Dakwah Islam ala Shamsi Ali di Amerika Pasca 9/11

Bali, MINA – Presiden Nusantara Foundation New York, Amerika Serikat, Shamsi Ali mengatakan kunci dakwahnya dalam menyebarkan Islam dan diterima di AS adalah dengan melakukan pendekatan persuasif.

Hal itu dikatakannya pada saat melakukan safari dakawh di Masjid Baiturrahmah Kampung Jawa Wanasari, Denpasar hari Sabtu (20/1).

“Kota New York sebagian besar warganya merupakan individualis, sehingga ketika kita berkunjung ke rumahnya sambutannya begitu hangat,” katanya.

Sebagaimana yang dilaporkan oleh Kontributor MINA di Bali, selain pendekatan persuasif, Ali juga menggunakan bahasa yang mereka pahami.

“Saya mengenalkan kata masjid ke mereka dengan sebutan Islamic Church artinya tempat ibadah umat islam,” jelasnya.

Alumni Sarjana dan PascaSarjana di Islamic International University Pakistan itu bercerita, ada beberapa orang yang awalnya membeci Islam pasca kejadian 9/11, kemudian hijrah dan mendakwahkan Islam.

Baca Juga:  Sajeriah Jamaah Haji Tunanetra, 14 Tahun Menanti Wujudkan Mimpi ke Tanah Suci

“Matthew atau akrab disapa Matt begitu benci dengan agama Islam yang ia ketahui dan mencaci Nabi Muhammad SAW dengan kata-kata yang tidak pantas. Akhirnya pada kurun waktu 8 bulan ia mengucap kalimat syahadat. Bahkan kini ia menjadi dai dan bila memiliki rezeki lebih akan membagikan Al Quran di pusat-pusat keramaian,” katanya.

Berbeda dengan seorang wanita yang juga seorang peneliti dari Shiva University, Amanda. Shiva University dikenal sebagai salah satu universitas yang mayoritasnya umat Yahudi. Saat di kelas kajian yang diadakan di IsIamic Centre New York, Amanda menyodorkan empat buku pertanyaan setebal skripsi mengenai Islam kepada Ali.

“Lambat laun Amanda menjadi jatuh hati dengan ajaran Agama Islam. Bahkan kini Amanda sudah memeluk Islam dan berkomitmen menggunakan hijab sebagai identitas keislamannya,” tutupnya. (L/Dhani/P3/RS1)

Baca Juga:  Pernyataan Sikap Wahdah Islamiyah Atas Genosida Zionis Israel di Gaza

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Admin

Editor: illa