Wapres RI: NU Harus Bertransformasi dan Beradaptasi Sesuai Zaman

Wakil Presiden (Wapres) RI K.H. Ma’ruf Amin.(Foto: Setwapres RI)

Jakarta, MINA  – Wakil Presiden (Wapres) RI K.H. Ma’ruf Amin menghadiri Resepsi Puncak 1 Abad Nahdlatul Ulama () di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim), Selasa (7/2).

Acara ini dibuka oleh Presiden Joko Widodo yang hadir bersama Ibu Iriana Joko Widodo.

Pada kesempatan yang sama, dalam Peringatan Satu Abad NU yang juga diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah NU (PWNU) Provinsi Banten di Jakarta, secara virtual Wapres menekankan, NU harus bertransformasi dan beradaptasi sesuai zaman.

“Memasuki usia baru, NU harus mampu bertransformasi dan beradaptasi dengan perubahan zaman, perkembangan yang membawa aneka tantangan,” tegasnya sebagaimana laporan Setwapres RI.

Lebih lanjut Wapres menyampaikan, transformasi dan adaptasi sesuai perkembangan zaman telah dilakukan sejak berdirinya organisasi ini.

Untuk itu, ia meminta segenap warga NU terus melanjutkan kontribusi sesuai dengan tantangan zaman yang dihadapi.

Tantangan tersebut meliputi tiga aspek kehidupan, yaitu aspek individu, bangsa dan negara, serta dunia secara keseluruhan.

“Mari kita lanjutkan upaya ishlahul ummah (memperbaiki umat), ishlahul wathan (memperbaiki bangsa dan negara), wal ishlahul alam (memperbaiki dunia), sebagaimana misi utama NU, yaitu ‘amaliyatul ishlah, karena NU adalah jamiyatul ishlah (organisasi yang melakukan perbaikan-perbaikan),” imbau Wapres.

“Dengan penuh rasa syukur saya sampaikan selamat memperingati 1 Abad Nahdlatul Ulama. Saya mendoakan seluruh pimpinan dan segenap warga NU tetap sehat, semangat, amanah, serta istiqomah, bersama-sama memajukan dan menjadikan Indonesia baldatun tayyibatun warabbun ghafur,” pungkasnya.

Dalam acara Resepsi Puncak 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU) itu dilakukan Pemberian Penghargaan kepada Grand Syaikh Al-Azhar Mesir dan Sayyid Ahmad bin Muhammad Al-Maliki serta Pembacaan Rekomendasi Muktamar Fikih Peradaban oleh Ketua Umum PBNU K.H. Cholil Yahya Tsaquf. Acara dilanjutkan dengan Pemukulan Bedug Digital sebagai tanda Launching Abad ke-2 NU.

Hadir dalam acara tersebut, Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri, Wapres ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla, Ibu Negara ke-4 Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri BUMN Erick Tohir.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Azwar Anas, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Penasihat PBNU K.H. Mustofa Bisri, Rois Aam PBNU K.H. Miftachul Akhyar, Duta Besar dari negara-negara sahabat, Muslimat NU, Fatayat NU, dan jajaran NU lainnya.

NU Kini Lebih Modern

Keberadaan para nahdliyin (warga NU) dengan kekhasannya mudah dikenali hanya dengan memakai sandal jepit dan mengenakan kain sarung.

Bahkan hingga saat ini, hal tersebut sebagian masih terlihat. Namun, di era kekinian, kekhasan pakaian tidak lagi diperbincangkan, warga NU saat ini telah memiliki pemikiran yang modern dan lebih dinamis, tidak lagi konservatif.

“Dulu itu kan memang NU mengambil jarak dengan penjajah. Dulu penjajah itu identik dengan celana, dengan sepatu, dan dengan dasi. Nah, itu dulu pertarungan bukan hanya masalah pemahaman, idealisme, dan bukan juga hanya pada masalah aspek-aspek penjajahan, tetapi juga sampai pada perilaku,“ tutur Wapres Senin kemarin.

Lebih lanjut, Wapres mengatakan, soal pakaian kini lebih disesuaikan dengan keadaan. Kekhasan tersebut saat ini tidak lagi menjadi perbincangan. NU memang pernah mengalami pemikiran yang konservatif. Namun, saat ini pemikiran NU lebih dinamis.

“Kemudian saat ini NU kembali kepada khittah-nya yaitu cara berpikir yang moderat, tapi dinamis. Tidak statis dan tidak tekstual. Nah, ketika sudah terbuka, maka kita melihat persoalan itu secara lebih kontekstual,” urai Wapres.

Wapres menambahkan, eksistensi di masa kebangsaan modern sekarang ini lebih ditekankan pada perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan, seperti pendidikan di pondok pesantren dan perguruan tinggi NU yang sudah berubah dan lebih terbuka.

“Saya kira sekarang NU sudah punya ribuan doktor, baik yang dari dalam negeri, maupun luar negeri. Bukan hanya doktor ahli agama, tapi juga ahli IT, bahkan ada ahli lingkungan, dan ahli nuklir. Sekarang NU ingin memanfaatkan kader-kadernya yang memiliki pengetahuan di bidang ekonomi, di bidang sains supaya lebih diberdayakan,” tuturnya.

Kendati demikian, Wapres mengakui pandangan masyarakat terhadap warga NU yang memiliki khas memakai sandal jepit dan kain sarung dan dianggap tradisional masih terus ada, tetapi dengan pemikiran yang lebih modern.

“Pakai kain, pakai sandal, bawa handphone, bawa laptop. Nah itu ciri-ciri santri modern, santri zaman ini. Mereka juga memiliki kemampuan nge-lobby, komunikasinya luar biasa,” ungkapnya.(R/R1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.