JOKO WIDODO: DUNIA BERUTANG PADA PALESTINA

Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. (Foto: Rana/MINA)
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. (Foto: Rana/MINA)

Jakarta, 3 Rajab 1436/22 April 2015 (MINA) – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengatakan, dunia ini masih berhutang kepada rakyat .

“Dunia tidak berdaya menyaksikan penderitaan Rakyat Palestina yang begitu dalam oleh ketakutan dan ketidakadilan akibat penjajahan yang berlangsung begitu lama,” kata Presiden Joko Widodo dalam pidato pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Peringatan 60 Tahun Konferensi () di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (22/4).

Menurut Jokowi, negara-negara Asia-Afrika tidak boleh berpaling dari penderitaan rakyat Palestina. “Kita harus terus berjuang bersama mereka. Kita harus mendukung lahirnya sebuah negara Palestina yang merdeka,” tegas Jokowi.

Palestina adalah salah satu negara yang hadir pada KAA 1955 dan satu-satunya negara peserta yang sampai saat ini masih belum mencapai kemerdekaan penuh. KAA 2015 akan mengeluarkan tiga deklarasi akhir, salah satunya mengenai dukungan negara Asia-Afrika terhadap kemerdekaan Palestina.

Sehari nsebelumya, Selasa kemartin, saat pertemuan dengan Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah dan Menteri Luar Negeri Palestina Riad Al-Maliki di sela pembukaan Asian African Business Forum (AABS) di Jakarta Convention Centre, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga mengatakan agar Konferensi Asia-Afrika (KAA) 2015 ini menjadi momentum terwujudnya kemerdekaan Palestina.

“Palestina adalah satu-satunya negara di Asia-Afrika yang masih berada dalam penjajahan. Oleh karena itu, sekarang inilah saatnya Palestina merdeka,” kata Presiden Jokowi.

Indonesia merupakan negara ketiga yang mengakui kemerdekaan Palestina, beberapa saat setelah Yasser Arafat mendeklarasikan kemerdekaan Palestina di Alger, AljaZair, 15 November 1988 lalu.

Melalui momentum KAA ini, dalam pertemuan bilateral Pesiden Indonesia dan PM Palestina sepakat untuk pembukaan konsulat kehormatan Indonesia di Ramallah sebagai bentuk nyata pengakuan diplomatik Indonesia terhadap Palestina.

Jokowi mengatakan, rencana tersebut mendapat dukungan penuh dari Perdana Menteri Palestina. Bahkan segala upaya pembukaan konsulat itu akan dibantu oleh Otoritas Palestina.

Selain itu, kedua kepala pemerintahan juga sepakat memperkuat kerjasama di bidang ekonomi. Penguatan itu dapat diwujudkan dengan peningkatan nilai perdagangan serta pembebasan pajak barang Palestina yang akan masuk ke Tanah Air.

Dalam pertemuan tersebut juga ditandatangani perjanjian kerjasama antara Kamar Dagang Palestina dan Indonesia untuk pendirian Dewan Kerjasama Bisnis Indonesia-Palestina (Palestinian-Indonesian Joint Business Council).

“Perdagangan Indonesia-Palestina harus diperluas dan Palestina meminta agar diberikan pembebasan pajak untuk barang-barang dari Palestina,” ujarnya.

Sebagaimana pernyataan yang diampaikan Presiden, pertemuan itu pun membicarakan kerjasama peningkatan sumber daya manusia dan wisata religi.

Total nilai perdagangan Indonesia dan Palestina pada tahun 2014 tercatat sebesar AS$ 1.028 juta, naik sebesar 85,75 persen dibanding tahun 2013.

Bantuan Nyata Indonesia

Selama periode 2008-2013, Indonesia telah menyediakan 128 program dan modul pelatihan yang dimanfaatkan oleh 1.257 peserta dari Palestina, meliputi UKM, pendidikan dan kebudayaan, pemberdayaan perempuan, ESDM, tata kelola pemerintahan yang baik, pertahanan, dan pengurangan kemiskinan.

Saat ini, Indonesia juga terus berkomitmen membantu rakyat Palestina dengan memberikan dukungan dana hibah pemerintah dalam pendirian Pusat Jantung Indonesia (Indonesian Cardiac Center) di Rumah Sakit Al-Shifa di Jalur Gaza, Palestina. Di samping itu  didirikan Rumah Sakit Indonesia di Bayt Lahiya, utara Jalur Gaza, Palestina yang diinisiasi lembaga kemanusiaan Medical  dari bantuan sumbangan rakyat Indonesia.

Selain itu, tercatat sekitar 45 mahasiswa Palestina sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi Indonesia, untuk berbagai jurusan.

Konferensi Asia-Afrika tahun ini berlangsung dari 19-24 April, yang dihadiri oleh utusan dari 86 negara, termasuk 32 kepala pemerintahan. Konferensi tersebut ditutup 24 April dengan Puncak Peringatan 60 Tahun KAA di Bandung, Propinsi Jawa Barat.

KAA 1955 itu merupakan konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan, disponsori Indonesia, Myanmar (Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan serta dikoordinasi Menteri Luar Negeri Indonesia saat itu Sunario.(L/R05/P2)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0