MENGENAL GAZA, RAMBU ZIKIR DAN BUDAYA WARGANYA

"Dan ingatlah Rab mu apa bila kamu lupa" (foto:MINA)
“Dan ingatlah Rab mu apa bila kamu lupa” (foto:MINA)

Oleh : Muhammad Husein, koresponden Miraj Islamic News Agency  (MINA) di Jalur Gaza.

Tiang tiang rambu lalu lintas yang tegak mengawasi para pengemudi kendaraan yang berseliweran di jalan jalan raya, garis hitam putih (zebra cross) di sisi lampu merah untuk penyebrangan , trotoar di pinggiran jalan raya untuk pejalan kaki, hal hal diatas merupakan berbagai usaha yang dilakukan oleh warga dunia termasuk Indonesia dalam menjaga tatanan lalu lintas tetap terjaga dan kondusif.

“Rambu rambu zikir” adalah  sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ratusan papan bertuliskan kalimat kalimat zikir yang tersebar di penjuru jalan jalan raya di jalur Gaza. Ya, wilayah yang luasnya tidak lebih dari 360 km persegi ternyata unik dengan adanya rambu rambu hati ini.

Kenapa harus “rambu rambu zikir”?, karena rambu rambu lalu lintas  itu bertujuan  untuk menjaga pengemudi agar hati hati dalam berkendara, tidak “grasak grusuk”, tetap tenang dan terkendali. Adapun rambu rambu itu bertujuan tetap mengontrol hati, mengendalikan fikiran dan senantiasa mengingat Allah dalam setiap kondisi.

Seperti sebuah plang besar yang berdiri tegak di dekat alun alun kota Gaza bertuliskan “واذكر ربك اذا نسيت”  (wadzkur Rabbaka idza nasita) yang berarti, “dan ingatlah Rabbmu apa bila engkau lupa.

"Aku meminta ampun kepada Allah" rambu zikir di halaman Rumah Sakit Indonesia di Gaza. (foto:MINA)
“Aku meminta ampun kepada Allah” rambu zikir di halaman Rumah Sakit Indonesia di Gaza. (foto:MINA)

Atau plang kecil yang tertancap di tiang listrik di halaman bangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza, bertuliskan “أستغفر الله العظيم” (Astaghfirullah al Adziem), ” Aku meminta ampun kepada Allah”.

Keberadaan rambu rambu bertuliskan kalimat kalimat zikir tersebut seolah mengingatkan siapa pun yang membacanya bahwa “kalian sedang berada di medan pertempuran, jadi banyak banyak lah ingat Allah”.

Asumsi diatas bukan tanpa alasan, melihat fakta dilapangan bahwa jalur Gza memang terkenal sebagai wilayah rawan pertempuran dan agresi militer Israel dapat terjadi setiap saat.

Jalur Gaza, Tanah pertempuran

Jalur gaza adalah sebutan untuk sebuah dataran rendah yang berada di Palestina selatan yang saat ini sedang dijajah oleh Israel. Pada  1967 , Palestina resmi terpecah menjadi 2 wilayah terpisah (Jalur gaza dan Tepi Barat )  setelah insiden pengusiran besar besaran warga Palestina dari tanah air mereka oleh pasukan militer pendudukan Israel saat itu.

Jalur Gaza di huni oleh 1,8 juta warga yang tersebar di tiga wilayah utama yaitu jalur Gaza utara, Gaza tengah dan Gaza selatan.

Pada 2006 silam diadakan pemilihan umum dan dimenangkan oleh gerakan perlawanan HAMAS. Akan tetapi kemenangkan Hamas tidak disenangi oleh Israel dan Amerika yang saat itu menganggap sebagai gerakan teroris. Saat itulah “blokade” atas Gaza di terapkan oleh Israel. Gaza sejak detik itu menjadi sebuah penjara terbesar di muka bumi.

Sejak masa masa blokade tersebut hingga saat ini warga Palestina di jalur gaza dipaksa harus meladeni tiga pertempuran besar  melawan kekuatan yang didukung oleh negara negara adidaya seperti Amerika dan Inggris. Pada 2009 terjadi pertempuran “al Furqan”, 2012  pertempuran “Hijarat assijjil” dan 2014 pertempuran “Al Ashf Al Ma’kul”.

"jangan lupa ingat Allah" (foto:MINA)
“jangan lupa ingat Allah” (foto:MINA)

Mobil juga ikut berzikir

Selain rambu rambu hati diatas, warga Gaza juga senang menghiasi kendaraan mobilnya dengan ungkapan ungkapan mengingat Allah atau shalawat atas Nabi Muhammad.

Seolah olah masing masing pengendara mobil saling mengingatkan satu sama lain dengan hiasan hiasan bernada  zikir tersebut. Contohnya, Ketika seorang warga menghiasi kaca belakangnya dengan tulisan “صل على النبي” )shali ‘ala Annabiy),  “ucapkan shalawat atas Nabi”. otomatis pengendara mobil lainnya yang berjalan dibelakang mobil bertuliskan tersebut akan membaca dan langsung bershalawat atas nabi.

Adat dan tradisi seperti ini memberikan  kita gambaran bagaimana warga Gaza meskipun hidup dalam berbagai tekanan, krisis kemanusiaan dan kezaliman, mereka terus berusaha mengingat Allah dan tidak pernah melepaskan keimanan dan ketaqwaan dalam mengisi perjuangan mereka.

Tampaknya faktor budaya Ingat Allah yang dimiliki warga Gaza membuat mereka mampu bertahan dan tetap tegar dari kejinya berbagai serangan yang dilancarkan oleh agresor Israel dan sekutunya. Secara logika, jalur Gaza dengan segala keterbatasannya tentu akan dengan mudah dikalahkan oleh kekuatan  militer Israel, namun faktanya dalam tiga kali pertempuran, mereka tidak bisa menaklukkan Gaza.

Benarlah perkataan baginda Nabi Muhammad Shallalahu ‘alaihi wasallam- yang diriwayatkan oleh Imam Attirmidzi, -yang artinya- ” Jagalah Allah, maka Dia akan menjaga mu, ….. dan apabila seluruh umat manusia dimuka bumi ini bersepakat untuk melukaimu, maka mereka tidak akan mampu kecuali apa yang  Allah telah  tetapkan …”. (L/k02/R03)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Admin

Editor: Widi Kusnadi

Comments: 0