Oleh Bahron Ansori / Redaktur MINA
Khalid Al-Miski adalah seorang pemuda yang tampan, rajin beribadah, wara’, ikhlas, rajin bekerja, dan amanah. Dia seorang pedagang keliling kampung yang membawa barang dagangannya di atas kepala.
Salah seorang wanita cantik tertarik pada Khalid Al-Miski yang tampan. Suatu hari, wanita ini memanggil Khalid dengan maksud akan membeli barang dagangannya. Ia telah merancang tipu-dayanya, lalu Khalid diminta agar masuk ke dalam rumahnya dengan alasan ia akan membeli dagangannya. Ternyata ia segera mengunci pintu-pintu rumahnya, kemudian berkata, “Kamu akan celaka, jika tidak mau melayani aku! Sebab aku akan mempermalukanmu di depan umum sehingga mereka menuduhmu ingin memperkosaku.”
Khalid berusaha mengalihkan pembicaraan, tetapi tanpa membuahkan hasil. Lalu Khalid memperingatkannya dengan janji dan ancaman Allah. Akan tetapi, setan telah menguasai wanita cantik tersebut dan membutakan mata hatinya.
Baca Juga: Perang Mu’tah dan Awal Masuknya Islam ke Suriah
Ketika Khalid yakin bahwasanya ia tidak bisa menyelamatkan diri dari ancaman wanita tersebut, maka ia tampakkan dirinya menyetujui permintaan itu dan meminta izin untuk berbenah diri di kamar mandi. Wanita itu bahagia dan setuju. Khalid masuk ke kamar mandi dan berpikir bagaimana caranya agar dapat terhindar dari godaan ini.
Kemudian, Allah memberi petunjuk, sekalipun nanti tubuhnya akan kotor. Tidak masalah, asalkan ia dapat menghindarkan diri dari maksiat yang pasti mendatangkan murka Allah. Maka Khalid melumuri wajah dan tubuhnya dengan tinja. Dengan demikian tercium bau tidak enak, kelihatan jelek, dan menjijikkan.
Khalid keluar dari kamar mandi. Begitu wanita tersebut melihat Khalid kotor dan menjijikkan, ia menghardik dan menyuruhnya keluar serta mengusirnya dari rumahnya. Pemuda tersebut lari dan meninggalkan rumah wanita itu untuk menyelamatkan diri dan agamanya
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengganti bau busuk dan menjijikkan itu dengan bau yang harum bagaikan minyak miski. Orang-orang pun dari kejauhan sudah mengetahui kedatangannya, sebelum mereka melihat Khalid, yaitu dengan mencium baunya yang harum. Sejak saat itu orang-orang memanggilnya dengan Khalid Al-Miski.
Baca Juga: Selamatkan Palestina, Sebuah Panggilan Kemanusiaan
Inilah seorang pemuda Mukmin yang sebenarnya, yang meyakini bahwa Allah senantiasa mengawasi gerak-geriknya setiap saat sehingga sekalipun di hadapannya seorang wanita yang cantik dan gemulai, namun ia merasa takut kepada Allah. Tidak takut kepada manusia atau undang-undang karena semuanya tidak dapat melihat dan mengawasinya sepanjang waktu. Hanya Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Melihatlah yang senantiasa memantau gerakannya. Khalid takut dengan bahaya yang ditimbulkan oleh maksiat, maka ia mencari alasan dengan melumuri kotoran pada tubuhnya, dan justru ini menunjukkan kebersihan batinnya dan ketulusan imannya. Kemudian, Allah menggantinya dengan bau harum semerbak di dunia dan baginya di akhirat pahala yang besar dan berlimpah.
Ibrah Bagi Manusia Berakal
Bagaimana dengan kita saudaraku…? Hari ini, berapa banyak manusia yang melumuri wajah dan tubuhnya dengan parfum-parfum semerbak mewangi, tapi bau busuknya perbuatan maksiat menjadikan mereka tercemar di tengah masyarakat. Mereka tak kuasa menutupi aibnya, sebab mereka hanya takut kepada manusia yang lemah, bukan kepada Allah Yang Maha Melihat.
