London, 16 Rabi’ul Akhir 1436/6 Februari 2015 (MINA) – Wali Kota Muslim Calgary-Kanada, Naheed Nenshi, dinobatkan sebagai pemenang penghargaaan bergengsi Wali Kota paling berprestasi di dunia versi World Mayor Prize, sebagai pengakuan atas usahanya terlibat bersama warga dalam peningkatan kehidupan masyarakat.
Ajang penghargaan yang diadakan setiap dua tahun sekali itu diselenggarakan oleh City Mayor Foundation yang merupakan lembaga cendekiawan internasional non-komersial berbasis di London.
Fokus lembaga yang didirikan pada 2003 tersebut yakni mendukung, mendorong, serta memfasilitasi pemerintah daerah di seluruh dunia dalam penerapan sistem pemerintahan yang baik.
“Dia (Nenshi) adalah visioner perkotaan yang tidak mengabaikan seluk-beluk pemerintah daerah,” kata City Mayor Foundation dalam siaran pers sebagaimana dikutip On Islam dan Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat.
Baca Juga: AS Tolak Laporan Amnesty yang Sebut Israel Lakukan Genosida di Gaza
“Bagi banyak orang di Amerika Utara dan Eropa, Walikota Nenshi adalah panutan bagi manajemen yang menentukan, inklusivitas dan berpikir ke depan,” kata pernyataan itu.
Nenshi adalah walikota Kanada pertama yang memenangkan penghargaan, diikuti oleh Daniel Termont Walikota Ghent, Belgia, dan Tri Rismaharini Walikota Surabaya, Indonesia.
Dalam laman resminya, City Mayor mengumumkan 10 terbaik dari walikota di seluruh dunia yang menonjol dalam hal dukungan publik.
“Ini indah, kehormatan yang tak terduga dari The World Mayor Project. Terima kasih kepada banyak warga Calgary dan orang-orang dari seluruh dunia yang mengambil waktu mencalonkan saya untuk penghargaan ini,” kata Nenshi.
Baca Juga: Mayoritas Anak Muda dan Wanita AS Kecam Serangan Israel di Gaza
Nenshi menjadi walikota Muslim pertama di kota Amerika Utara pada 2010. Meskipun ada kampanye penodaan terhadap dirinya, warga Calgary tetap mendukungnya melawan rasis.
Dia saat ini menjalani masa jabatan keduanya sebagai Walikota Calgary ke-36. Nenshi lahir di Toronto dan dibesarkan di Calgary dengan orang tua asal Tanzania.
Dia masuk Harvard University, dan pada usia 22 tahun dikontrak oleh salah satu perusahaan konsultan terkemuka di dunia.
Delapan tahun bekerja pada perusahaan, kemudian dia pensiun untuk kembali ke kampung halamannya Calgary dan tinggal bersama ayahnya yang sakit.
Baca Juga: Trump Ancam Keras Jika Sandera Israel Tak Dibebaskan Sebelum Pelantikannya
Dia telah bekerja kepada PBB, memulai bisnis sendiri, dan menjadi profesor di Mount Royal University, di kota kelahirannya. (T/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Pengadilan AS Batalkan Kasus Pidana Trump