WHO: 17,8 Juta Warga Yaman Butuh Bantuan Kesehatan

Sanaa, MINA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (23/1) memperingatkan 17,8 juta warga di negara memerlukan dukungan kesehatan dan 2,4 juta anak di bawah usia lima tahun (Balita) mengalami .

“Peristiwa baru-baru ini di dan serangan terhadap Yaman, ketika situasi di wilayah memburuk, dapat membalikkan kemajuan yang telah dicapai dengan susah payah demi perdamaian dan stabilitas,” kata Arturo Pesigan, perwakilan WHO di Yaman, mengatakan pada pengarahan PBB di Jenewa melalui tautan video.

“Rakyat Yaman telah hidup melalui kehancuran yang mendalam, kelaparan, dan kekerasan. Mereka berhak mendapatkan kehidupan yang damai dan maju,” kata Pesigan, dikutip Anadolu Agency.

Mengingat hanya 51% fasilitas kesehatan yang beroperasi penuh di negara ini, ia mengatakan daerah-daerah yang terkena dampak ketidakamanan menghadapi “tantangan kesehatan dan pembangunan yang terburuk.”

“Provinsi Hodeidah di bagian barat saja menampung 135.000 rumah tangga pengungsi internal dan 916 kamp pengungsi internal, hal ini telah memperburuk kekhawatiran sosial-ekonomi yang dihadapi masyarakat dan fasilitas kesehatan,” kata Pesigan.

Mengenai penyakit endemik, perwakilan WHO mengatakan Yaman kewalahan menghadapi penyakit malaria, demam berdarah, campak, difteri, dan diare cair akut, yang diduga kolera.

Sejak awal tahun 2024, 3.940 kasus diare cair akut dan dugaan kasus kolera dilaporkan, dengan 13 kematian terkait, Pesigan sambil menunjukkan bahwa Yaman diklasifikasikan sebagai “wabah kolera terbesar di dunia,” dengan lebih dari 2,5 juta kasus dilaporkan antara 2016 dan 2021.

Dia juga menekankan bahwa WHO menghadapi kekurangan parah dari dukungan kemanusiaan di negara tersebut. Sehingga kesenjangan pendanaan pada tahun 2023 mencapai 93%.

“Saat ini, Yaman berada di persimpangan jalan yang kritis. Hari-hari mendatang akan menentukan masa depan lebih dari 35 juta orang, apakah kemajuan kemanusiaan dan pembangunan akan terhenti atau apakah Yaman akan berada di jalan menuju perdamaian,” katanya.

Ketegangan meningkat di Laut Merah di tengah serangan terhadap kapal komersial yang diduga memiliki hubungan dengan Israel.

Kelompok Houthi mengatakan serangan mereka bertujuan untuk menekan Israel agar menghentikan serangan mematikan di Jalur Gaza, yang telah menewaskan hampir 25.500 orang Palestina sejak 7 Oktober 2023.

AS dan Inggris melancarkan serangan udara terhadap sasaran kelompok Houthi di Yaman dalam beberapa hari terakhir sebagai pembalasan atas serangan tersebut, yang telah menciptakan kekhawatiran akan terjadinya serangan inflasi baru dan gangguan rantai pasokan.

Laut Merah adalah salah satu jalur laut yang paling sering digunakan di dunia untuk pengiriman minyak dan bahan bakar. Jalur ini digunakan untuk transit antara Terusan Suez Mesir dan Teluk Aden, sehingga memungkinkan kapal menghindari rute yang jauh lebih mahal dan panjang melintasi pantai selatan Afrika.(T/R5/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.