SAY NO TO VALENTINE DAYS

vdoleh: Bahron Ansori (Wartawan Mi’raj Islamic News Agency/MINA)

Seperti diketahui setiap tanggal 14 Februari selalu diperingati Valentine’s Day (V’Days) atau apa yang disebut sebagai hari kasih sayang dengan berbagai atribut kemaksiatannya seperti: , pegang sana sini antara lawan jenis, hingga puncak ‘kebanggaannya’ adalah melepaskan keperawanan kaum wanita yang mengikuti acara tersebut.

V’Days sarat dengan ucapan yang membangkitkan syahwat. Hal itu yang bisa membuat umat muslim, terlebih para remaja muslim-muslimah, terjerumus ke dalam jurang kehancuran dan kemurkaan.

Di negeri ini, mayoritas kaum muda yang katanya ber-KTP Islam justeru doyan sekali mengamalkan budaya kaum kafir barat tersebut. “Ketinggalan jaman dan rugi besar,” katanya jika tak bisa merayakan V’Days yang hanya sekali dalam setahun. Hadeuh, entahlah, mengapa justeru yang banyak merayakan budaya kaum kafir itu justeru mayoritas generasi muda Islam. Ada apa ini?

Sejarah V’Days

Ironis, V’Days justeru secara mayoritas di negeri yang katanya memiliki umat Islam terbesar di dunia ini justeru generasi mudanya senang sekali merayakan V’Days. Kebanyakan mereka hanya mengikuti budaya V’Days tanpa tahu bagaimana sejarah sebenarnya. Seperti diketahui hari V’Days (St. Valentin’s Day) sangat ngetop di negara-negara Eropa dan Amerika.

Pada hari itu, kaum remaja merayakannya dengan hura-hura. Mereka datang ke pesta-pesta, berdansa semalam suntuk, saling memberi hadiah coklat, dan pergi bersama pasangannya ke tempat-tempat yang dianggap romantis. Bahkan hal-hal yang hanya boleh dilakukan oleh pasangan suami-istri juga mereka lakukan. Naudzubillah min dzalik.

Di sini, di negeri berbudaya timur ini, ternyata aroma V’Days sangat menyengat para pemuda tanah air. Tak jauh beda dengan generasi muda di luar sana, kaum muslim muslimah di negara ini pun ikut aktif merayakan acara tersebut. Semua pola dan budaya yang ada di hari ‘kasih sayang’ itu mereka jiplak habis-habisan tanpa mau menyadari apakah budaya itu sudah sesuai dengan akhlak seorang Muslim atau tidak.

Seperti diketahui, fenomena V’Days yang marak di lakukan generasi muda muslim seperti memberikan coklat pada kekasih, tukar kado sebagai tanda sayang, bahkan tukar–menukar pasangan untuk semalam, kemudian melakukan free sex. Akibatnya, merebak penyakit – penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS, PMS dan sebagainya di kalangan remaja. V’Days simbol kebebasan perilaku. Dengan V’Days terjadi penghancuran sistematis generasi muda secara tidak langsung.

Ada beberapa versi sejarah dari valentine day itu sendiri. The World Book Encyclopedia (1998) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentines Day: Some trace it to an ancient Roman festival called Lupercalia. Other experts connect the event with one or more saints of the early Christian church. Still others link it with an old English belief that birds choose their mates on February 14. Valentine’s Day probably came from a combination of all three of those sources–plus the belief that spring is a time for lovers? (Beberapa orang menelusuri asal usul Valentine’s Day ke ke sebuah festival Romawi kuno yang disebut Lupercalia. Ahli lain menghubungkan acara tersebut dengan satu atau lebih dari orang-orang kudus gereja Kristen di jaman dulu. Yang lain menghubungkannya dengan keyakinan Inggris kuno bahwa burung memilih pasangan mereka pada tanggal 14 Februari. Hari Valentine mungkin berasal dari kombinasi dari ketiga sumber peristiwa tersebut-plus keyakinan bahwa musim semi merupakan waktu yang tepat untuk para pemadu kasih?)

Beberapa sumber sejarah menyebutkan perayaan valentine day berasal dari perayaan Lupercalia yang merupakan rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love), Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan.

Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Constantine dan Paus Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Glasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St.Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (lihat: The World Book Encyclopedia 1998).

The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian, tidak pernah ada penjelasan siapa St. Valentine itu, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.

Menurut versi pertama,  Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada yang telah menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga ia pun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (lihat: The World Book Encyclopedia, 1998).

Kebiasaan mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Prancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (lihat: The Encyclopedia Britannica, Vol.12  hal.242 , The World Book Encyclopedia, 1998).

Lalu bagaimana dengan ucapan Be My Valentine? Ken Sweiger dalam artikel Should Biblical Christians Observe It? (www.korrnet.org) mengatakan, kata Valentine berasal dari bahasa Latin yang berarti: Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, Tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak – tulis Ken Sweiger – jika kita meminta orang menjadi “be my Valentine”, hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi Sang Maha Kuasa) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.

