Gas Air Mata Israel Merusak Tubuh Warga Palestina

Polisi Israel menembakkan gas air mata di Bethlehem, 18 Desember 2015. (Foto: Twitter)

 

Kamp pengungsi Aida di daerah yang diduduki Israel di Tepi Barat, mungkin merupakan tempat yang paling terbuka untuk menembakkan gas air mata di dunia, menurut seorang penulis dalam sebuah penelitian terbaru.

Pusat Hak Asasi Manusia Universitas California di Berkeley, Amerika Serikat,  baru-baru ini melaporkan bahwa pasukan keamanan Israel telah menggunakan gas yang “meluas, sering dan sembarangan” terhadap pengungsi Palestina di kamp pengungsi Aida dekat Bethlehem.

Laporan tersebut adalah yang pertama menganalisis dampak gas air mata di Tepi Barat. Didapati bahwa 100 persen dari lebih 200 warga Palestina yang disurvei di kamp Aida terkena gas air mata selama setahun terakhir.

Laporan tersebut berjudul “Tidak Ada Wajah yang Aman: Konsekuensi Kesehatan dari Pemaparan Gas Air Mata Bagi Pengungsi Palestina”. Laporan itu mengumpulkan kesaksian pada musim panas 2017 di kamp pengungsi Aida dan Dheisheh di dekatnya, daerah sempit yang dihuni 6.400 orang pengungsi.

“Kami menemukan bahwa penggunaan gas air mata yang konstan dan tak terduga di kamp-kamp pengungsi Palestina memiliki dampak buruk pada kesehatan mental dan fisik penduduk,” kata rekan penulis laporan tersebut, Dr Rohini Haar, seorang peneliti di pusat Universitas California di Berkeley.

Menurut Dr Haar, efeknya sangat berbahaya bagi orang-orang yang paling rentan, termasuk wanita hamil, anak-anak, orang tua, dan orang-orang yang sudah dalam keadaan sakit.

Baca Juga:  PBB: 630.000 Warga Palestina Mengungsi dari Rafah Sejak 6 Mei

Laporan tersebut mensurvei 236 warga Aida yang semuanya mengatakan bahwa mereka terkena gas air mata pada tahun lalu.

Dari jumlah tersebut, 84 persen orang mengatakan bahwa mereka terpapar saat berada di rumah mereka.

Sesuai namanya, penggunaan gas air mata bertujuan menyebabkan mata seseorang mengeluarkan air dan kulit terbakar.

Warga juga mengatakan kepada penulis laporan tersebut bahwa penggunaan gas air mata oleh tentara Israel “tidak beralasan”.

Kamp berpenduduk padat

Pemuda Palestina melempar balik tabung gas air mata tentara Israel. (Foto: dok. IMEMC)

Kamp pengungsian termasuk lokasi yang paling rentan terhadap paparan gas air mata di wilayah Palestina yang diduduki Israel.

Aida menampung sekitar 6.400 pengungsi Palestina, hanya seluas 0,017 kilometer persegi, menjadikannya sebagai tempat yang paling padat penduduknya di dunia.

Bentrokan antara pasukan keamanan Israel dan penduduk kamp Aida sering terjadi. Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) memperkirakan bahwa setidaknya 376 konfrontasi terjadi antara Januari 2014 hingga 15 Desember 2017.

“Kehidupan kami di sini di kamp, dipenuhi dengan gas air mata, dipenuhi granat setrum, dipenuhi air sigung,” kata Sabreen, seorang ibu berusia 30 tahun.

Air sigung adalah cairan berbau busuk yang sering disemprotkan oleh tentara Israel pada demonstran dan rumah-rumah warga Palestina di Tepi Barat.

Dua tahun yang lalu, seorang tentara Israel difilmkan saat memperingatkan penduduk kamp tersebut.

Baca Juga:  Mantan Mossad: Ekonomi Israel Runtuh dan Kalah Perang di Gaza

“Orang-orang di kamp pengungsi Aida, kami adalah pasukan pendudukan. Anda melempar batu, kami akan memukul Anda dengan gas sampai Anda semua mati. Anak-anak, pemuda, orang tua, Anda semua akan mati,” kata tentara itu.

Penembakan gas air mata di dekat rumah melanggar Kode Etik PBB dan Prinsip-prinsip Dasar PBB tentang Penggunaan Pasukan dan Senjata Api oleh Petugas Penegak Hukum.

Laporan Pusat HAM Universitas California di Berkeley itu juga menjelaskan bahwa rumah dan sekolah di kawasan pendudukan tidak dirancang untuk terlindungi oleh gas air mata, sehingga penduduk hanya memiliki sedikit pilihan untuk menghindarinya atau mengurangi dampaknya.

Jumat, 22 Desember 2017, wartawan Al Jazeera melihat tentara Israel menembakkan ratusan tabung gas air mata ke kerumunan kecil demonstran di daerah yang berbatasan dengan kamp Aida. Bentrokan terbatas juga menyebar ke kamp tersebut, tampak tentara Israel menanggapi dengan lebih banyak gas air mata.

Banyak penduduk kamp memilih mengenakan masker gas untuk melindungi diri mereka sendiri, meski masker itu sulit didapat dan mahal harganya.

Efek yang menghancurkan

Menurut Dr Haar, paparan reguler terhadap gas air mata dapat mempengaruhi semua sistem dalam tubuh.

Warga Palestina menggambarkan berbagai efek fisik dari paparan gas air mata yang sering terjadi, termasuk kehilangan kesadaran, keguguran, masalah pernapasan, asma, batuk, pusing, ruam, sakit parah, dermatitis alergi, sakit kepala, iritabilitas neurologis dan bahkan trauma tumpul dari terhantam tabung gas air mata.

Baca Juga:  Inilah 13 Keutamaan Ibadah Qurban  

Amal Manasra (27), warga Aida, mengatakan bahwa anak perempuannya baru-baru ini terkena gas air mata setelah sebuah tabung ditembakkan oleh tentara Israel mendarat di dekat pintu rumahnya.

“Tingkat oksigennya nol … Dia tercekik … Kami membawanya ke rumah sakit … Dia menghabiskan tujuh hari di sana,” kata Amal tentang anaknya.

Amal mengatakan bahwa mereka terkena gas setiap hari. Gas masuk ke dalam rumah lewat jendela dan bawah pintu.

Dr Haar mengatakan bahwa tidak ada orang lain yang mengalami tingkat gas air mata seperti ini.

Ini adalah racun

Protes terhadap pengakuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota Israel telah meningkatkan paparan gas air mata terhadap warga Palestina.

Warga Palestina juga menduga bahwa gas tersebut telah menjadi lebih tajam.

“Ini bukan gas air mata, itu racun,” kata Thaer, seorang penduduk kamp Aida lainnya, kepada Al Jazeera.

Sementara gas air mata biasanya terdiri dari campuran gas sintetis atau alami, termasuk semprotan merica. Namun, bahan kimia spesifik yang digunakan oleh pasukan keamanan Israel dalam beberapa tahun terakhir tidak diketahui jenisnya.

Menurut Dr Haar, pemerintah Israel berkewajiban untuk mengungkapkan komposisi gas air mata yang digunakannya agar profesional medis dapat mengobati gejala penyebab bahan kimia.

Juru Bicara UNRWA Chris Gunness mengatakan bahwa laporan tersebut menimbulkan kekhawatiran serius tentang penggunaan gas air mata di area yang sangat padat seperti kamp pengungsian di Betlehem. (AT/RI-1/P1)

**** Sumber: tulisan Ibrahim Husseini dan Liam O’Hare di Al Jazeera.

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Ismet Rauf