GNPF MUI: Tidak Ada Makar Pada Aksi Simpatik 55

Ribuan umat Islam datangi PN Jakpus pada 28 April lalu. (Foto: Rendy/MINA)

Jakarta, 7 Sya’ban 1438/3 April 2017 (MINA) – Tekad Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) mengawal penuntasan proses hukum kasus penodaan agama sudah bulat, salah satunya dengan melakukan 55.

Ketua GNPF MUI KH Bachtiar Nasir menegaskan, aksi mendatangi Mahkamah Agung (MA) bukanlah kegiatan , melainkan aksi simpatik memberikan dukungan moril kepada .

“Aksi Simpatik 55 (5 Mei 2017) ini murni untuk menyampaikan aspirasi sekaligus memberikan dukungan moril kepada Majelis Hakim agar tetap independen dalam menjatuhkan vonis yang seadil-adilnya kepada terdakwa Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok,” kata Bachtiar dalam keterangannya yang diterima MINA, Rabu (3/5).

Menurut Bachtiar, aksi ini terjadi karena sudah ada indikasi intervensi kepada Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam persidangan Ahok dengan tuntutan ringan yang menghilangkan unsur penodaan agama dalam perkara tersebut.

“Esensi perjuangan umat Islam tidak ada niat makar sama sekali. Bahkan niat merusak pun tidak ada, apalagi menggulingkan rezim yang sedang berkuasa,” ujarnya.

Rezim yang adil, kata dia, tidak akan digulingkan karena ada rasa keadilan yang merata kepada rakyat. Sementara rezim yang tidak berlaku adil, pasti akan terguling sendiri akibat ketidakadilan kepada rakyat.

“Dan kami datangi manusia itu hanya sebagai wasilah saja. Kami tidak berharap pada siapapun karena kami yakin siapapun yang berkuasa selama dia adil akan tetap langgeng. Tetapi jika sudah tidak adil pasti dia akan tergulingkan. Siapa pun dan apa pun jabatannya. Umat Islam sekarang hanya bermohon kepada Allah SWT. Tidak ada rencana sedikit pun dari kami makar untuk menggulingkan penguasa. Tidak ada niat kami untuk merusak jika ditolak. Tapi berangkat dari masjid dan doa kami pasti dikabulkan oleh Allah SWT. Dia pasti turunkan keadilan-Nya,” paparnya.

Dia menjelaskan, kenapa Aksi Simpatik 55 ini dimulai dari Masjid Istiqlal? Menurutnya, karena gerakan umat harus dimulai dari masjid agar kemurnian aksi tidak didomplengi niat buruk para pendompleng. Lalu kenapa digelar di hari Jumat? Karena hari Jumat adalah hari yang mulia bagi umat Islam.

“Dengan begitu, perjuangan umat Islam tidak lepas dari kemuliaan agama,” tegasnya.

Soal target massa, Bachtiar menegaskan, Aksi Bela Islam adalah aksi damai dan aksi simpatik. Karenanya, umat Islam yang merasa wajib membela dan memperjuangkan agamanya, mereka pasti datang sendiri tanpa dikerahkan.

Karena itu pula, katanya lagi, pendekatan represif kepada umat bukan solusi, karena semakin dilarang, dihalang-halangi, dan diintimidasi, mereka semakin tersulut untuk hadir.

“Itu terbukti pada Aksi 411 dan 212, GNPF tidak melakukan imbauan masif dan terorganisir, namun mereka berdatangan dari daerah karena ada upaya penggembosan yang menghalang-halangi umat Islam menuntut keadilan dan hak mereka,” jelas Bachtiar.(L/R06/RS3)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rendi Setiawan

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.