Beruntungnya Jika Mendapatkan Syafaat Rasulullah SAW di Hari Kiamat

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Syafaat merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh setiap  Muslim. Mengapa demikian? Karena bila seseorang mendapatkan syafaat pada hari kiamat, maka Allah SWT akan memaafkan kesalahan hamba tersebut dan mengampuni dosa-dosanya.

Atau menyelamatkannya dari neraka setelah dia dipastikan termasuk orang yang harus dihukum masuk ke dalam neraka. Atau, Allah mengeluarkannya dari neraka setelah dia dimasukkan ke dalamnya. Atau derajatnya di surga ditinggikan.

Itulah hal yang diinginkan oleh setiap muslim. Mereka berjuang untuk mendapatkannya dengan berbagai cara, tentunya harus sesuai dengan ketentuan yang telah di ajarkan oleh Rasulullah SAW.

Secara syar’i syafaat sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid adalah menjadi perantara untuk orang lain dalam rangka meraih manfaat atau menghindarkan dari madharat.

Jenis Syafaat Rasul

Syafaat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam itu dua jenis: pertama adalah syafaat untuk seluruh umat manusia. Kedua syafaat Rasulullah SAW yang dikhususkan untuk umat Islam.

Pertama, syafaat Rasul untuk semua makhluk. Rasulullah SAW akan memberikan syafaat kepada seluruh umat manusia pada hari kiamat di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Inilah yang disebut dengan syafaat uzhma (syafaat agung). Syafaat uzhma ini dilakukan saat umat manusia seluruhnya berdiri dalam keadaan yang sangat menderita pada hari kiamat karena menunggu hisab (perhitungan amal).

Mereka akhirnya meminta bantuan kepada para Nabi SAW agar Allah SWT menyegerakan hisab dan peradilan di antara mereka. Mereka meminta pertolongan kepada Adam ‘alaihis salam, lalu Nuh ‘alaihis salam, kemudian Ibrahim ‘alaihis salam, setelah itu Musa ‘alaihis salam dan juga kepada Isa ‘alaihis salam.

Semua nabi merasa tidak memiliki kelayakan untuk meminta syafaat kepada Allah untuk umat manusia karena alasan tertentu. Akhirnya manusia datang kepada Nabi Muhammad SAW agar beliau meminta syafaat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Akhirnya beliau meminta syafaat untuk seluruh umat manusia yang sedang berdiri menunggu hisab pada hari kiamat. Inilah yang disebut dalam firman Allah ta’ala,

وَمِنَ اللَّيلِ فَتَهَجَّد بِهِ نافِلَةً لَكَ عَسى أَن يَبعَثَكَ رَبُّكَ مَقامًا مَحمودًا

“Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat Tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu Mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” [Qs. Al-isra’: 79]

Proses permintaan Syafaat  oleh Rasulullah SAW kepada Allah SWT pada saat itu digambarkan dalam sebuah hadits shahih yang sangat panjang. Namun karena pertimbangan waktu yang terbatas, tidak memungkinkan dibacakan hadits tersebut.

Kedua, syafaat Rasul untuk umatnya. Rasulullah SAW memberikan syafaat kepada umatnya dalam bentuk khusus. Ada beberapa bentuk syafaat jenis ini, yaitu sebagai berikut.

Pertama, syafaat untuk orang-orang yang kebaikan dan keburukannya seimbang. Mereka itulah para penghuni ala’raf. Rasulullah SAW memberikan syafaat kepada mereka agar masuk ke dalam surga. Maka Allah Ta’ala mengizinkan kepada Nabi-Nya sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah ra.

Baca Juga:  AWG Serukan Jamaah Haji Indonesia Boikot Produk Pro-Zionis Israel

أدْخِلِ الجَنَّةَ مِن أُمَّتِكَ مَن لا حِسابَ عليه مِنَ البابِ الأيْمَنِ مِن أبْوابِ الجَنَّةِ

”Masukkanlah ke dalam surga orang-orang dari umatmu yang tidak ada hisab atas dirinya dari pintu surga sebelah kanan.” [No. 194]

Kedua, syafaat bagi para penghuni surga untuk masuk ke dalamnya setelah selesai hisab karena para penghuni surga tidak diperkenankan dan tidak diizinkan untuk masuk ke dalam surga kecuali bila Rasulullah SAW telah memberikan syafaat kepada mereka.

