Paris, MINA – Dua wanita Muslim terluka setelah ditikam di dekat Menara Eiffel Paris oleh dua penyerang wanita kulit putih, media lokal melaporkan pada hari Kamis (22/10).
Serangan itu terjadi di tengah ketegangan yang meningkat setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dalam pidatonya pada 2 Oktober bahwa Islam “berada dalam krisis,” sebuah klaim yang dituduhkan para kritikus akan memicu Islamofobia, Anadolu Agency melaporkan.
Seperti dilansir franceinfo dan media lainnya, insiden tersebut terjadi di bawah landmark ikonik, Menara Eiffel ketika para wanita muslim sedang berjalan-jalan kemudian seekor anjing berlari dan menakuti anak-anak mereka.
Ketika wanita Muslim meminta pemilik anjing yang digambarkan sebagai wanita kulit putih “berpenampilan Eropa” untuk mengendalikannya, mereka menolak, dan meneriakkan hinaan “Arab Kotor!” dan “Pulanglah!”
Baca Juga: Diplomat Rusia: Assad dan Keluarga Ada di Moskow
Mereka kemudian mengeluarkan pisau, menebas salah satu wanita Muslim tiga kali secara terpisah di tengkorak, tulang rusuk, dan lengan atas, serta menikam dengan enam tusukan kepada wanita lainnya.
Serangan itu dihentikan oleh pedagang yang bekerja di kaki menara.
Para korban serangan itu – yang diidentifikasi bernama Kenza (49) dan Amel, sepupunya, keduanya berasal dari Aljazair menderita luka tusukan di paru-paru dan bagian lainnya.
Polisi segera menangkap salah satu penyerang dan penyerang yang kedua pada Selasa (20/10). Jaksa Paris pada Rabu membuka penyelidikan atas percobaan pembunuhan dan penyerangan dengan senjata itu.
Baca Juga: Penulis Inggris Penentang Holocaust Kini Kritik Genosida Israel di Gaza
Serangan itu telah memicu ketegangan yang sedang berlangsung di ibu kota setelah pembunuhan guru Samuel Paty oleh seorang ekstremis Jumat lalu, sebuah insiden yang dicap Macron sebagai “serangan teroris Islam.”
Para pemimpin Muslim di seluruh Prancis mengutuk pembunuhan itu, menekankan bahwa ekstremis menyalahgunakan agama untuk tujuan mereka dan tindakan mereka tidak dapat dibenarkan melalui Islam.
Paty (47) seorang guru sekolah menengah, dipenggal pada hari Jumat oleh Abdoullakh Anzorov, seorang pria berusia 18 tahun asal Chechnya. Tersangka ditembak mati oleh polisi.
Guru tersebut dalam salah satu kelasnya mengajarkan tentang kebebasan berekspresi, telah menunjukkan kartun kontroversial yang menggambarkan Nabi Muhammad.
Baca Juga: Polandia Komitmen Laksanakan Perintah Penangkapan Netanyahu
Kritikus telah memperingatkan pemerintah yang memungkinkan mengeksploitasi pembunuhan ini untuk mengintensifkan kampanye gerakan anti-Muslim yang kontroversial. Para pemimpin masyarakat juga menyatakan keprihatinan bahwa serangan itu akan semakin menstigmatisasi Muslim Prancis dan memicu Islamofobia.
Pengguna media sosial juga mengkritik media lokal karena memberitakan insiden penikaman secara bias.
“Akankah media menyebut ini serangan teroris? Tidak! Standar ganda yang mencolok di sini,” kata CJ Werleman, seorang aktivis melawan Islamofobia melalui Twitter. (T/R7/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ratusan Ribu Warga Spanyol Protes Penanganan Banjir oleh Pemerintah