Oleh Bahron Ansori, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Seringkali kita mengalami ketakutan dalam situasi tertentu. Bisa jadi, ketakutan yang dirasakan itu sebagai akibat keberadaan jin atau setan disekitar kita. Tapi kita tidak bisa melihat dan hanya bisa merasakannya. Dalam Islam, Allah dan NabiNya sudah mengajarkan banyak hal agar setiap Muslim bisa terjaga keberadaannya dari gangguan jin dan setan.
Salah satu ilmu dari Allah dan NabiNya yang diajarkan kepada manusia Muslim agar terjaga dari gangguan jin dan setan tersebut adalah dengan membaca dan mengamalkan Ayat Kursi.
Keutamaan ayat kursi seperti dijelaskan Ibnu Katsir dalam tafsirnya, “Ayat kursi ini memiliki kedudukan yang sangat agung. Dalam hadis shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam disebutkan bahwa ia merupakan ayat teragung yang terdapat dalam Al-Quran.” (Tafsir Al-Quran Al-‘Azhim).
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam
Di antara keutamaan Ayat Kursi antara lain sebagai berikut.
1. Ayat yang Paling Agung dalam Al-Quran
Sebagaimana yang ada pada pertanyaan yang diajukan oleh Rasulullah kepada Ubay bin Ka’ab, “Ayat mana yang paling agung dalam kitabullah?” Ubay menjawab, “Ayat kursi.” Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menepuk dada Ubay kemudian berkata, “Wahai Abu Mundzir, semoga engkau berbahagia dengan ilmu yang engkau miliki.” (HR. Muslim).
Ayat Kursi dikategorikan sebagai ayat yang paling agung karena di dalamnya terdapat nama Allah yang paling agung, yaitu Al Hayyu dan Al Qayyum. Namun ulama berselisih pendapat manakah nama Allah yang paling agung.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
2. Keagungannya Melebihi Langit dan Bumi
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tidaklah Allah menciptakan langit dan bumi melebihi agungnya Ayat Kursi (karena di dalam ayat tersebut telah mencakup Nama dan Sifat Allah).”
Sufyan ats-Tsauri berkata, “Sebab Ayat Kursi merupakan (salah satu) kalamullah (perkataan Allah), sedangkan kalamullah itu lebih agung dari ciptaan Allah yang berupa langit dan bumi.” (HR. At-Tirmidzi)
3. Salah Satu Bacaan Dzikir Sebelum Tidur
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Apabila engkau mendatangi tempat tidur (di malam hari), bacalah Ayat Kursi, niscaya Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga waktu pagi.” (HR. Al-Bukhari).
Jadikanlah Ayat Kursi sebagai dzikir rutin yang dibaca ketika hendak tidur. Selain itu, ayat kursi juga termasuk bacaan dzikir pagi dan petang.
4. Salah Satu Sebab Masuk Surga
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca Ayat Kursi setelah selesai shalat, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga kecuali kematian.” (HR. An Nasa-i, dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani).
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Beberapa hadis di atas menunjukkan keutamaan Ayat Kursi. Apabila kita merutinkannya, maka kita akan mendapatkan keutamaan yang sangat banyak. Sejatinya setiap Muslim bersemangat untuk hal yang bermanfaat bagi dirinya, wabil khusus untuk akhiratnya. Ayat Kursi sendiri bukanlah ayat yang panjang dan sulit untuk dihafal.
Kisah Seputar Ayat Kursi
Sahabat Abu Hurairah pernah mendapat pengajaran ilmu dari setan? Dia pernah diajarkan Ayat Kursi dan diberitahukan manfaatnya oleh setan bahwa dengan membaca Ayat Kursi sebelum tidur, Allah akan memberikan penjagaan dan setan pun tidak mengganggu hingga pagi hari. Hal ini yang menunjukkan keutamaan Ayat Kursi.
