MASIK BANYAK ANAK TKI DI SABAH BELUM TERJANGKAU DEPDIKBUD

Kemendikbud

Kinabalu, 3 Safar 1437/15 November 2015 (MINA) – Pemenuhan layanan Wajib Belajar 9 Tahun untuk anak Tenaga Kerja Indonesia () di Sabah, Malaysia masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah.
Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Menengah Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen GTK Kemendikbud), Anas M. Adam mengungkapkan, dari total 53.687 anak TKI berusia 1-18 tahun, yang baru terlayani pendidikan di Sabah Malaysia hanya sebanyak 24.856 anak.
Mereka mendapat layanan pendidikan di tiga lembaga pendidikan, yaitu Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), Community Learning Center Sekolah Dasar (CLC SD), dan Pusat Belajar (PB) Humana, laman resmi Kemendikbud yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan.
Para anak-anak ini adalah anak TKI yang bekerja di ladang-ladang kelapa sawit. Penyebarannya, sebanyak 927 siswa di satu lembaga (Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), 8.122 siswa di 69 lembaga Community Learning Center Sekolah Dasar (CLC SD), 3.224 siswa di 140 CLC Sekolah Menengah Atas, dan 12.583 siswa di 134 Pusat Belajar (PB) Humana. Data ini bersumber dari Data Kemendikbud per September 2015.
SIKK merupakan sekolah formal yang diselenggarakan pemerintah Indonesia. Di sekolah ini, para anak TKI mendapatkan kurikulum, pengajaran, evaluasi yang mengikuti sistem Indonesia. Sedangkan, CLC merupakan pusat kegiatan belajar yang dikelola oleh SIKK. PB Humana adalah pusat belajar yang bersifat non formal dengan kurikulum perpaduan Malaysia dengan Indonesia, dan difasilitasi oleh perusahan tempat pusat belajar tersebur berada, dan orang tua siswa. Pendidik yang ditugaskan oleh pemerintah Indonesia berstatus bukan Pegawai Negeri Sipil.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan untuk Indonesia di Kuala Lumpur, Ari Purbayanto menjelaskan, pengelolaan CLC berada di bawah koordinasi SIKK.
“Terdapat koordinator penghubung CLC yang rutin untuk mengawasi, mengontrol kegiatan pengajaran, membina layanan pendidikan di CLC. Kami menunjuk koordinator penghubung CLC, dialah yang melakukan pengecekan apakah para guru mengajar dengan bagus,” jelasnya.
“Di sini, koordinator CLC membantu bersama dengan para kepala sekolah, dan berkoordinasi dengan kepala sekolah SIKK,” tambahnya.
Dari ketiga jenis layanan pendidikan untuk anak TKI, Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Menengah, Adam mengatakan, akan mencarikan alternatif solusi bagi persebaran anak TKI yang masih terpencar-pencar.
“Kita ada sekitar empat distrik sebagai lokasi penempatan guru dengan tambahan Distrik Tawau. Persoalannya, banyak anak TKI yang terpencar-pencar padahal ladang itu luas, seringkali akses yang ditempuh siswa itu jauh,” ujarnya.
“Sehingga, ke depan, Kemendikbud akan mencarikan alternatif solusi untuk melayani pendidikan bagi anak-anak TKI yanf terpencar. Mungkin dengan guru kunjung dengan jadwal tertentu, atau model pendudikan kejar paket A atau B dengan materi disesuaikan dengan kemampuAn soft skill anak tersebut,” ujarnya. (T/P006/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga:  Komisi V DPRD Prov Lampung Dukung Pembangunan Gedung Rektorat STISA ABM

Wartawan: Fauziah Al Hakim

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0