Sumpah Allah Atas Nama Baitul Maqdis (Kajian Surah At-Tiin Ayat 1-2)

Ali Farkhan Tsani

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Da’i Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Indonesia

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman di dalam Al-Quran:

وَٱلتِّينِ وَٱلزَّيۡتُونِ (١) وَطُورِ سِينِينَ (٢)

Artinya: “Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai.” (Qs. At-Tiin [95]: 1-2)

Sumpah Allah

Dalam surah At-Tiin ini, Allah bersumpah dengan beberapa hal, di antaranya dengan dan .

Jika Allah sudah bersumpah atas nama seuatu makhluk-Nya, ini merupakan tanda-tanda dan bukti ketauhidan-Nya serta bukti kekuasaan-Nya atas segala sesuatu. Sumpah juga menunjukkan keagungan bagi-Nya serta menunjukkan kesempurnaan ketuhanan-Nya.

Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu Fatawa mengatakan bahwa sesungguhnya Allah bersumpah dengan yang disumpahi dari makhluk-Nya, adalah dalil akan ketuhanan, ilmu, kekuasaan, keinginan, rahmat, hikmah, keagungan, dan izzah-Nya. Karena sumpah dengannya menunjukkan akan keagungan-Nya.

Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Majmu Fatawa wa Rasail  menguatkan bahwa Allah bersumpah dengan ayat-ayat sumpah merupakan dalil atas keagungan dan kesempurnaan kekuasaan dan hikmah-Nya. Sehingga bersumpah dengannya menunjukkan keagungannya dan tingginya kedudukannya yang mengandung pujian kepada Allah Azza Wa Jalla. Sementara kita manusia tidak dibolehkan bersumpah dengan selain nama Allah.

Begitupun sumpah Allah tentang Tin dan Zaitun, menunjukkan bahwa Allah hendak memuliakan nama tersebut untuk menjadi pelajaran berharga bagi orang yang mau menggunakan akalnya.

Pemandangan Kota Al-Quds. (Foto: NBC.com)
Pemandangan Kota Al-Quds atau . (Foto: NBC.com)

Baitul Maqdis

Sebagian ahli tafsir menyebutkan bahwa sumpah ini menyebutkan nama yang ada di Baitul Maqdis, Palestina.

Qatadah mengatakan bahwa Tin adalah bukit di Damaskus dan Zaitun adalah nama bukit di Baitul Maqdis.

Ada juga mufassirin yang menyebutkan bahwa yang dimaksud di sini adalah nama dua buah yang sudah dikenal oleh orang Arab juga manusia secara umum, yaitu buah Tin dan buah Zaitun.

Sebagian ulama mengaitkan, kalaupun yang dimaksud adalah tempat, maka konteksnya dengan menambah penafsirannya menjadi bukit atau tempat tumbuhnya kedua buah tersebut, yaitu di dataran Baitul Maqdis.

Adapun tempat lainnya yang dipakai sebagai sumpah Allah adalah bukit Sinai yang terletak di kawasan Mesir.

Ibnu Katsir menjelaskan, “Inilah tiga tempat, yang di masing-masing tempat itu Allah telah membangkitkan Nabi-nabi utusan-Nya, Rasul-Rasul yang terkemuka, mempunyai syariat yang besar”.

Tin dan Zaitun

Buya Hamka di dalam tafsir Al-Azhar menguraikan, bahwa dalam ayat pertama: “Demi buah Tin, demi buah Zaitun”, seperti dikatakan Mujahid dan Hasan, kedua buah-buahan itu diambil menjadi sumpah oleh Allah untuk diperhatikan.

Buah Tin diambil sumpah karena dia buah yang terkenal untuk dimakan, dan buah Zaitun karena dia dapat diolah dan diambil minyaknya. Ini menunjukkan tanda penting untuk diperhatikan.