Dalam Shahih Bukhari disebutkan kisah di atas secara lengkap sebagai berikut,
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ وَكَّلَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ ، فَأَتَانِى آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ ، وَقُلْتُ وَاللَّهِ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . قَالَ إِنِّى مُحْتَاجٌ ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ ، وَلِى حَاجَةٌ شَدِيدَةٌ . قَالَ فَخَلَّيْتُ عَنْهُ فَأَصْبَحْتُ فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَبَا هُرَيْرَةَ مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً فَرَحِمْتُهُ ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ »
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah mewakilkan padaku untuk menjaga zakat Ramadhan (zakat fitrah). Lalu ada seseorang yang datang dan menumpahkan makanan dan mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Demi Allah, aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.”
Lalu ia berkata, “Aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku pun sangat membutuhkan ini.”
Abu Hurairah berkata, “Aku membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata padaku, “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?”
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya.”
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.“
. فَعَرَفْتُ أَنَّهُ سَيَعُودُ لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِنَّهُ سَيَعُودُ . فَرَصَدْتُهُ فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . قَالَ دَعْنِى فَإِنِّى مُحْتَاجٌ ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ لاَ أَعُودُ ، فَرَحِمْتُهُ ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَبَا هُرَيْرَةَ ، مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً ، فَرَحِمْتُهُ فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ »
Aku tahu ia akan kembali sebagaimana yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam katakan. Aku pun mengawasinya, ternyata ia datang dan menumpahkan makanan, lalu ia mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.”
Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir
Lalu ia berkata, “Biarkanlah aku, aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku tidak akan kembali setelah itu.”
Abu Hurairah berkata, “Aku pun menaruh kasihan padanya, aku membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata padaku, “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu?”
Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya pergi.”
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.“
Pada hari ketiga, aku terus mengawasinya, ia pun datang dan menumpahkan makanan lalu mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Ini sudah kali ketiga, engkau katakan tidak akan kembali namun ternyata masih kembali.”
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Ia pun berkata, “Biarkan aku. Aku akan mengajari suatu kalimat yang akan bermanfaat untukmu.”
Abu Hurairah bertanya, “Apa itu?”
Ia pun menjawab, “Jika engkau hendak tidur di ranjangmu, bacalah Ayat Kursi ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum …‘ hingga engkau menyelesaikan ayat tersebut. Faedahnya, Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi hari.”
Abu Hurairah berkata, “Aku pun melepaskan dirinya dan ketika pagi hari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya padaku, “Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?”
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajarkan suatu kalimat yang Allah beri manfaat padaku jika membacanya. Sehingga aku pun melepaskan dirinya.”
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya, “Apa kalimat tersebut?”
Abu Hurairah menjawab, “Ia mengatakan padaku, jika aku hendak pergi tidur di ranjang, hendaklah membaca ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum’. Lalu ia mengatakan padaku bahwa Allah akan senantiasa menjagaku dan setan pun tidak akan mendekatimu hingga pagi hari. Dan para sahabat lebih semangat dalam melakukan kebaikan.”
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun bersabda, “Adapun dia kala itu berkata benar, tapi asalnya dia pendusta. Engkau tahu siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu Hurairah?”
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
“Tidak”, jawab Abu Hurairah. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata, “Dia adalah setan.” (HR. Bukhari no. 2311).
Beberapa faedah hadis di atas antara lain sebagai berikut.
1. Imam Bukhari membawakan hadis di atas dalam Bab “Jika seseorang mewakilkan pada orang lain (suatu barang), lalu yang diwakilkan membiarkannya (diambil), kemudian yang mewakilkan menyetujuinya setelah itu, maka itu boleh. Dan jika dia juga berniat meminjamkan hingga tempo tertentu, juga dibolehkan.”
2. Al Muhallab rahimahullah berkata, “Pelajaran yang bisa diambil dari judul bab, jika yang mewakilkan tidak menyetujuinya, maka orang yang diwakilkan tidak boleh melakukannya.”
3. Hadis ini menunjukkan bahwa zakat fitrah boleh dikumpulkan terlebih dahulu sebelum dibagikan. Sedangkan waktu penyalurannya adalah pada saat malam hari raya Idul Fithri.
