Waketum MUI Ingatkan Pentingnya Kritik dengan Adab Bukan Mencaci

Jakarta, MINA – Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Marsudi Syuhud menekankan pentingnya menyampaikan kritik dengan menggunakan adab yang baik.

“Saat ini sedang ramai tentang kritik, yang mana, mengkritiknya menggunakan kata-kata yang tidak pantas. Ingat, berbicara yang baik tidak harus dengan kata-kata yang kotor, sampaikan kritik itu dengan baik,” kata Marsudi, Senin (7/8).
Marsudi juga menegaskan, kritik boleh disampaikan kepada siapapun, karena merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam berbangsa dan bernegara.

Menurut dia, kritik yang baik sangat diperlukan untuk mengevaluasi dan juga memperbaiki. “Siapa saja yang menjadi pemimpin harus berani membuka diri untuk dikritik,” ujarnya.

“Perlu diketahui, bahwa kritik itu untuk memperbaiki, bukan untuk mencaci. Kritik boleh, kritik adalah vitamin, kritik adalah vaksin untuk memperbaiki, bukan untuk mencaci,” tegasnya.

Baca Juga:  [POPULER MINA] Israel Kalah, Kurban, dan Beasiswa Timur Tengah

Marsudi juga menceritakan kisah Sahabat Abu Bakar Shidiq yang membuka ruang untuk dikritik ketika beliau menjadi kholifah.

Dalam pidatonya Abu Bakar Shidiq menyampaikan: “Wahai manusia, sungguh aku telah didaulat sebagai pemimpin atas kalian, akan tetapi aku bukanlah manusia terbaik diantara kalian, maka bila aku membuat kebajikan, kebaikan atau sesuatu yang sesuai, maka dukunglah aku. Dan jika aku bersikap buruk, tidak baik, keluar dari aturan-aturan, maka luruskanlah aku, karena kejujuran adalah amanah dan dusta adalah pengkhianatan.”

Waketum MUI itu juga menyampaikan, dalam Al-Qur’an disampaikan etika mengkritik yang baik. Pesan tersebut terdapat dalam firman Allah SWT pada surat Al-Ashr ayat 3, yang artinya: “Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasehati supaya menetapi kesabaran.”

Baca Juga:  Duta Al-Quds: Sirah Nabawiyah Perkuat Pembebasan Al-Aqsa

Selaras dengan hal tersebut, Marsudi juga berpesan agar menyampaikan kritik dengan cara yang tepat, dengan data yang sesuai dan tidak melupakan adab serta etika.

“Kritiklah, berilah wasiat-wasiat dengan kebenaran, jangan ada yang bohong, jangan ada yang salah, jangan menggunakan data-data yang tidak tepat (hoax),” katanya memberikan contoh.

Ia berpesan agar mengkritik kebenaran harus disampaikan dengan cara yang benar, cara yang baik dan juga tepat. Mengkritik tidak cukup dengan yang benar saja. Menyampaikan sesuatu yang benar tidak cukup hanya karena faktanya benar, karena diatas kebenaran ada akhlak.

“Pilihlah kata-kata yang bijak, kata-kata yang baik dan data yang benar, maka itu semua akan menjadi hal yang tepat untuk memperbaiki bangsa kita,” ujarnya. (R/R5/B04)

Baca Juga:  Gunungapi Ibu Kembali Erupsi, Warga di Tujuh Desa Dievakuasi

Mi’raj News Agency (MINA)