Dalam Islam hal ini tentu termasuk syirik, artinya menyekutukan Allah. Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi bersayap dengan panah, adalah putra Nimrod, the hunter (dewa Matahari). Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri!

Dampak V’Days

Pertama, munculnya akhlak tasyabbuh yaitu akhlak yang meniru orang lain tanpa mengetahui kenapa dilakukannya hari Valentine’s Day tersebut. Dengan meniru dan merayakan praktek kasih sayang yang tidak benar itu, membuat keluhuran kasih sayang dalam Islam, perlahan tapi pasti, menjadi pudar, tak lagi populer, dan pada akhirnya dapat punah ditelan masa. Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam telah memagari umat ini dengan sabdanya, “Siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk kaum tersebut.” (HR. Tirmidzi).

Kedua, dengan meniru budaya kafir berarti telah menunjukkan ketidakberdayaan umat Islam yang pada gilirannya akan meninggalkan ciri-ciri ketinggian nilai Islam, menanggalkan identitas keislaman. Pada akhirnya, membuat umat Islam berperilaku mengikuti trend yang sedang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Umat Islam ini persis seperti gundukan pasir yang akan terhempas jika diterpa badai.

Ketiga, dengan mengikuti V’Days, bukan saja mengikuti pesta untuk menyatakan kasih sayang namun juga mengikutsertakan pesta miras, seks bebas, fashion, pakaian minim, dansa, dan mengumbar nafsu lainnya. Dalam Islam tak ada jalan untuk berbagi kasih sayang sesama lawan jenis yang bukan mahrom kecuali dengan menikah.

Keempat, V’Days secara tidak langsung memberi keuntungan kepada pihak kapitalis dan menjadikan umat Islam sebagai konsumennya. Mereka yang membuat, memproduksi barang untuk kepentingan perayaan, sementara pembelinya adalah umat Islam sendiri. Sebuah proses pembodohan yang terjalin rapi.

Bukan Budaya Islamvalentine-dalam-islam

Islam adalah agama yang lengkap, bukan sekedar agama. Islam adalah sistem nilai sekaligus sistem hidup. Bagi sebagian orang, Islam adalah jalan hidup (way of life), Islam adalah pembebas, dan Islam adalah penyelamat.

Tetapi bagi kebanyakan orang yang membenci Islam, maka agama syamil (sempurna) itu dianggap sebagai sebuah ancaman. Maka menjadi hal yang biasa jika banyak kalangan sekuler atau yang benci Islam begitu antipati terhadap Islam.

Sejak Islam lahir pun sudah begitu. Berbagai cara digunakan untuk menghancurkanya. Melalui cara terang-terangan atau dengan cara diam-diam.

Upaya paling efektif dan tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk menghancurkan Islam  dan umatnya adalah dengan mengaburkan ajaran Islam. Samuel Zwemer dalam konferensi al Quds untuk para pastur pada tahun 1935 mengatakan, “Sebenarnya tugas kalian bukan mengeluarkan orang-orang Islam dari agamanya menjadi pemeluk agama kalian. Tetapi kalian cukup menjauhkan mereka dari agamanya (Al-Qur’an dan Sunnah).” Nah, salah satu momen yang sering digunakan untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya adalah valentine day.

Kebencian suatu umat kepada Islam ini sebenarnya sudah sejak awal difirmankan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam firman-Nya yang artinya, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)”. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 120).

Islam melarang umatnya untuk mengamalkan suatu amal yang tidak ada sumbernya dari Al Qur’an dan Hadis. Islam juga melarang umatnya untuk menjerumuskan dirinya sendiri dalam kubangan dosa dan maksiat, sebab hal itu akan membuat dirinya sengsara berkepanjangan kelak di akhirat. Allah Ta’ala memerintahkan kepada setiap hamba-Nya untuk membekali diri dengan ilmu dan dengan ilmu itulah ia bisa membedakan mana amalan yang benar dan mana yang salah.

Mengamalkan ibadah namun tak ada dasar dalam Islam, seperti ikut-ikutan merayakan Valentin Day, kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Hal ini seperti disebutkan dalam firman-Nya yang artinya, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawabnya? (Qs. Al-Isra’ [17]: 36).

Kesimpulannya, Valentine Days adalah salah satu strategi ghazwul fikr (perang pemikiran) dari musuh-musuh Islam untuk menghancurkan kekuatan kaum muslimin sehancur-hancurnya. Valentin Days adalah bencana budaya yang merusak generasi Islam. Peringatan Valentine Days sudah waktunya disingkirkan dan jadikan sebagai monumen kecelakaan sejarah yang tidak perlu ditangisi apalagi diikuti. Maka, bagi para orang tua yang mempunyai anak remaja, waspadailah virus busuk Valentin Days ini. Sebab sekali terjerumus, maka dosanya akan didtanggung juga oleh orang tua kelak di akhirat! (T/R02/P3)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Comments: 0