SAUDI SELIDIKI DIPLOMATNYA YANG TAMPIL DI PBB TANPA JILBAB

manal radwan
Manal Radwan ketika berbicara di (30/1/2015). (Foto: emirates)

Riyadh, 21 Rabi’ul Akhir 1436/11 Februari 2015 (MINA) – Pemerintah Arab sedang menyelidiki seorang wanita diplomatnya yang tampil tanpa jilbab saat menghadiri rapat Dewan Keamanan PBB Jumat (30/1) lalu.

Arab News pada edisi Selasa kemarin seperti dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) menyebutkan, diplomat itu bernama Dr. Manal Radwan, seorang wanita pertama yang mewakili negaranya di DK PBB.

dilakukan karena Manal Radwan tidak mengenakan jilbab atau kerudung sebagaimana perempuan Muslim pada umumnya dan Arab Saudi pada khususnya.

Foto-foto penampilan Manal Radwan di DK PBB yang dimuat di media-media Arab, memicu reaksi protes para pembaca di negaranya.

“Otoritas kerajaan sedang menyelidiki masalah ini, terkait dengan misi negaranya di PBB,” bunyi pernyataan.

Media juga menyebutkan, peristiwa itu adalah untuk pertama kalinya seorang pejabat perempuan Saudi tampil di publik PBB tanpa kerudung penutup kepala atau jilbab.

Pada pertemuan itu, Manal Radwan menjabat sebagai sekretaris pertama perwakilan Arab Saudi di DK PBB.

Radwan pada kesempatan berbicara sempat melaporkan tentang masalah perlindungan warga sipil, kecaman terhadap Israel sebagai kekuatan pendudukan dan mengutuk pembunuhan atas warga sipil di Jalur Gaza.

Menurut laporan PBB, Radwan juga mengatakan, Israel telah melanggar hak-hak perempuan Palestina, dan hal itu disebutnya sebagai kejahatan perang.

Ia juga menyampaikan tentang hak-hak perempuan, dan menngatakan pemerintahnya telah membantu perempuan Saudi mendapatkan hak-haknya, seperti dengan memperluas pendidikan di semua tingkatan serta memberdayakan perempuan.

Namun, meskipun menuai protes di beberapa surat kabar Saudi, penampilan Radwan justru diterima secara positif oleh beberapa pengguna Twitter Saudi.

“Walau tidak mengenakan jilbab tetapi yang penting fokus yang disampaikan berupa kecaman terhadap Israel itu yang penting,” bunyi komentar di jejaring sosial.

Siapa Manal Radwan

Manal Radwan, lahir di Ankara, Turki, dan dibesarkan di Jeddah, Arab Saudi, dan menjadi warga negara Saudi.

Ia menerima gelar sarjana tahun 1993 dan Master di bidang Ilmu Politik Internasional (1996) dari Universitas George Washington, AS.

Selain itu, ia juga menyelesaikan gelar Master di bidang Politik Dunia (2000) dari Universitas Catholic of America.

Gelar Doktor Ph.D. dalam bidang Analisis dan Resolusi Konflik ia raih di Universitas George Maso, AS.

Dr. Manal Radwan, saat ini bekerja sebagai Asisten Direktur Politik dan Urusan Kongres di Kerajaan Arab Saudi. Dia juga menjabat sebagai anggota Komite antarkementerian Saudi, bagian penanganan kasus hak asuh anak.

Sebelumnya, dia adalah Direktur Kantor Riset dan Kongres Senior di Departemen Informasi dan Urusan Kongres Kedutaan Arab Saudi (1998-2002).

Radwan dikenal sebagai pendukung tegas hak asasi manusia serta memiliki pengalaman yang luas dalam kebijakan luar negeri dan penelitian lintas-budaya.

Dia adalah anggota dari Tim Inti Lembaga Peneliti Kemanusiaan Human DHS (The Global Core Team of Human Dignity and Humiliation Studies) di Universitas Columbia, New York, AS.

Ia telah menangani sejumlah topik global, termasuk peradaban , modernisasi, perubahan sosial, reformasi, keragaman budaya, diplomasi masyarakat, dan hak asuh anak internasional.

Dalam kapasitas ini, Radwan bekerja dengan organisasi-organisasi nasional dan internasional, departemen negara mau pun swasta.

Dr. Manal Radwan, seperti dalam dokumen Wise Muslim Women, juga sering tampil sebagai pembicara dalam berbagai konferensi nasional dan internasional, seperti pada Kongres Dunia Pertama untuk Studi Timur Tengah, Dewan Nasional Hubungan AS-Arab, Federasi Perempuan untuk Perdamaian Dunia, Jaringan Bisnis Perempuan, dan Rapat Tahunan di California, AS.

Dia juga telah mempresentasikan makalah kerja di sejumlah perguruan tinggi di Amerika, seperti Universitas Georgetown, Universitas George Mason, Universitas La Salle, Universitas Amerika, dan Universitas Corcoran School of Arts.

Dia juga telah diwawancarai di sejumlah jaringan televisi lokal dan nasional.

Ia menulis di Muslimah tidak bercita-cita untuk menjadi tradisionalis, tetapi mereka tidak benar-benar yakin bagaimana untuk menjadi modern.

Banyak wanita merasa terasing karena mereka tidak perlu mengidentifikasi dengan siapa mereka, tetapi mereka mengidentifikasi dengan yang lain hadir mereka untuk menjadi. Dan itu adalah masalah besar.

“Ini bukan hanya tentang pemberdayaan perempuan. Ini adalah tentang memberdayakan masyarakat secara keseluruhan,” ujarnya mengenai konsentrasinya di bidang pembelaan hak-hak perempuan.(T/P4/R05).

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0