4. Ketika pencuri dalam hadis tersebut mengadu pada Abu Hurairah tentang keadaannya yang sangat butuh, Abu Hurairah meninggalkannya. Jadi, seakan-akan Abu Hurairah meminjamkan zakat tersebut pada pencuri tadi hingga waktu tertentu, yaitu ditunaikan saat penyaluran zakat (saat malam Idul Fithri).
5. Boleh mengadukan suatu kemungkaran pada hakim.
6. Hadis ini menunjukkan bahwa jin itu ada yang miskin karena dalam riwayat Abu Mutawakkil sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar disebutkan bahwa setan yang mencuri tersebut mengambil zakat fitrah tadi untuk dibagikan pada fuqoro’ (para fakir) dari kalangan jin.
7. Maksud dari bacaan yang diajarkan setan dapat membawa manfaat adalah jika diucapkan, maka setan laki-laki maupun perempuan tidak akan mengganggu atau mendekat sebagaimana disebutkan dalam riwayat Abu Mutawakkil yang dinukil oleh Ibnu Hajar.
8. Setan itu ada laki-laki dan perempuan.
9. Sifat seorang Muslim adalah selalu membenarkan perkataan Nabinya. Lihatlah bagaimana Abu Hurairah begitu menaruh percaya pada perkataan Rasulnya bahwa besok pencuri tersebut akan datang.
10. Dalam riwayat Abu Mutawakkil disebutkan bahwa Ayat Kursi yang disebutkan dalam hadis dibaca ketika pagi dan petang. Sedangkan riwayat Bukhari di atas menyebutkan bahwa ayat kursi tersebut diamalkan sebelum tidur.
11. Hadis ini menunjukkan keutamaan (fadhilah) dari membaca Al-Quran dan Ayat Kursi yaitu kita akan mendapatkan penjagaan Allah dan terlindung dari gangguan setan.
12. Para sahabat adalah orang yang paling semangat dalam melakukan kebaikan. Oleh karenanya, jika ada satu kebaikan yang tidak mereka lakukan, maka itu tanda amalan itu bukan kebaikan.
13. Setan itu asalnya pendusta.
14. Setan bisa saja mengajarkan sesuatu yang bermanfaat pada orang beriman.
15. Orang fajir (yang gemar maksiat) seperti setan kadang tidak membawa manfaat, lain waktu kadang membawa manfaat.
16. Bisa saja seseorang mengilmui sesuatu namun ia tidak mengamalkannya.
17. Bisa saja orang kafir itu benar dalam sesuatu yang tidak ditemui pada seorang muslim.
18. Orang yang biasa dusta bisa saja jujur pada satu waktu.
19. Setan bisa berubah wujud jadi manusia sehingga bisa dilihat.
20. Hadis ini juga menunjukkan bahwa jin juga memiliki makanan yang sama seperti manusia.
21. Jin bisa berbicara dengan bahasa yang digunakan manusia.
22. Jin bisa mencuri dan mengelabui orang lain.
23. Jin akan menyantap makanan yang tidak disebut nama Allah di dalamnya.
24. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bisa mengetahui hal yang ghaib.
25. Boleh mengumpulkan zakat fitrah sebelum malam Idul Fithri.
26. Boleh menyerahkan zakat fitrah pada wakil untuk menjaga dan menyalurkannya.
27. Dari mana pun ilmu, dari setan sekali pun boleh diterima. Asalkan diketahui bahwa itu benar atau ada bukti benarnya. Namun jika tidak diketahui bukti benarnya, maka tidak boleh mengambil ilmu dari penjahat atau ahli maksiat.
Faedah berharga di atas, kami kembangkan dan ringkaskan dari penjelasan Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Fathul Bari, 6: 487-490.
Sungguh betapa kita mestinya bersyukur menjadi seorang Muslim karena begitu banyak hikmah dan ilmu yang bisa dipetik. Salah satunya adalah keutamaan Ayat Kursi. Semoga kita bisa mengamalkannya.(R02/P4)
sumber: Fathul Bari bi Syarh Shahih Al Bukhari, Ibnu Hajar Al Asqolani, terbitan Dar Thiybah, cetakan keempat, tahun 1432 H
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)