Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)
Bulan Rajab identik dengan momentum peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Umumnya disebutkan pada tanggal 27 Rajab. Walaupun ada yang menyebut di luar bulan Rajab.
Mukjizat Isra’ Mi’raj, Allah sebut langsung di dalam Surat Al-Isra ayat 1 yang berbunyi:
سُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلاً۬ مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِى بَـٰرَكۡنَا حَوۡلَهُ ۥ لِنُرِيَهُ ۥ مِنۡ ءَايَـٰتِنَآۚ إِنَّهُ ۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ
Artinya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Al-Isra/17: 1).
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Peristiwa luar biasa Isra’ Mi’raj terjadi ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berada dalam situasi tekanan, hinaan dan persekusi yang kuat dari kelompok musyrikin Mekkah, terutama dari Abu Jahal, Abu Lahab, dan sekutunya.
Sementara ketika itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam baru saja ditinggal wafat isterinya tercinta Khadijah Al-Kubra, pendamping sejati, pembela dan pendukung utama perjuangan risalah dakwahnya.
Pada saat beriringan, Nabi juga baru saja berduka karena meninggalnya Abu Thalib pamannya yang selama ini turut menjadi tameng pembela perjuangannya. Itulah tahun duka cita atau disebut dengan ‘amul hazn’.
Oleh karena itu, Isra Mi’raj dianggap sebagai hiburan (tasliyah) dari Allah untuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang tengah berduka.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Saat tiba di kompleks Masjid Al-Aqsa, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengimami shalat ruh para Nabi dan Rasul utusan Allah, sebelum naik Mi’raj ke langit.
Menjadi imam shalat merupakan penanda bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah pemimpin dan penghulu para Nabi dan Rasul utusan Allah.
Sehubungan kita saat ini berada pada bulan Rajab, maka perlu kiranya digaungkan kembali inspirasi Isra Mi’raj tersebut agar nilai, makna dan hikmahnya terus muncul sebagai energi spirit penyemangat perjuangan pembebasan Al-Aqsa.
Isra Mi’raj Era Shalahuddin
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Masih berkaitan dengan Rajab sebagai bulan Isra Mi’raj, adalah kisah heroik ketika Yusuf bin Najmuddin Al-Ayyubi, atau dikenal dengan Shalahuddin Al-Ayubi bersama bala pasukannya, pada 27 Rajab 583 H (2 Oktober 1187 M), berhasil merebut kembali Masjidil Aqsa dan mengembalikan fungsinya sebagai masjid dengan mengumandangkan azan setelah vakum selama 88 tahun, menggantikan lonceng gereja.
Di malam Isra Mi’raj, yang masyhur disebut pada tanggal 27 Rajab, setelah Kota Yerusalem berhasil direbut, semua bersujud syukur, termasuk Shalahuddin Al-Ayyubi.
Kerinduan terhadap Al-Aqsa pun terobati. Semua ummat Islam berbondong-bondong menuju Masjid kebanggaan umat Islam tersebut untuk mempersiapkannya sebagai tempat shalat Jumat berjamaah.
Setelah azan dikumandangkan, Hakim Muhyiddin bin Zakinuddin dalam Khutbah Jumatnya menyampaikan mukadimah dengan firman Allah:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
فَقُطِعَ دَابِرُ ٱلْقَوْمِ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ ۚ وَٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Artinya: “Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”. (QS Al-An’am/6: 45).
Lalu, ia menguraikannya, “Wahai sekalian manusia, berbahagialah dengan ridha Allah yang merupakan tujuan utama. Allah telah memudahkan untuk mengembalikan Al-Aqsa dari ummat yang tersesat. Ini adalah negeri bapak kita, Ibrahim Alaihi Salam dan lokasi persinggahan Isra Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasalam, serta menjadi kiblat pertamanya kalian, ummat Islam. Di sinilah, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasalam menunaikan shalat bersama para malaikat”.
“Beruntunglah kalian wahai para tentara. Di tangan kalian telah ditampakkan mukjizat kenabian dan tanda-tanda kemenangan Perang Badar, tekad seorang Abu Bakar, pembebasan Umar, kehebatan tentara Utsman dan kepiawaian Ali”.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
“Kalian telah mengembalikan kejayaan Qodisiyah, peristiwa Yarmuk dan Khaibar untuk Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membalas jasa dan segala daya upaya yang kalian kerahkan untuk melawan musuh. Allah akan menerima darah dan pengorbanan para syuhada dan menggantinya dengan surga-Nya kelak”.
