Istanbul, MINA – Sekitar 1.500 aktivis, pemimpin NGO, serta tokoh perdamaian perwakilan dunia dari 53 negara akan berlayar menuju Jalur Gaza dalam misi perdamaian bernama Freedom Flotilla Coalition (FFC) untuk menembus blokade laut Israel.
Ada sebanyak 12 negara tergabung dalam armada koalisi misi kemanusiaan tersebut, yang akan membawa 5.500 ton bantuan kemanusiaan menggunakan beberapa kapal laut menembus penjagaan Israel menuju Gaza.
Ir. Nur Ikhwan Abadi, ketua presidium lembaga kepalestinaan asal Indonesia, Aqsa Warking Group (AWG), mengatakan kepada Nur Hadis wartawan Kantor Berita MINA di Istanbul, Turkiye, Sabtu (13/4), armada Kapal kemanusiaan yang akan berangkat dari Turkiye itu akan mencoba menembus Jalur Gaza lewat jalur laut.
“Kita sama-sama tahu bahwa Gaza sudah enam bulan ini terjadi pembantaian luar biasa dan bantuan kemanusiaan tidak bisa masuk ke sana melalui darat. Kamis sudah coba beberapa kali, namun belum banyak menghasilkan,” kata Nur Ikhwan.
Baca Juga: Jerman Batalkan Acara Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik dengan Israel
Menurutnya, karena kondisi itulah delegasi Aqsa Working Group (AWG) bersama para aktivis dari berbagai belahan dunia mencoba menembus Jalur Gaza melalui jalur laut.
Koalisi FFC yang akan berlayar pada pertengahan April itu mempunyai misi menentang blokade ilegal zionis Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
“Ini misi kemanusiaan. Banyak hal yang bisa dilakukan di sana. Bersama Mae-C (lembaga bidang kewanitaan Palestina) Aqsa Working Group akan membangun rumah sakit ibu dan anak di sana,” katanya.
Salah satu insinyur pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza itu mengungkapkan, lembaganya dan Maemunah Centre (Mae-C) sudah diberikan lahan oleh Kementerian Kesehatan Gaza seluas 5.000 meter persegi untuk membangun rumah sakit ibu dan anak di wilayah yang dilokade tersebut.
Baca Juga: Macron akan Umumkan Perdana Menteri Baru Hari Ini
“Ini tentu sebuah misi yang besar dan jangka panjang. Mudah-mudahan kita bisa masuk ke Jalur Gaza dan bantuan kemanusiaan bisa tersampaikan, dan pembangunan rumah sakit ibu dan anak bisa segera kita mulai,” katanya.
Pada t2010, Nur Ikhwan Abadi termasuk salah satu aktivis asal Indonesia yang ikut dalam misi kapal Mavi Marmara, misi bantuan kemanusiaan untuk rakyat Gaza yang diblokade oleh Israel. Namun, misi yang diikuti oleh 600 orang relawan yang berasal dari beragam etnis dan agama tersebut gagal, setelah diserang secara brutal oleh Israel di perairan internasional, menewaskan 10 orang aktivis. (L/RI-1/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Suriah akan Buka Kembali Wilayah Udara untuk Lalu Lintas Penerbangan