RAMADHAN HARGA SEMBAKO NAIK DI MYANMAR
Maungdaung, 8 Ramadan 1435/ 6 Juli 2014 (MINA) – Harga kebutuhan pokok terutama makanan buka puasa mengalami kenaikan sejak awal Ramadhan di Maungdaung, Myanmar, kata seorang pedagang.
Sham shu, seorang warga Maungdaung mengatakan, pedagang sengaja mengurangi pasokan barang dagangan dan menjualnya untuk memperoleh keuntungan lebih tinggi selama Ramadhan. Kantor Berita Rohingya (RNA) melaporkan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad.
Seorang penduduk desa miskin bernama Kurshid mengatakan, harga barang komoditi pada Ramadhan hanya diperuntukkan untuk orang kaya, karena melampaui daya beli rata-rata warga.
Harga beras satu karung (50 kg) sebelum Ramadhan 15.000 Kyat, sekarang naik menjadi 17.000 kyat, gula naik 200 kyat per kg, daging kambing naik 200 kyat, begitu juga dengan ikan yang semula hanya 2.500-3000 kyat, setelah Ramadhan menjadi 4.000 kyat.
“Saya hanya mendapat 3.000 kyat dalam sehari, itupun kadang-kadang, jika harga terus melonjak bagaimana saya akan menghidupi keluarga saya jika uang yang ada hanya mampu membeli beras,” kata seorang buruh harian di Maungdaung, Sayed.
Dia mengatakan bahwa sejak kekerasan pada 2012 antara Rohingya dan Rakhine tidak ada pekerjaan bagi masyarakat Rohingya karena sangat dibatasi pergerakan dan sering terjadinya pemerasan.
Meningkatnya harga barang kebutuhan berdampak pada krisis pangan dan kesehatan, kata seorang wakil di kamp Te Chaung yang bertanggung jawab atas distribusi makanan. Ditambah pengusiran Doctors Without Borders (MSF) diusir dari Rakhine yang telah membantu selama 20 tahun lebih memperparah kondisi di Myanmar.
Dari lebih tiga juta penduduk Rohingya, sekitar 1,6 juta tersebar sebagai diaspora di Bangladesh, Pakistan, India, Saudi Arabia, UAE, Thailand, dan Malaysia. Umumnya keberadaan mereka di negara-negara tersebut sangat rentan karena tanpa status kewarganegaraan.
Sejak Juni 2012, diperkirakan 3.000-5.000 orang tewas, tenggelam dan hilang. Banyak ratusan perempuan diperkosa. Permukiman besar dengan ribuan rumah, termasuk masjid dan madrasah, hancur. Setidaknya 1600 orang yang tidak bersalah ditangkap atas tuduhan palsu.
Sebanyak 140.000 orang mengungsi dan memaksa mereka untuk tinggal di segregasi permanen dalam gaya apartheid penuh sesak di kamp-kamp pengungsi jauh dari kota-kota mereka, rumah dan desa di mana tidak ada pendidikan, kurangnya makanan, air, kesehatan dan sanitasi yang tersedia.(T/P08/EO2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Wartawan: Admin
Editor: Widi Kusnadi
Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.