“Bersyukurlah selalu atas nikmat ini dan jaga selalu nikmat-Nya. Inilah hari pembebasan, pintu-pintu langit dibuka untuk kita. Wajah orang-orang yang teraniaya kembali cerah dan para malaikat pun bersuka-cita. Mata para Nabi dan Rasul-Nya teduh kembali. Bukankah Al-Aqsa adalah rumah para Nabi, dipuji para rasul dan keberadaannya disebut dalam empat kitab suci kalian?”.
“Pujilah Allah yang telah membimbing kalian atas apa yang tidak mampu dilakukan oleh generasi terdahulu. Dia menyatukan kalian yang tercerai-berai.”
“Sekarang, para malaikat langit akan meminta ampunan dan mendoakan yang terbaik untuk kalian. Pertahankanlah selalu anugerah ini dan jagalah selalu nikmat ini dengan ketakwaan kepada Allah. Dengan takwa itulah, seseorang akan selamat, dan barang siapa yang berpegang teguh kepada tali-Nya, Al-Quran dan As-Sunnah, maka ia akan selalu dijaga Allah”.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
“Dan, waspadailah kehadiran setan yang akan membisikkan ke telinga kalian bahwa kemenangan ini mutlak karena hunusan pedang dan kehebatan kuda kalian di medan jihad. Padahal itu semua tidak berarti tanpa pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah berfirman:
وَمَا ٱلنَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِندِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya: “Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS Al-Anfal/8: 10).
Semangat pembebasan Al-Aqsa, inspirasi Isra Mi’raj, itu pulalah yang menjadi inspirasi Komandan Perang Salahuddin Al-Ayyubi yang bersumpah kepada dirinya, untuk tidak akan tersenyum selama hidupnya sebelum membebaskan Al-Aqsa.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Inspirasi Isra Mi’raj Kini
Kini, bertepatan dengan hadirnya kembali bulan Rajab, upaya pembebasan Al-Aqsa tentu harus terus digulirkan secara massif melalui berbagai cara dan media, ke seluruh dunia di berbagai momentum secara kontinyu, sistematis dan integral.
Demikian halnya, lembaga-lembaga kemanusiaan yang berkaitan dengan Al-Aqsa atau Palestina harus terus meningkatkan dan mengintensifkan koordinasi, sinergi dan kolaborasi yang kokoh dan kompak. Kegiatan-kegiatan seperti pelatihan (daurah), penerbitan-penerbitan, tabligh akbar, pameran foto, pemutaran film, diskusi-diskusi, webinar, pembelajaran di kelas-kelas, hingga penyaluran donasi harus terus diprogramkan dengan sistematis, terencana dan terukur.
Upaya-upaya pressure melalui jalur hukum, diplomasi, media massa online, dan aksi-aksi lapangan seperti gowes sepeda, longmarch, pendakian gunung, dan sebagainya juga perlu terus diprogramkan dengan terus-menerus.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Semua upaya pembebasan Al-Aqsa tersebut, tentu saja akan menjadi kuat dan kokoh manakala kaum Muslimin hidup berjama’ah secara terpimpin, dan menjauhi perpecahan.
Sebagaimana Allah tegaskan di dalam ayat-Nya:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَآءً فَاَ لَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖۤ اِخْوَا نًا ۚ
Artinya: “Dan berpegang teguhlah kalian semuanya pada tali (agama) Allah seraya berjama’ah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara….” (QS Ali ‘Imran: 103).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Pada sebuah hadits menekankan makna persatuan dan persaudaraan sesama orang beriman:
الْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ لَا يخذلهُ ولا يحقره وَلَا يُسْلِمُهُ
Artinya: “Seorang mukmin adalah saudara bagi mukmin lainnya, dia tidak membiarkannya (di dalam kesusahan), tidak boleh merendahkannya, dan tidak boleh menyerahkannya (kepada musuh)”. (HR Bukhari dan Muslim).
Semoga Allah menjadikan kita sebagai bagian dari upaya pembebasan Al-Aqsa sesuai dengan amanah, fungsi dan peran kita masing-masing, secara berjama’ah. Aamiin. (A/RS2/P2)
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Mi’raj News Agency (MINA)