Rifa Berliana: Lima Fokus Masalah Bangsa Palestina Hingga Saat Ini

Wartawan Senior Kantor Berita MINA, Rifa Berliana Arifin saat memberikan materi pada Talkshow Millenial Peacemaker Forum yang digelar AWG di Bandar Lampung, Ahad, (27/11). Foto: (Habib/MINA).

Bandar Lampung, MINA – Ada lima fokus permasalahan yang dirasakan bangsa dari dulu hingga saat ini. Hal ini disampaikan Wartawan Senior Mi’raj News Agency (MINA), , Lc, MH pada acara Millennial Peacemaker Forum, di gedung Aula Rektorat, IIB Darmajaya, Bandar Lampung, Ahad (27/11).

“Menurut pengalaman saya sejak 2012 sampai 2022 yang saya rangkum dari pernyataan warga mengenai apa saja  yang dirasakan, diderita dan apa yang menjadi perhatian mereka sampai detik ini, kurang lebih ada lima poin,” katanya.

Lebih lanjut Rifa menekankan perlunya mengetahui lima poin ini untuk kemudian bisa memahami bagaimana konteks media, dan negara-negara barat dalam membantu Israel secara langsung,

“Kami sebagai aktivis dan jurnalis, sebetulnya peran kami harus lebih daripada sekedar diplomasi, justru harus langsung merasakan di mana ujung daripada diplomasi itu adalah bagaimana kita merasakan apa yang rakyat Palestina rasakan di setiap harinya,” tambahnya.

Menurutnya hal tersebut sebagai bentuk intrepretasi merah putih yang bukan hanya para diplomat, aktivis, ulama atau guru, tapi semua orang berhak dan bisa merasakan jiwa merah putih untuk membela Palestina.

Fokus pertama yaitu membebaskan para tahanan Palestina. Menurutnya, di dunia ini, tidak ada yang berani memenjarakan warga negara luar dari negara mereka sendiri, karena saat ini hanya Israel yang berani memenjarakan rakyat Palestina yang notabenenya bukan warga negara mereka sendiri.

Baca Juga:  Pengunjuk Rasa Pro Palestina Bersuara di acara Met Gala New York

“Para tahanan di Palestina dicekam, dicekal dan ditangkap tanpa alasan yang jelas, sampai dengan 7000-an orang Palestina mendekam di penjara Israel, anak-anak, wanita dan bahkan naas nya ibu-ibu hamil harus menahan rasa sakit dengan tetap melindungi jabang bayi mereka. Disiksa, dipukuli dan dilarang mengenakan hijab, dan diperlalukan seperti tahanan laki-laki,” tambahnya.

Maka, kata Rifa, membebaskan tahanan ini menjadi konsern utama bagi rakyat Palestina untuk cepat diselesaikan.

Kedua, Keinginan dan Hak mereka untuk kembali ke Palestina. Menurutnya hal ini yang ia dengar dari warga negara Palestina yang tidak tinggal di Palestina, karena dari 12 juta populasi penduduk Palestina, yang 7 juta lainnya terjebak di negara-negara Eropa, Lebanon, Yordania, Suriah dan kamp-kamp pengungsian yang bahkan bisa jadi sebagian telah masuk ke wilayah Asia di Indonesia, Malaysia, dan Brunei.

“Seperti apa yang mereka katakan bahwa, tidak ada di dunia ini, warga negara manapun yang jumlah penduduknya justru lebih besar yang tinggal di luar tanah air mereka,” ujar Rifa yang juga Ketua Bidang Luar Negeri PP Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) ini.

Fokus ketiga, membebaskan tanah Palestina seluruhnya dari penjajah Israel. Yang mereka inginkan selanjutnya adalah bagaimana mereka menginginkan tanah air mereka kembali lagi. Memperjuangkan tanah air yang telah mereka mliki untuk dapat menjadi hak mereka.

Baca Juga:  MUI Ajak Semua Pihak Bergandengan Tangan Pascapemilu  

“Karena jika kita tidak memahami konteks ini, saat kita membaca dalam berita misalkan di Al-Quds ada kejadian penjarahan dan juga aneksasi pada sebuah rumah yang kemudian dirobohkan oleh Israel, mereka ada landasan hukum apa? Karena mereka memiliki legalitas-legalitas palsu yang mereka klaim sendiri yang tidak masuk dalam akal logika,” katanya.

“Bagaimana coba rasanya kalo itu kita, sudah tinggal berpuluh-puluh tahun lalu diusir dengan diakali alasan ‘oh ini dulu tanah nenek moyang saya 100 tahun yang lalu, sekarang saya mau ambil alih,” ujarnya.

Tidak hanya tentang mengakui tanpa legalitas yang jelas, mereka juga menghancurkan rata rumah-rumah yang mereka anggap berdiri di tanah leluhur mereka tanpa bukti yang jelas.

“Sebagaimana Presiden Erdogan pernah menggambarkan peta Palestina di kurun waktu 3 tahun terakhir, sangat menyedihkan, bagaimana aneksasi atau pencaplokan wilayah-wilayah di Palestina terus dilakukan oleh Israel. Terhitung sekitar 20 persen yang tersisa di bagian Tepi Barat, dan sebagian wilayah di Yerussalem dan Al-Quds tersisa warga Palestina yang memiliki otoritas tanpa pemerintahan,” tambahnya.

Baca Juga:  Puan: MIKTA Desak Israel Lakukan Gencatan Senjata Permanen

Keempat, masalah penghentian blokade. Wilayah Gaza kata Rifa, sudah belasan tahun tidak bisa mendapatkan akses kehidupan yang layak, listrik dibatasi, air sama sekali tidak layak untuk dikonsumsi, makanan dan obat-obatan juga semuanya dikontrol Israel.

“Pembatasan-pembatasan oleh Israel telah berlangsung puluhan tahun, mereka merasa tidak bebas bahkan di tanah airnya sendiri, dan bayangkan, di wilayah kecil tersebut dihuni 2 juta orang yang kadang setiap tahun ada perang,” katanya.

Dari upaya penghentian blokade-blokade inilah yang kemudian memunculkan kampanye-kampanye oleh lembaga-lembaga kemanusiaan, seperti AWG ini dan lembaga lainnya yang memiliki konsern besar dalam misi penghentian blokade.

Kelima, mengenai Pembebasan Masjid Al-Aqsa dari Penodaan Zionis Israel. Keinginan terakhir warga Palestina adalah membebaskan Masijd Al-Aqsha sebagai kiblat pertama umat Islam.

Menurut Rifa, dari lima poin yang telah disampaikan rakyat Palestina kepada kami, sebagai aktivis dan jurnalis untuk terus diperjuangkan dan terus disuarakan.

Lima hal ini, kata Rifa merupakan resume daripada perjalanan dan perjuangan Palestina diminta untuk bisa ditularkan di berbagai organisasi di wilayahnya, hal ini sangat penting di mana masih banyaknya orang-orang yang belum mengetahui bagaimana dan apa yang terjadi di Palestina dan Masjid Al-Aqsa.

“Mudah-mudahan ini bisa terus disuarakan dan diperjuangkan oleh kalian para rekan-rekan mahasiswa, bisa menularkan ke teman-temannya di organisasi, LDK, atau mungkin di lembaga-lembaga dakwah dan kemahasiswaan lainnya,” tutupnya.(L/ara/B03/P1)

Mi’raj News Agency (MINA).

Wartawan: hadist

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.