Hal ini sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya dari Anas bin Malik ra, bahwa Nabi SAW bersabda,

أنا أوَّلُ شَفِيعٍ في الجَنَّةِ، لَمْ يُصَدَّقْ نَبِيٌّ مِنَ الأنْبِياءِ ما صُدِّقْتُ، وإنَّ مِنَ الأنْبِياءِ نَبِيًّا ما يُصَدِّقُهُ مِن أُمَّتِهِ إلَّا رَجُلٌ واحِدٌ

“Aku adalah orang pertama yang memberi syafaat di surga. Tidak seorang nabi pun yang dibenarkan (kenabiannya) oleh umatnya sebagaimana aku. Dan sungguh ada seorang nabi yang hanya dibenarkan oleh satu orang saja dari umatnya.”

Dalam sebuah hadits dari Anas bin Malik ra. dia berkata, ”Rasulullah SAW bersabda,’

آتي باب الجنة يوم القيامة فأستفتح فيقول الخازن: من أنت؟ فأقول: محمد، فيقول: بك أمرت لا أفتح لأحد قبلك ” رواه مسلم (333 ).

”Aku mendatangi pintu surga pada hari kiamat. Aku meminta agar pintu itu dibuka. Lantas penjaga pintu surga bertanya, ”Anda siapa?”  Maka aku jawab, ”Muhammad.” Lantas dia berkata, ”Saya diperintah agar tidak membukakan untuk seorang pun sebelum anda.” [HR. Muslim: 333]

Ketiga, syafaat Rasulullah SAW bagi umatnya untuk meninggikan derajat mereka di surga, sebagai sebuah anugerah dan tambahan dan para ulama telah bersepakat mengenai hal tersebut.

Seperti dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (1528) bahwa Nabi SAW berdoa untuk Abu Salamah dengan mengucapkan,

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ ِلأَبِي سَلَمَةَ, وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِي الْمَهْدِيِّيْنَ, وَاخْلُفْ فِيْ عَقِبِهِ فِي الْغَابِرِيْنَ, وَاغْفِرْلَناَ وَلَهُ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ, وَافْسَحْ لَهُ فِيْ قَبْرِهِ, وَنَوِّرْ لَهُ فِيْهِ.

“Ya Allah, ampunilah Abu Salamah dan tinggikanlah derajatnya di kalangan orang-orang yang mendapat pentunjuk, dan jadikanlah anak keturunannya dalam golongan orang-orang yang selamat. Ampunilah untuk diri kami dan dirinya wahai Rabb semesta alam. Lapangkanlah kuburnya dan pancarkanlah cahaya untuknya di dalam kuburnya.”

Keempat, syafaat bagi orang-orang yang masuk surga tanpa hisab. Ini termasuk kategori syafaat menurut Al-Qadhi ‘Iyadh (Ulama Tabi’ut Tabi’in) dan ulama selain dia dengan berdalil sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abdullah bin Abbas ra, dikatakan kepada Nabi SAW, ”Inilah umatmu, bersama mereka ada 70 ribu orang yang masuk ke dalam surga tanpa hisab dan tanpa adzab.”

Kelima, syafaat Rasulullah SAW bagi orang-orang Muslim yang masuk ke dalam neraka untuk mengeluarkan mereka dari neraka. Syafaat ini tidak akan terwujud kecuali bagi orang yang bertauhid. Dalil dari hal ini banyak sekali menurut Syaikh Muhammad Shalih Al Munajid.

Baca Juga:  Al-Qassam Tewaskan Tentara di Timur Rafah

Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya (269) dari Abu Sa’id al-khudri radhiyallahu ‘anhu secara marfu’,

حَتَّى إِذَا خَلَصَ الْمُؤْمِنُونَ مِنْ النَّارِ ، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ بِأَشَدَّ مُنَاشَدَةً لِلَّهِ فِي اسْتِقْصَاءِ الْحَقِّ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ لِلَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لإِخْوَانِهِمْ الَّذِينَ فِي النَّارِ ، يَقُولُونَ : رَبَّنَا كَانُوا يَصُومُونَ مَعَنَا ، وَيُصَلُّونَ ، وَيَحُجُّونَ . فَيُقَالُ لَهُمْ : أَخْرِجُوا مَنْ عَرَفْتُمْ . فَتُحَرَّمُ صُوَرُهُمْ عَلَى النَّارِ ، فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا قَدْ أَخَذَتْ النَّارُ إِلَى نِصْفِ سَاقَيْهِ ، وَإِلَى رُكْبَتَيْهِ

فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : شَفَعَتْ الْمَلَائِكَةُ ، وَشَفَعَ النَّبِيُّونَ ، وَشَفَعَ الْمُؤْمِنُونَ ، وَلَمْ يَبْقَ إِلا أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ ، فَيَقْبِضُ قَبْضَةً مِنْ النَّارِ فَيُخْرِجُ مِنْهَا قَوْمًا لَمْ يَعْمَلُوا خَيْرًا قَطُّ

“Hingga saat orang-orang mukmin selamat dari neraka, Demi jiwaku yang ada di Tangan-Nya. Tidak ada seorang pun di antara kalian yang meminta dengan sangat kepada yang lain yang melebihi kuatnya permohonan dengan sangat kepada Allah dalam meminta penjelasan tentang kebenaran, yang dilakukan oleh orang-orang beriman kepada Allah pada hari kiamat mengenai saudara-saudara mereka (seiman) yang berada di dalam neraka.

