Wakil Presiden Irak: Iran Harus Berhenti Intervensi Irak

File photo/mojahedin.org

Kairo, 22 Ramadhan 1428/17 Juni 2017 (MINA) – Wakil Presiden , Iyad Allawi, pada Jumat (16/6) menyebut dukungan terhadap kelompok-kelompok Syiah di Irak menghalangi upaya untuk menjembatani perpecahan sektarian menjelang pemilihan parlemen tahun depan.

Para pemimpin Irak berharap bisa mengembalikan kontrol atas seluruh wilayah Irak dan mengalahkan Islamic State (Daesh) sebelum pemilihan dimulai pertengahan tahun depan.

“Iran telah mencampuri bahkan dalam (proses pembuatan) kebijakan rakyat Irak,” ujarnya seperti dimuat Arab News yang dikutip MINA.

“Kami tidak menginginkan pemilihan umum yang berdasarkan pada sektarianisme, kami menginginkan sebuah proses politik yang inklusif … kami berharap bahwa rakyat Irak akan memilih diri mereka sendiri tanpa keterlibatan oleh kekuatan asing,” kata Allawi.

Allawi, politisi sekuler Syiah yang memiliki pendukung di antara sejumlah kalangan Sunni, berada di Kairo untuk bertemu dengan pemimpin Mesir, termasuk Presiden Abdel Fattah El-Sisi, untuk berdiskusi tentang minyak dan konflik di Suriah, Yaman, dan Libia.

Irak berada di garis sesar antara Iran Syiah dan sebagian besar Arab Sunni. Rasa permusuhan dan ketidakpercayaan yang mendalam antara kedua belah pihak adalah bahan bakar yang disulut oleh perpecahan sektarian.

Ketegangan meningkat lebih dalam setelah Iran, dengan memanfaatkan hubungannya dengan mayoritas Syiah di Irak, telah muncul sebagai kekuatan penengah utama di Irak setelah Amerika Serikat menarik tentaranya pada 2011, delapan tahun setelah menggulingkan Saddam Hussein, seorang Sunni.

Teheran membantah mengganggu politik Irak, berkilah bahwa bantuan militer yang diberikannya kepada kelompok paramiliter Syiah dimaksudkan untuk membantu mengalahkan Daesh.

Baik Perdana Menteri Irak saat ini maupun sebelumnya, Hailer Al-Badri dan Nutria Al-Maliki, bernaung di bawah partai Dana, sebuah kelompok Syiah yang memiliki hubungan dekat dengan Iran.

Tapi Al-Abadi telah berhasil menjalin hubungan dengan Sunni lebih baik ketimbang Al-Maliki, dan juga memperbaiki hubungan Baghdad dengan Arab Saudi, musuh regional Iran.

“Ini adalah saat yang tepat untuk mengadakan pemilihan yang adil sehingga tidak ada yang mengganggu, baik Iran maupun orang lain, atau Turki, atau Suriah atau AS,” kata Allawi.

Allawi sebelumnya menuduh Teheran menghalangi upayanya untuk menjadi perdana menteri dalam pemilihan 2010, meski kelompoknya memenangkan jumlah kursi terbanyak di parlemen, walsu dengan selisih tipis. (R11/RS1)

Miraj Islamin News Agency/MINA

Wartawan: Syauqi S

Editor: illa

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.