Banyak ahli tafsir cenderung menyatakan bahwa kepentingan kedua buah-buahan itu sendirilah yang menyebabkan keduanya diambil jadi sumpah. Buah Tin adalah buah yang lunak, dan lembut. Sementara Zaitun masyhur karena minyaknya. Dan kedua buah ini banyak sekali tumbuh di Palestina. Di dekat Al-Quds pun ada sebuah bukit yang bernama Bukit Zaitun, karena di sana memang banyak tumbuh pohon zaitun itu.

Buya Hamka menambahkan uraiannya, adapun nama Thurisinina, disebut juga dengan Thursina, atau Sinai atau Thur. Sekarang dikenal dengan sebutan Semenanjung Sinai, wilayah Mesir.

Ayat-ayat ini mengandung hikmah betapa besar manfaat yang dapat diperoleh dari buah Tin dan buah Zaitun. Jauh sebelum manusia mengadakan penelitian tentang Tin dan Zaitun, Allah telah memberi petunjuk lewat ayat ini.

Sungguh Maha Besar Allah yang telah menciptakan semua yang ada di bumi ini tanpa ada yang sia-sia.

Sebagian orang bahkan percaya kalau buah Tin (Bahasa Latin: Ficus carica) adalah buah suci dari taman surgawi. Sedangkan literatur sejarah mencatat kalau buah Tin berasal dari Arab dan sudah ada sejak 4000 tahun sebelum masehi.

Sekarang pohon Tin telah banyak tumbuh dan dibudidayakan secara moderen di negara-negara Timur Tengah, daerah Mediterania bahkan di Indonesia.

Di Timur Tengah maupun Eropa, buah Tin termasuk buah mewah dan mahal. Dulunya hanya dikonsumsi kalangan bangsawan atau pada saat acara-acara istimewa. Seiring dengan majunya teknologi pertanian, kini buah Tin semakin mudah didapat dengan harga yang relatif lebih terjangkau.

Di negara-negara Eropa, buah Tin lebih populer dengan sebutan buah Fig. Sepintas buah ini memiliki rasa dan aroma yang mirip dengan jambu biji. Aromanya harum semerbak, teksturnya empuk, rasanya keset, manisnya sedang, sedikit mengandung air dan berbiji banyak.

Selain sebagai buah di atas meja jamuan, Tin juga sangat lezat dijadikan jus, campuran puding, isi cake, manisan kering atau dikalengkan dalam sirup gula. Tingginya kandungan pektin, menjadikan buah ini sangat cocok dijadikan sebagai bahan baku selai, jelly maupun marmalade dengan rasa lezat dan keharuman semerbak.

Menurut ahli gizi, seperti dalam penelitian California Fig Nutritional Information, buah Tin mengandung serat (dietary fiber) yang sangat tinggi. Setiap 100 gr Buah Tin kering terkandung 12.2 gr serat sedangkan apel hanya mengandung 2.0 gr dan jeruk 1.9 gr.

Para Pakar kesehatan sangat menganjurkan untuk mengkonsumsi Tin secara teratur. Selain dapat membantu membersihkan racun di dalam tubuh, serat terkandung juga mampu mencegah kanker kolon dan penyakit degeneratif lainnya.

Buah Tin juga mengandung antioksidan yang dapat mengikat senyawa karsinogen pemicu sel kanker. Tin juga mengandung asam lemak tak jenuh yang dibutuhkan bagi kesehatan, diantaranya Omega-3 dan Omega-6. lemak ini terbukti berperan dalam pencegahan penyakit jantung koroner. Kelebihan yang lain, buah Tin rendah lemak, rendah sodium, rendah kalori dan bebas kolesterol sehingga sangat cocok dikonsumsi para penderita diabetes mellitus.

Buah ini  mudah diolah oleh alat pencernaan, bermanfaat untuk mengobati sulit buang air besar, bermanfaat untuk hati dan limpa. Buah yang rasanya manis seperti Kurma ini juga lebih mirip sebagai makanan biasa karena mengenyangkan seperti buah Kurma sehingga warga Arab jarang memasukkannya dalam daftar buah-buahan.

Sedangkan Buah Zaitun yang sejak lama telah terkenal dengan khasiatnya untuk kesehatan. Di antaranya dengan makan buah Zaitun dapat mencegah kegemukan. Khasiat ini berasal dari lemak tak jenuh tunggal yang mempercepat pembakaran lemak dan mencegah gula diubah menjadi lemak.

