Soal Nikuba, BRIN Tegaskan Dukung Konversi Energi dan Inovasi Akar Rumput

(Foto: Rana/MINA)

Jakarta, MINA – Badan Riset dan Inovasi Nasional () mendukung upaya dalam melakukan konversi energi dan juga berbagai inovasi yang lahir dari masyarakat akar rumput.

Hal itu sebagai komitmen pemerintah dalam mewujudkan Net Zero Emmision (NZE) tahun 2060.

Selain itu, BRIN juga sangat menghargai, mengapresiasi dan bahkan mendorong munculnya inovasi-inovasi dari kalangan masyarakat luas, termasuk temuan .

Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur (OREM), Haznan Abimanyu menjelaskan, BRIN sangat concern dalam mendukung riset EBT.

Keseriusan itu dimulai dengan melakukan kajian pemodelan dan optimasi transisi energi menuju NZE.

“Kami melakukan riset-riset teknis terkait energi baru seperti energi hidrogen dan juga seperti energi panas bumi, angin, biomassa, sinar matahari, aliran dan terjunan air, sampah dan limbah, gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut, dan energi terbarukan lainnya,” kata Haznan pada temu media di Ruang Inovasi Gedung BJ. Habibie Jakarta, Jumat (14/7).

Terkait dengan penemuan nikuba (niku banyu), pada dasarnya pihaknya mendukung agar temuan itu dapat diuji secara ilmiah.

Haznan menjelaskan secara ilmiah, air dapat diubah menjadi energi dengan menggunakan prinsip elektrolisis.

Di mana arus listrik searah (DC) dialirkan ke air (H2O) dengan penambahan zat kimia yang terdiri dari Sulfuric-Acid (H2SO4) akan menyebabkan air melepaskan elektron pada sisi anoda (+) untuk memisahkan O2.

Ion Hidrogen menerima elektron di sisi katoda (-). Asam sulfat digunakan ion untuk menghantarkan arus listrik.

Baca Juga:  Senantiasa Beramal Shaleh adalah Mindset orang Beriman

Reaksinya adalah redoks, oleh karena itu dalam istilah kimia disebut elektrolisis.

“Produk elektrolisisnya berupa hidrogen, yang bisa digunakan di berbagai sektor, dari sektor pembangkit listrik, industri terutama industri petrokimia, perumahan, hingga alat transportasi/kendaraan. Terkait nikuba yang merupakan produk penelitian/inovasi masyarakat, BRIN dapat memfasilitasi masyarakat yang memiliki ide inovasi karena BRIN berkomitmen untuk mendorong inventor atau inovator untuk bisa membuktikan secara ilmiah agar bisa diterima oleh komunitas,” jelasnya.

Untuk mengujinya, setidaknya ada tujuh tahapan yang perlu dilakukan.

Tahapan itu dimulai dengan Idea Generation (Idea formulation), Idea Evaluation (Screening), Concept Testing (pengujian konsep), Product Development (pengembangan produk), Testing and Execution (pengujian dan eksekusi), Post Development (Commercialization, Market Introduction), pengembangan lanjut (komersialisasi dan penetrasi pasar), hingga Support and Maintenance (pendukung dan perawatan).

“Tahapan testing atau uji ini sangat penting untuk validasi dari konsep atau klaim temuan baru. Dengan hasil uji, investor dapat mengetahui performa hasil risetnya, bisa membuktikan secara ilmiah serta dapat melakukan improvement/perbaikan yang terus menerus, sedangkan bagi investor dan komunitas dapat menerima produk baru dengan lebih yakin dan terjamin,” kata pria peraih gelar doktor dari Korea University of Science and Technology tersebut.

BRIN sendiri, lanjut Haznan, memiliki fasilitas uji motor propulsi di Laboratorium Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi (LT2MP) yang berpengalaman menguji emisi, torsi, konsumsi bahan bakar, dan lainnya, serta berpengalaman dalam melakukan pengecekan kondisi engine sebelum dan setelah uji bahan bakar.

Baca Juga:  BPBD Bekasi Setuju Adanya Forum Penanggulangan Bencana di Tingkat Kecamatan

Fasilitas ini bisa dimanfaatkan inventor/Inovator untuk membuktikan temuannya secara ilmiah sehingga dapat diterima oleh investor dan komunitas.