Hari ini, betapa banyak pemuda bahkan pejabat yang berpenampilan necis, harum semerbak tercium dari penampilannya yang indah memukau. Tapi, tahukah kita di belakang sana ia banyak melakukan kemaksiatan demi kemaksiatan (selingkuh, korupsi, kolusi, mencuri dsb). Ia sengaja melakukan berbagai keburukan itu demi mencari ridha manusia. Ia berani melanggar aturan Allah hanya untuk tampil memukau di hadapan manusia.
Baca Juga: Malu Kepada Allah
Jaman ini, betapa banyak manusia yang ingin memperkaya diri dan memperindah tampilan pisiknya namun tak perduli dengan kemiskinan dan kebobrokan imannya. Ia ikhlas mengeluarkan uang sebanyak-banyaknya demi meraih pujian di hadapan manusia dengan penampilan megah. Namun ia lupa bahwa Allah-lah sebaik-baik tujuan. Allah-lah sebaik-baik tempat mencari ridha dan maghfirah.
Nasehat Sebelum Maksiat
Dikisahkan pada suatu hari, Guru Sufi yang terkenal, Ibrahim bin Adham didatangi oleh seseorang yang layak disebut sebagai ‘ahli maksiat’ karena sudah sekian lama ia hidup dalam kemaksiatan, sering mencuri, selalu menipu dan merampok, suka minum khamr, dan tidak pernah meninggalkan zina.
Ahli maksiat ini berniat untuk tobat dan mengadu (curhat) serta meminta nasehat kepada Ibrahim bin Adham, “Wahai tuan guru, aku seorang pendosa yang rasanya tak mungkin bisa keluar dari kubangan maksiat. Tapi, tolong ajari aku seandainya ada cara untuk menghentikan semua perbuatan-ku yang sangat tercela selama ini.”
Baca Juga: Palestina Memanggilmu, Mari Bersatu Hapuskan Penjajahan
Ibrahim bin Adham menjawab, “Baik anak muda, jika kamu bisa selalu berpegang pada lima hal ini, niscaya kamu akan terjauhkan dari segala perbuatan dosa dan maksiat. Pertama, jika kamu masih akan berbuat dosa dan maksiat, maka usahakan agar Allah SWT jangan sampai melihat perbuatanmu itu.
Kedua, jika kamu masih akan berbuat dosa dan maksiat, maka jangan pernah lagi kamu makan rezeki Allah. Ketiga, jika kamu tetap ingin berbuat dosa dan maksiat, maka janganlah kamu tinggal lagi di bumi Allah.
Keempat, jika kamu masih juga akan berbuat dosa dan maksiat, dan suatu saat malaikat maut datang untuk mencabut nyawamu sebelum kamu bertaubat, tolaklah ia dan janganlah mau nyawamu dicabut.
Kelima, jika kamu masih juga hendak berbuat dosa, dan tiba-tiba malaikat maut mencabut nyawamu justru ketika sedang melakukan dosa, maka nanti saat malaikat Malik akan memasukkanmu ke dalam neraka, mintalah kepadanya kesempatan hidup sekali lagi agar kamu bisa bertaubat dan menambal dosa-dosamu itu.
Baca Juga: Korupsi, Virus Mematikan yang Hancurkan Masyarakat, Ini Pandangan Islam dan Dalilnya!
Mendengar semua perkataan Ibrahim bin Adham tersebut, ahli maksiat itu langsung pucat pasi, menangis sejadi-jadinya. Ia berjanji akan taubatan nasuha dan takkan mengulangi perbuatan maksiat lagi selama hidupnya.
Karena hidup ini hanya sekali saudaraku, dan kita tidak pernah tahu kapan maut menjemput, sementara semua yang telah diperbuat pasti akan kita pertanggung jawabkan di akhirat kelak. Lalu pertanyaannya, apakah kita masih akan menyia-nyiakan hidup yang sekejap ini hanya untuk menumpuk dosa dan maksiat? (T/R2/IR)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Inilah Tanda Orang Baik, Inspirasi dari Kisah Nabi Musa Belajar kepada Khidir