Turki dan Peran Besar AKP

erdogan arabic military

Oleh Rifa Arifin, Wartawan  Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ada semacam romantisme sejarah bagi umat Islam ketika berbicara tentang . Negara ini  bagi umat Islam di seantero dunia adalah bagian penting dari kepingan sejarah gemilang peradaban Islam. Negeri itu telah tercatat prestasi sejarah Islam, pernah menjadi pusat kekuasaan dunia Islam yang tidak terkalahkan hampir selama depalan abad dan juga sangat disegani Eropa. Jatuhnya kota Konstatinopel ke tangan Turki pada tahun 1453, kota  yang kemudian beralih nama menjadi Istanbul, adalah saksi sejarah akan kebesaran Khilafah Utsmani, tapi yang sampai kini masih menyisakan luka bagi masyarakat Eropa.

Turki merupakan salah satu bagian terpenting dari sejarah Islam modern. Kebesaran peradaban Islam menjadi kian berpengaruh dan berdiri sejajar dengan peradaban lain ketika pijarnya terang benderang di Turki. Namun sejarah yang masih diingat dan akan terus diingat oleh umat Muslim sedunia itu pun, adalah bahwa sejarah kegemilangan Khilafah yang pada akhirnya berakhir juga. Sebab rakyat Turki dimotori oleh Mustafa Kemal Attaturk secara resmi pada tanggal 3 Maret tahun 1924 menghapus Khilafah di bumi Turki setelah setahun sebelumnya mendeklarasikan perubahan Turki menjadi berbentuk Republik.

Di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal, Turki mendeklarasikan diri sebagai negara sekuler, posisi agama berada di ruang privat di bawah kontrol negara. Sekularisme bagi Mustafa adalah pilihan paling tepat untuk membawa Turki menjadi negara lebih baik sejajar dengan negara-negara Barat, khususnya Eropa. Menurutnya, sekularisme adalah motor penggerak kemajuan pembangunan, sebaliknya, Islam di mata Mustafa Kemal adalah statis dan hanya menghambat pembangunan, sehingga ia tidak memberikan ruang kekebasan bagi apa pun yang berbau Islam. Gagasan sekularisme semakin kokoh karena konstitusi Turki mengehendaki itu, dengan dikawal militer, yang berada di bawah kontrol Mustafa Kemal. Militer adalah tangan besi kekuasaannya untuk mendukung gagasannya.

Baca Juga:  Demonstrasi Mahasiswa Bukti Lemahnya Zionis Israel

Partai Keadilan dan Pembangunan ()

Partai AKP (Adalalet ve Kalkinma Partisi) adalah salah satu wajah baru di kancah perpolitikan Turki, partai yang berbasis Islam. Partai ini didirikan oleh Recep Tayyip Erdogan bersama Abdullah Gul pada tanggal 14 Agustus tahun 2001. Kedua pendiri partai ini tadinya juga merupakan kader partai Redah, partai pimpinan Nercmekin Erbakan yang juga berbasis massa Islam. Dalam proses berikutnya, partai ini mengkonsolidasikan diri untuk ikutserta di berbagai .

Perolehan suara partai-partai Islam selalu menunjukan peningkatan, yakni pada pemilu tahun 1991 meraih 11,9 %, tahun 1994 meraih 19,1 %, 1995 memperoleh 21,1 % suara. Hanya pada pemilu 1999, perolehan suara partai Islam menurun, yakni hanya 15,6 %, tapi perolehan suara partai Islam melalui AKP kembali meningkat tajam pada pemilu 2002 berhasil menguasai 363 dari 550 kursi parlemen. Pada tahun 2007, AKP kembali raih 314 kursi yang diikuti tahun 2011 semakin meningkat dengan jumlah 327 kursi. Akhirnya, pada pemilu pemilihan umum pada 1 November 2015 hasil mengejutkan Partai Keadilan dan pembangunan memenangkan kembali dengan 49,29 % suara atau 314 kursi.

