Bilal Diab Kembali Mogok Makan di Penjara

Bilal Diab (Foto: File)

Ramallah, MINA – Bilal Diab, aktifis Palestina yang dikenal sebagai pejuang kelaparan, yang sedang ditahan di penjara Asqalan, kembali melakukan aksi mogok makan dan telah memasuki hari ketujuh.

Aksi ini untuk memprotes tindakan penahanan administratif tanpa tuduhan atau pengadilan di penjara-penjara Israel, kata Masyarakat Tahanan Palestina (PPS), Selasa (24/10).

Menurut B’Tselem, Pusat Informasi Hak Asasi Manusia Israel di Wilayah Pendudukan, Diab yang berusia 32 tahun, ditahan oleh pasukan pendudukan Israel pada tanggal 14 Juli 2017.

Sebelumnya ia ditahan di bawah penahanan administratif dan melakukan pemogokan 77 hari dengan sesama tahanan Thaer Halahleh pada tahun 2012 lalu, untuk menuntut pembebasannya. Dia melakukan mogok makan selama 20 hari saat dia ditahan oleh pasukan pendudukan pada bulan Juli.

Baca Juga:  Serangan Udara Israel Jatuh dekat Guest House MER-C di Gaza

Diab sebagaimana dilaporkan WAFA yang dikutip MINA, saat ini ditahan secara terpisah di penjara Asqalan di Israel tengah, sebagai pembalasan atas mogok makannya. Sementara menurut Konvensi Jenewa Keempat, melarang sebuah kekuatan pendudukan untuk memindahkan tahanan dari wilayah yang diduduki ke negara pendudukan.

Seorang pengacara PPS yang diizinkan untuk mengunjungi Diab di penjara Asqalan mengatakan, Diab juga menahan diri untuk tidak minum air putih untuk memprotes pengalihannya ke kurungan isolasi dua hari yang lalu.

Diab juga menolak untuk mengkonsumsi makanan atau menjalani pemeriksaan kesehatan apapun. Menurut pengacara, kondisi kesehatan Diab telah memburuk. Saat ini ia menderita kelelahan, sakit kepala, sakit telinga, dan sakit perut serta punggung.

Baca Juga:  Mahkamah Internasional Minta Israel Beri Informasi Soal Zona Evakuasi Gaza

Diab ditempat di sel yang banyak serangga kecil. Tahanan itu diberi kasur tua dan selimut tipis dan menggunakan sepatunya sebagai bantal. Diab tidak diizinkan mandi sejak dia memulai pemogokannya.

“Berdasarkan hukum internasional, diperbolehkan untuk secara administratif menahan seseorang hanya dalam kasus luar biasa, sebagai upaya terakhir untuk mencegah bahaya serius yang tidak dapat dicegah dengan cara yang kurang berbahaya. Penggunaan penahanan administratif Israel secara terang-terangan melanggar peraturan ini. Pihak militer harus membebaskan semua tahanan administratif atau mengadili mereka, sesuai dengan proses hukum,” kata B’Tselem. (T/B05/P1 )

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Zaenal Muttaqin

Editor: Ismet Rauf