Kilis, Turki, 11 Jumadil Awwal 1436/2 Maret 2015 (MINA) – Sekelompok pasukan oposisi Suriah menolak proposal utusan PBB Staffan de Mistura tentang gencatan senjata sementara di kota utara Aleppo.
Setelah dua hari pertemuan di Turki, Dewan Revolusi Aleppo yang baru dibentuk mengatakan, Ahad (1/3), mereka menolak bertemu dengan utusan, kecuali ia mengusulkan solusi yang komprehensif untuk krisis Suriah, termasuk memaksa Presiden Bashar Al-Assad dan rezimnya lengser.
Pembentukan Dewan Revolusi Aleppo pada Sabtu dalam pertemuan di kota perbatasan Kilis, Turki, dihadiri oleh pemimpin oposisi Khaled Khoja, tokoh oposisi lainnya dan perwakilan masyarakat sipil Aleppo.
Oposisi mempertanyakan, mengapa gencatan senjata terbatas untuk Aleppo dan tidak termasuk seluruh negeri.
Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah
“Suriah dan rakyatnya adalah satu dan tak terpisahkan. Darah saudara-saudara kami di Deraa (di selatan), di Ghouta (dekat Damaskus), di Homs (tengah) dan di provinsi-provinsi Suriah lainnya, tidak kalah penting dari darah kami di Aleppo,” kata pernyataan Dewan Revolusi.
De Mistura pada Sabtu (28/2) mengadakan pembicaraan di Damaskus mencoba menyelesaikan kesepakatan untuk menghentikan pertempuran selama enam hari di Aleppo, kota yang dulu menjadi pusat komersial Suriah yang kini kontrolnya terbagi antara oposisi dan pemerintah.
Lembaga Pemantau Suriah untuk HAM yang memonitor perang di Suriah, mengatakan sedikitnya 4.000 orang tewas pada bulan Februari saja.
Setidaknya 220.000 orang telah tewas di Suriah sejak konflik dimulai pada Maret 2011, di mana protes anti-pemerintah beralih menjadi perang saudara. (T/P001/P4)
Baca Juga: Jejak Masjid Umayyah di Damaskus Tempat al-Jawlani Sampaikan Pidato Kemenangan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)