Baca Juga:  Dukungan Mahasiswa AS untuk Palestina Menginspirasi Dunia

Dengan begitu AKP langsung bisa membentuk pemerintahan satu partai harus  tanpa menggandeng atawa berkoalisi dengan partai lain. Ini berbeda dengan pasca pemilu Juli lalu, ketika suara AKP anjlok dan gagal membentuk pemerintahan sendiri tanpa koalisi.

Sejarah AKP sebagai aset

Di sisi lain, kemenangan AKP dalam pemilu terakhir ini, mengejutkan karena pemerintah yang dipimpin AKP tengah menghadapi pelbagai masalah pelik, bom meledak di Ankara menandai sejarah suram terorisme dalam politik Turki,  Partai Pekerja Kurdi (PKK) yang menjadi musuh tradisionalnya telah mengutimatum lepasnya gencatan senjata usai pemilu kemarin, juga NIIS yang tidak kunjung berhenti meneror, ditambah Turki telah menampung ribuan pengungsi Suriah yang saat ini terlanda krisis politik yang akut dan eksesif.

Namun demikian, kemenangan Partai Keadilan Pembangunan (AKP) di Turki sudah bisa ditebak jauh hari sebelum pemilu 1 November kemarin. Ini adalah ledakan dari akumulasi perjuangan sebelumnya. Sebetulnya usia perjuangan AKP tidak jauh berbeda dengan usia Ikhwanul Muslimin (IM), tapi pengalaman jatuh-bangun membuat mereka matang, yang mengubah hanya situasi poitik.

Sejarah adalah aset politik yang tidak ternilai dan aset itu dimiliki AKP. Sejarah yang menandai kejujuran dan konsistensi sebuah partai / organisasi yang dibuktikan dalam perilaku, konsistensi dan stabilitas partai dalam menjalankan garis-garis perjuangannya.

Kinerja yang bersumber dari kapasitas yang besar yang hanya memungkinkan program-program partai dapat terlaksana. AKP membuktikan bahwa kepemimpinan yang mereka miliki luar biasa. Yang lebih menarik pula untuk disimpulkan adalah bahwa bagi rakyat Turki sekarang, Islam dan sekuler bukan lagi pertanyaan masalah, tapi yang penting adalah apa yang dapat diberikan partai kepada rakyat atas nama ideologi. Itulah yang penting karena dalam sistem demokrasi semua ideologi punya hak hidup. Tapi yang menentukan pilihan rakyat adalah kinerja. AKP membuktikan itu dalam berbagai bidang kehidupan negara termasuk ekonomi.

Baca Juga:  Fakta Kebusukan Protokol Zionis Israel

Untuk perbandingan, sebelum tahun 2005 ketika AKP belum berkuasa, kita bahkan masih bisa merasakan kemuraman Istanbul, tapi sejak Turki di bawah AKP, sekarang kota itu hidup dengan jutaan turis setiap tahunnya. Dengan pencapaian 6 juta kunjungan wisatawan menjadi 26 juta setiap tahunnya. Rasanya memadai menggambarkan bagaimana ekonomi bergeliat dibawah AKP.

Demokrasi bukan penjelasan bagi kesejahteraan, sejahtera atau tidak kita harus tetap bebas sebagai manusia merdeka karena bebas itu adalah asas demokrasi. Jadi demokrasi adalah ruang kosong yang bisa diisi dengan semua konten tapi kapasitas kita sebagai bangsa tidak berhubungan dengain itu semua. Dalam ruang kosong itulah rakyat Turki memilih AKP karena kapasitas dan kinerjanya itu yang gagal diwujudkan pemerintah-pemerintah sekuler sebelumnya di sana.

Kompetisi politik dalam demokrasi adalah kompetisi kapasitas, sistem adalah pedang tapi manusia (kapasitasnya) yang menentukan, apakah ia dipakai menebas musuh atau cuma mengiris bawang?!(P013/R02)

Disampaikan dalam acara Bedah Berita MINA (BBM) terbuka di Radio Silaturahim (Rasil) Jakarta            

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Sumber :

  • wikipedia
  • www.aa.com arabic version

Wartawan: Rifa Arifin

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0