Melacak Sejarah Islam di Kalbar

Dalam sejarah peradaban Islam di tanah air, dikenal dengan Kesultanan Islam Kadriah sebagai cikal bakal Kota . Pendiri kesultanan tersebut adalah seorang ulama besar dari Hadhramaut, Yaman, bernama Syarief Abdurrahman al-Kadrie. Demikian tulisan dari Ditjen. Bimas Islam Kementerian Agama.

Dikemukakan, menurut tradisi masyarakat Muslim Pontianak, setidaknya terdapat dua jalan proses penyebaran Islam di Wilayah yang dilalui garis Khatulistiwa itu.   Pertama, penduduk pribumi daerah tersebut berhubungan dengan agama Islam lalu berpindah agama menjadi Muslim. Kedua, pemeluk Islam dari negeri asing seperti Arab, India, Cina dan lain-lain bertempat tinggal secara permanen di daerah itu lalu melakukan perkawinan dengan penduduk setempat.

Hal ini terjadi seperti pada kerajaan Tanjungpura, Sambas, Mempawah, Kubu, Pontianak dan lain-lain.   Beberapa hal yang membuat ajaran Islam dengan mudah diterima masyarakat Kalimantan Barat pada abad ke-15, bahkan kemudian menyebar luas hingga ke pedalaman adalah melalui jalan perkawinan, perdagangan, dakwah yang lembut, kesenian, serta melalui kekuasaan.

Penyebaran melalui perkawinan salah satunya dilakukan oleh ayah dari pendiri Kesultanan Kadriyah yang menikah dengan Nyai Tua putri Dayak Kerajaan Matan yang telah memeluk Islam. Sementara penyebaran Islam melalui perdagangan pada mulanya di kawasan pantai seperti Kota Pontianak, Ketapang, atau Sambas, kemudian menyebar kearah perhuluan.

Metode dakwah juga ditempuh oleh para ulama dengan mengajarkan al-Qur’an, fiqh, dan lain-lain. Metode membaca al_Quran yang digunakan adalah metode Baghdadiyah. Sejumlah nama muballigh yang menyebarkan Islam di Kalimantan Barat antara lain Haji Mustafa dari Banjar (1917-1918), Syeh Abdurrahman dari Taif, Madinah (1926-1932), Haji Abdul Hamid dari Palembang (1932-1937), dan lainnya.

Sedangkan penyebaran Islam melalui jalur kekuasaan terjadi pada masa Sultan Aman di kerajaan Sintang. Sedangkan penyebaran ajaran Agama Islam melalui kesenian tradisional dapat dilihat pada tradisi masyarakat di Cupang Gading. Sastra tradisional yang ada di Cupang Gading memperlihatkan adanya pengaruh keislaman. Seperti penyebaran Islam di Pulau Jawa, penyebaran Islam dengan menggabungkan agama dengan kesenian di bagian barat Borneo ini juga mendapat penerimaan yang luas di masyarakat. Berpadunya  nilai lokal dengan  Islam dapat dilihat melalui prosa rakyat yang dikenal dengan istilah bekesah dan melalui puisi tradisional, seperti pantun, mantra, dan syair.

Selain itu Islam juga disebarkan melalui kesenian Jepin Lembut yang ada didaerah Sambas. metode dakwah melalui kesenian inilah yang kemudian menjadi media dakwah dalam menyebarkan Islam di Kalimantan Barat.   Daerah yang pertama kali menerima siaran ajaran agama Islam adalah Pontianak, Matan dan Mempawah. Peristiwa tersebut diperkirakan terjadi antara tahun 1741, 1743 dan 1750.

Pembawa Islam ke Wilayah Garis Khatulistiwa

Menurut salah satu versi pembawa Islam pertama bernama Syarief Husein atau dikenal dengan sebutan Habib Husein, seorang Arab atau dengan nama lain beliau Syarif Abdurrahman al-Kadri, putra dari Svarif Husein. Diceritakan bahwa Syarief Abdurrahman Al-Kadri adalah putra asli Kalimantan Barat. Ayahnya Sayyid Habib Husein al-Kadri, seorang keturunan Arab yang telah menjadi warga Matan. Ibunya bernama Nyai Tua, seorang putri Dayak yang telah menganut agama Islam, putri Kerajaan Matan.

Penyebaran Islam di Kalimantan Barat berjalan secara alamiah. Dakwah Habib Husein al-Kadri kemudian dilanjutkan oleh putranya Syarif Abdurrahman bersama dengan murid-muridnya. Selain di bidang agama, aktivitas dakwah juga berjalan dengan peningkatan sektor ekonomi sehingga  dakwah perintis berjalan dengan ditopang oleh kekuatan finansial.

Kekuatan ekonomi ini  menjadi faktor yang mendukung keberhasilan dakwah, selain jalinan relasi yang luas dengan para pedagang Muslim lainnya. Walaupun bagi Kalimantan barat, datangnya Islam yang dibawa oleh Syarif Husein al­Kadri, Kalimantan barat bukan merupakan daerah pertama yang didatanginya. Dan rentetan kronologi sampai akhirnya beliau menetap dan memusatkan  dakwah di Kalimantan Barat.

Sementara itu, pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk ke Kalbar pada abad ke 15 di pelabuhan Ketapang di kerajaan Sukadana atau lebih dikenal dengan kerajaan Tanjungpura. Selain itu ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa pada tahun 1470 telah berdiri kerajaan Islam dengan rajanya yang bernama Raden Abdul Kahar.

Kerajaan Tanjungpura merupakan salah satu kerajaan Islam  yang telah pula menjalin komunikasi dengan dengan para pedagang dari Arab. Berbagai peningalan yang masih banyak terdapat di daerah Kabupaten Ketapang saat ini.  Para ahli menyebut bahwa bahwa usia makam keramat tujuh maupun keramat sembilan di Kalimantan Barat diperkirakan bermula pada abad ke-15. Disebutkan juga bahwa jauh sebelumnya telah ada kehidupan Islam di daerah Benua Lama, seperti ditemukannya nisan yang kokoh dengan relief Arab di wilayah Kabupaten Ketapang  Kalimantan Barat. (T/P006/P2)

(Sumber: Bimas Islam Kemenag)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Fauziah Al Hakim

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.