nurudin, dan baru berhasil pada masa Shalahudin. Sekarang, kita baru saja berjuang sudah bosan dan melemah? Jika kita bosan dan lemah Zionis senang. Umat Islam harus sabar, konsisten dan bersungguh-sungguh dalam berjuang membebaskan Palestina dan Masjidil Aqsha”. Waallahua’lam. (P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: hadist

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0