Kathmandu, 9 Rajab 1436/28 April 2015 (MINA) – Pemerintah Nepal, terutama di ibukota Kathmandu, kewalahan dalam berusaha mengatasi kekurangan air minum dan makanan, serta ancaman penyakit bagi korban selamat setelah diguncang gempa 7,9 skala ritcher pada Sabtu (25/4).
Di Kathmandu, puluhan ribu orang menghabiskan malam tidur di taman atau di lapangan golf.
“Kami tidak merasa aman sama sekali. Ada begitu banyak gempa susulan. Ini tidak berhenti,” kata Rajendra Dhungana (34) yang menghabiskan hari Ahad-nya bersama keluarga keponakannya untuk kremasi di Kuil Pashuputi Nath, Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Selasa (28/4).
Warga yang sakit dan terluka berbaring di tempat terbuka, mereka tidak dapat menemukan tempat tidur di rumah sakit yang hancur. Ahli bedah menyiapkan ruang operasi di dalam tenda di Sekolah Kedokteran Kathmandu.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
“Kami kewalahan terhadap permintaan penyelamatan dan bantuan dari seluruh negeri,” kata Deepak Panda, anggota Manajemen Bencana Nasional Nepal.
Sementara itu, ada laporan, air dan sayuran dijual dengan harga tinggi.
Sebagian besar toko-toko di Kathmandu tutup setelah pemerintah menyatakan periode pemulihan selama sepekan.
Pekerja bantuan telah memperingatkan, situasi bisa jauh lebih buruk di wilayah dekat pusat gempa.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Peneliti Geologi Amerika Serikat mengatakan, gempa itu berpusat di dekat Lamjung, sebuah distrik sekitar 80km barat laut Kathmandu. Sementara jalan yang buruk dan pegunungan curam membuat Lamjung sulit dijangkau.
Sementara itu, jumlah korban tewas akibat gempa 7,8 skala richter pada Sabtu (25/4) telah meningkat mencapai lebih 4.000 jiwa.
Polisi Nepal mengatakan di halaman Facebooknya pada Senin malam (27/4), lebih 3.904 kematian telah dihitung sejauh ini dan 7.180 lebih dilaporkan terluka. (T/P001/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)