97 Riset Soal Energi Terbarukan

Haznan menambahkan, pada 2023 OREM sendiri memiliki sekitar 97 kegiatan riset terkait EBT.

Enam kegiatan riset di antaranya terkait dengan hidrogen.

Kegiatan riset hidrogen meliputi; Pengembangan PEM Electrolyzer Multi-stack untuk Sistem Produksi Hidrogen Bertekanan Tinggi, Produksi Gas Biohidrogen dengan Pemanfaatan POME (Palm Oil Mill Effluent) dan limbah gula cair melalui proses biologis oleh konsorsium bakteri.

Selain itu, Pengembangan grafena sebagai support katalis berbasis PtNi pada PEMFC, Optimasi Kinerja Sistem pada Stasiun Pengisian Hidrogen Hijau, dan Pengembangan Teknologi Material Berbasis Logam Tanah Jarang untuk Low-Intermediate Temperature Solid Oxide Fuel Cell Sebagai Energi yang Ramah Lingkungan, serta Green Energy Storage berbasis Hidrogen untuk Optimasi Energi Pada Kendaraan Listrik Ringan.

Terlebih, kebutuhan energi di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Di sisi lain, ketersediaan energi fosil semakin menurun dan tuntutan pengendalian climate change sehingga trend ke depan adalah mengurangi porsi energi fosil dengan menaikkan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT).

Skema Fasilitasi Inovasi Akar Rumput

Direktur Pemanfaatan Riset dan Inovasi pada Kementerian/Lembaga, Masyarakat, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Dadan Nugraha juga mengungkapkan, pihaknya sangat menghargai, mengapresiasi dan bahkan mendorong munculnya inovasi-inovasi dari kalangan masyarakat luas, termasuk temuan Nikuba.

“Tentunya, agar temuan tersebut dapat diterapkan dan dimanfaatkan secara luas, maka perlu divalidasi sesuai kaidah ilmiah (saintifikasi), didaftarkan untuk mendapatkan perlindungan Kekayaan Intelektual (KI), serta disempurnakan dan dilakukan sertifikasi sesuai ketentuan yang berlaku,” ucapnya.

Baca Juga:  PP Muhammadiyah: Jangan Bosan Dukung Kemerdekaan Palestina

Dijelaskan Dadan, BRIN sendiri memfasilitasi inovasi yang berasal dari masyarakat melalui skema Fasilitasi Inovasi Akar Rumput (FIAR).

Fasilitasi tersebut dimaksudkan agar inovasi yang berasal dari masyarakat dapat diuji dan dibuktikan secara ilmiah, terlindungi, serta memenuhi standar yang ditetapkan oleh regulator.

“Saat ini kami sedang menelaah dan melakukan review atas kurang lebih 80 potensi inovasi akar rumput yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Selanjutnya akan dilakukan pendampingan dengan melibatkan periset dari bidang yang sesuai,” sebutnya.

Dadan menyebutkan beberapa contoh inovasi akar rumput yang telah teridentifikasi dan diusulkan tersebut, antara lain: mesin teknologi tepat guna (TTG), teknologi pengolahan limbah, bahan bakar alternatif, aplikasi teknologi digital, pemanfaatan IoT dalam pertanian, diversifikasi olahan pangan, dan lainnya.

“Program FIAR terbuka untuk masyarakat baik individu maupun kelompok, yang bukan berasal dari institusi pemerintah, industri, perguruan tinggi atau lembaga riset,” tambahnya.

Lebih lanjut, Dadan menjelaskan, FIAR bukan merupakan insentif pembiayaan langsung, melainkan pendampingan teknis.

Dengan demikian, BRIN tidak diberikan dalam bantuan cash maupun peralatan. Anggaran bersifat at-cost sesuai kebutuhan masing-masing kegiatan.

“Kami mendorong agar semakin banyak inovasi yang dihasilkan oleh akar rumput yang tersaintifikasi, terlindungi, memenuhi syarat regulasi, diterapkan/dikomersialisasikan, serta memberikan dampak ekonomi bagi inovatornya,” pungkasnya.(L/R1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.