Zaitun Rasmin: Sejarah, Umat Islam adalah Umat Paling Toleran

Ketua Umum , Zaitun Rasmin (Foto: MINA/kurnia)

 

urabaya, 21 Jumadil Akhir 1438/19 Februari 2017 (MINA) – Ketua Umum Wahdah Islamiyah menyatakan meski diajarkan untuk memilih pemimpin yang seagama saja, bukan berarti umat Islam tidak toleran.

“Dalam sejarah, umat Islam adalah umat yang paling toleran dan juga paling menepati perjanjian,” kata Zaitun di Masjid Al Madani, Pakuwon City, Surabaya, Sabtu (18/2).

Dia mengatakan termasuk ketika tujuh kata dihilangkan dari piagam Jakarta maupun ketika terpilih pemimpin non muslim di berbagai daerah, umat Islam sangat toleran.

“Sudah menjadi ketetapan Allah subhanahu wata’ala di dalam Al Qur’an bahwa umat Islam adalah umat terbaik khairu ummah,” terang Zaitun yang juga merupakan Wasekjen MUI Pusat ini.

Menurutnya, dalam sejarah hal ini sudah pernah terbukti di zaman para sahabat dan tabi’in. Bukan hanya itu, predikat “terbaik” akan tetap disandang oleh umat ini sepanjang masa jika syarat-syaratnya terpenuhi.

“Ini sejalan dengan firman Allah ta’ala “Wa antum a’launa in kuntum mu’minin”, dan kalian adalah umat yang paling tinggi derajatnya jikan kalian umat yang beriman. Atau di ayat lain: “kuntum khaira ummah ukhrijat linnaas”, kalian adalah umat terbaik yang pernah dilahirkan untuk umat manusia,” jelas Zaitun.

“Allah juga menegaskan dalam Al-Quran bahwa agama Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai Tentunya menjadi tanggung jawab kita semua, umat Islam, untuk membuktikan hal ini,” ujar Zaitun.

Syarat utama untuk menjadi umat terbaik adalah keimanan dan kesiapan untuk terus berjuang. Sebagaimana di jelaskan dalam Surah Ash Shaff.

Allah menjanjikan kemenangan, “fathom qariibun”, jika umat Islam menjaga keimanan dan terus berjuang.

Selain itu, syarat agar umat ini tetap menjadi umat terbaik adalah dengan cara terus menyuarakan kebenaran. Umat Islam harus tetap menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar ataupun “inkarul munkar” (mengingkari kemunkaran).

“Inkarul munkar sama sekali tidak identik dengan kekerasan dan anarkisme,” tegas Zaitun.

Gerakan menyuarakan kebenaran, mencegah kemunkaran, mengingkari kedzaliman hanya boleh dilaksanakan dengan damai. Tidak boleh anarkis, tidak boleh pula apatis, tidak peduli terhadap kemunkaran yang terjadi.

Ini sebagaimana yang telah diupayakan umat Islam dengan menggelar Aksi bela Islam 1, 2, 3, dan 4. “Jalan damai adalah jalan utam dalam Islam, dan jalan damai tetap membuahkan hasil. Ini bisa dilihat dalam sejarah,” kata ustadz yang dikenal dengan inisial UZR ini.

Zaitun mencontohkan berbagai upaya damai yang tetap membuahkan hasil sepanjang sejarah. Seperti yang dilakukan oleh Imam Ahmad dan Al Izz ibnu Abdis Salam.

“Kita akan tetap menyuarakan kebenaran dengan damai, apapun resikonya,” kata Zaitun

Acara ini diselenggarakan oleh Wahdah Islamiyah Surabaya bekerja sama dengan Komunitas Muslim Pakuwon City dan Komunitas Ekonomi Syariah Surabaya.

Wahdah Islamiyah Surabaya menyelenggarakan Gerakan Subuh Berjama’ah dan Tabligh Akbar bertajuk “Pemimpin dan Umat Terbaik untuk NKRI yang Bermartabat dan Berkeadilan”.

Hadir sebagai pemateri Ketua Wahdah Islamiyah Muhammad Zaitun Rasmin dan Ustadz Charis Bangun Samodra yang merupakan mantan pastur. Acara ini dilaksanakan di Masjid Al Madani, Pakuwon City, Surabaya. (L/R03/P1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: kurnia

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.