Mereka mengatakan, ‘Wahai Tuhan kami, mereka dahulu berpuasa, shalat dan haji bersama kami. Dikatakan kepada mereka, ‘Keluarkanlah orang-orang yang kalian kenal. Maka diharamkanlah gambar mereka dari neraka. Maka banyak sekali orang-orang yang dikeluarkan dari neraka yang telah terbakar api neraka sampai setengah betisnya dan sampai ke kedua lututnya.

Lalu Allah Azza Wa jalla berfirman, ‘Para malaikat telah memberikan syafaat, para Nabi telah memberikan syafaat, orang-orang mukmin telah memberikan syafaat. Tidak tersisa kecuali Arhamur Raahimiin (maksudnya, Allah Ta’ala). Allah menggenggam satu genggaman dari neraka dan mengeluarkan suatu kaum yang belum pernah melakukan kebaikan sama sekali.”

Keenam, syafaat untuk orang-orang beriman yang semestinya masuk ke dalam neraka lalu tidak dimasukkan ke dalam neraka. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW,

ما من مسلم يموت فيقوم على جنازته أربعون رجلا لا يشركون بالله شيئا إلا شفعهم الله فيه) أخرجه مسلم ( 1577 )

“Tidaklah seorang muslim pun yang meninggal dunia kemudian dishalatkan oleh 40 orang yang tidak mensekutukan sesuatu dengan Allah kecuali Allah memberikan syafaat kepadanya.” [HR. Muslim no. 1577]. Ini adala syafaat sebelum masuk neraka, maka Allah memberikan syafaat dalam hal itu.

Baca Juga:  Wahdah Islamiyah se-Indonesia Gelar Aksi Solidaritas Palestina

Ketujuh, syafaat Rasulullah SAW bagi para pelaku dosa besar dari umatnya yang masuk ke dalam neraka. Rasulullah SAW bersabda,

شَفاعتي لأهلِ الكبائرِ مِن أمَّتي

“Syafaatku bagi para pelaku dosa besar dari umatku.” [Hadits riwayat Ibnu Hibban dalam Shahih Ibnu Hiban dari Anas bin Malik, no. 6468]

Kedelapan, syafaat Nabi SAW untuk pamannya, Abu Thalib, agar Allah meringankan siksaan terhadapnya. Rasulullah SAW bersabda,

هو في ضَحْضَاحٍ مِن نَارٍ، ولَوْلَا أنَا لَكانَ في الدَّرَكِ الأسْفَلِ مِنَ النَّارِ

“Dia berada di bagian neraka yang dangkal. kalau bukan karena aku, dia pasti akan berada di tingkatan neraka yang paling bawah.” [HR. Bukhari, dalam Shahih Al-Bukhari dari Al-‘Abbas bin Abdul Muthallib, no. 3883. Shahih].

Syarat Mendapatkan Syafaat Rasul

Untuk mendapatkan syafaat dari Rasulullah SAW itu setidaknya ada tiga syarat yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut.

Pertama, ridha Allah Ta’ala kepada yang memberikan syafaat. Allah Ta’ala berfirman,

وَكَم مِّن مَّلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِن بَعْدِ أَن يَأْذَنَ اللَّـهُ لِمَن يَشَاءُ وَيَرْضَى

Dan betapa banyak malaikat di langit, syafaat (pertolongan) mereka sedikit pun tidak berguna kecuali apabila Allah telah Mengizinkan (dan hanya) bagi siapa yang Dia Kehendaki dan Dia Ridhai. [Qs. An-Najm: 26]

Kedua, ridha Allah Ta’ala kepada yang akan diberi syafa’at. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,

يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَى وَهُم مِّنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ -٢٨-

“Dia (Allah) Mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang yang Diridai (Allah), dan mereka selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” [Qs. Al-Anbiya’: 28]

Ketiga, mendapat Izin Allah SWT untuk memberikan syafa’at. Seperti dalam firman Allah Ta’ala,

اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ

Allah, tidak ada tuhan selain Dia.Yang Maha Hidup, Yang terus menerus Mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. [Qs. Al Baqarah: 255]

Semoga Allah Ta’ala selalu memudahkan setiap langkah kita untuk mendapatkan syafaat dari Rasulullah SAW, aamiin.(A/RS3/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Ismet Rauf