Buah Zaitun juga kaya dengan Vitamin E larut lemak, yang melindungi sel-sel dari radikal-radikal bebas yang berbahaya. Antioksidan ini menguatkan sistem imun, mengurangi penyakit seperti flu sampai 30%.

Buah zaitun juga kaya dengan minyak Oleic Acid, membantu mengurangi tampilan garis-garis halus. Asam lemak ini dapat mengenyalkan kulit dan melindungi elastin kulit dari kerusakan.

Dalam referensi Wikipedia disebutkan, Minyak zaitun atau minyak Olive adalah minyak yang didapat dari buah zaitun (Olea europaea). Minyak zaitun berasal dari pohon zaitun yang tumbuh lambat, memiliki batang keriput dan abu-abu ramping dengan cabang pecah-pecah. Pohon zaitun bisa tumbuh hingga 50 meter di habitat alami mereka dan hidup selama lebih dari 500 tahun.

Minyak Zaitun dapat digunakan untuk memasak, kosmetik, obat herbal, dan sabun, juga sebagai bahan bakar untuk lampu minyak. Manfaat minyak zaitun sangat banyak bagi kesehatan karena mengandung lemak tak jenuh yang tinggi (utamanya asam oleik dan polifenal).

Keutamaan minyak Zaitun sebagai pohon yang diberkahi, Allah sebutkan di dalam ayat:

 ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ‌ۚ مَثَلُ نُورِهِۦ كَمِشۡكَوٰةٍ۬ فِيہَا مِصۡبَاحٌ‌ۖ ٱلۡمِصۡبَاحُ فِى زُجَاجَةٍ‌ۖ ٱلزُّجَاجَةُ كَأَنَّہَا كَوۡكَبٌ۬ دُرِّىٌّ۬ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٍ۬ مُّبَـٰرَڪَةٍ۬ زَيۡتُونَةٍ۬ لَّا شَرۡقِيَّةٍ۬ وَلَا غَرۡبِيَّةٍ۬ يَكَادُ زَيۡتُہَا يُضِىٓءُ وَلَوۡ لَمۡ تَمۡسَسۡهُ نَارٌ۬‌ۚ نُّورٌ عَلَىٰ نُورٍ۬‌ۗ يَہۡدِى ٱللَّهُ لِنُورِهِۦ مَن يَشَآءُ‌ۚ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَـٰلَ لِلنَّاسِ‌ۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمٌ۬

Artinya: “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs. An-Nuur [24]: 35).

Di dalam hadits Rasulullah ‘Alaihi Wasallam menyebutkan hadits yang artinya, “Hendaklah kalian menggunakan minyak zaitun sebagai lauk dan buatlah ia sebagai minyak oles, karena ia (minyak zaitun) berasal dari pohon yang diberkahi.” (HR Abu Daud).

Penutup

Sungguh maha luas hikmah yang Allah limpahkan di dalam ayat-ayat-Nya, wabil khusus ayat tentang Tin, Zaitun dan Sinai. Semoga menjadi pembelajaran untuk kita mengambil ibrahnya.

Sekaligus menjadi tadzkirah buat kita bahwa tempat buah-buahyan itu tumbuh di kawasan Baitul Maqdis hingga saat ini masih dalam jajahan dan penodaan Zionis Israel. Maka, menjadi kewajiban kita semua kaum Muslimin untuk mengembalikan kehormatan dan kemulia Baitul Maqdis. Seperti Allah memuliakan melalui sumpah-Nya.

Seperti juga sumpah panglima Shalahuddin Al-Ayyubi yang bersumpah tidak akan tersenyum selama hidupnya hingga Al-Aqsha, Baitul Maqdis bebas dan dikembalikan ke pangkuan Muslimin. Sumpah itu pun terpenuhi dengan bebasnya negeri penuh berkah itu, di tangannya, di tangan kaum Muslimin atas pertolongan Allah. Aamiin. (P4/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0