Israel Mulai Pembangunan Ruangan Pengawasan Permanen di Masjid Ibrahimi

, 22 Syawwal 1437/26 Juli 2016 (MINA) – Pasukan militer memulai pembangunan ruangan permanen di pintu masuk di kota tua Hebron, Ahad (24/7/2016), sebagai ruangan pengawasan dan pemeriksaan bukan pos pemeriksaan sementara dan pagar kawat.

Komite Rehabilitasi Hebron mengatakan dalam siaran pers yang diberitakan Kantor Berita Palestiona WAFA yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), pembangunan ruangan bersemen untuk menggantikan pagar kawat dan pos pemeriksaan sementara merupakan indikasi bahwa perubahan ini akan menjadi permanen.

Ruangan tersebut akan berfungsi sebagai ruangan pemeriksaan dan pengawasan di mana tentara akan ditempatkan serta para jamaah dan pengunjung harus memasuki ruangan agar dapat masuk ke dalam Masjid.

Komite mengecam keputusan ini dan mengatakan pembangunan ruangan pengawasan permanen itu bertujuan untuk mengubah Masjid dan lingkungannya serta membatasi gerakan jamaah Palestina memasuki masjid bersejarah di Palestina itu.

“Ini akan meningkatkan isolasi kota tua (Hebron) dengan cara yang bertentangan dengan semua hukum internasional, yang menjamin kebebasan beraktivitas dan beribadah,” tegas komite dalam pernyataannya.

Komite juga mengatakan bahwa perubahan merupakan pelanggaran karena dianggap upaya untuk mengubah situs bersejarah, budaya, dan agama.

Penduduk Hebron menyerukan kepada Organisasi Kerjasama Islam (OKI) agar menghentikan pelanggaran berat tersebut dan menuntut badan hukum, organisasi budaya, dan UNESCO untuk mengakhiri pelanggaran Israel, yang bertujuan untuk mengubah wajah kota tua Hebron .

Masjid Ibrahimi ini terletak di kota tua Hebron, beberapa ratus meter dari bagian kota secara ilegal diduduki oleh ratusan pemukim ilegal Israel, yang dilindungi oleh sekitar 1.500 tentara Israel.

Sejak tahun 1967, Masjid Ibrahimi, seperti semua situs suci umat Islam di Palestina, menjadi target pasukan pendudukan Israel dan pemukim ilegal Yahudi.

Pada tahun 1994, Israel membagi Masjid Ibrahimi antara jamaah Muslim dan Yahudi, setelah seorang pemukim ekstrimis Yahudi menembak mati 29 jamaah Muslim Palestina saat menggelar shalat subuh berjamaah pada hari-hari terakhir bulan Ramadan.

Baruch Goldstein, seorang pemukim ekstrimis dari pemukiman ilegal ‘Kiryat Arba’, yang memegang kewarganegaraan Amerika Serikat dan Israel, melepaskan tembakan senapan mesin kepada para jamaah Muslim saat shlat subuh berjamaha tersebut. Dia membunuh 29 orang dan melukai 125 lainnya. Pada hari yang sama di luar Masjid, tentara Israel menembak ke arah warga Palestina yang menggelar aksi protes dan menewaskan sedikitnya sepuluh warga sipil.

Menyusul insiden itu, Masjid Ibrahimi diubah menjadi sebuah pos militer dan kemudian membagi menjadi dua bagian, satu untuk jamaah Muslim dan satu lagi untuk orang-orang Yahudi. Jadi Masjid menjadi titik konflik dan ketegangan konstan yang telah dirusak kesuciannya.

Saat ini, Israel mengontrol akses penduduk Palestina menuju masjid, mencegah banyak beribadah di dalam masjid secara teratur, dan sering melarang adzan dengan dalih mengganggu para pemukim ilegal Yahudi.

Direktorat Wakaf Hebron mengatakan bahwa kebijakan melarang seruan Muslim untuk beribadah ditujukan untuk mengencangkan blokade bagi penduduk Muslim Palestina dan menghentikan mereka dari beribadah di Masjid, kemudian mengusir mereka dari kota mereka sendiri. (T/R05/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.