Jumlah Usia Produktif Besar, Indonesia Berpeluang Tingkatkan Produktivitas

(Foto: LIPI)
(Foto: LIPI)

Jakarta, 2 Jumadil Akhir 1437/11 Maret 2016 (MINA) – Indonesia merupakan salah satu negara berpopulasi tinggi di dunia dengan jumlah penduduk usia produktif 15 hingga 64 tahun yang sangat besar.

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tri Nuke Pudjiastuti, mengatakan bahwa dengan adanya bonus demografi ini, Indonesia diuntungkan dan memiliki peluang untuk dapat menggenjot pertumbuhan produktifitas masyarakatnya.

“Walaupun data menunjukan 70% dari total jumlah penduduk kita adalah usia angkatan kerja, namun kualitasnya masih relatif rendah sehingga berdampak pada pasar tenaga kerja di Indonesia,” kata Tri Nuke dalam seminar nasional bertajuk “Daya Saing Penduduk Menuju Ketahanan Bangsa”, di Jakarta, Kamis (10/3), demikian laman resmi LIPI yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Nuke mengatakan, dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), tenaga kerja Indonesia bisa kalah bersaing dengan tenaga kerja asing yang lebih terampil.

“Kualitas dan keahlian yang dimiliki tenaga kerja kita masih sangat minim sehingga dapat sulit memiliki daya saing,” katanya.

Indonesia saat ini menghadapi persoalan yang cukup pelik terkait kependudukan terutama rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di usia produktif.

Menurutnya, hal ini berbahaya karena era globalisasi memiliki tuntutan tinggi bagi tenaga kerja. Jika masyarakat usia angkatan kerja tidak mampu bersaing, maka sulit bagi mereka untuk mendapat pekerjaan.

“Kehidupan perekonomian akan terganggu. Kemiskinan juga akan meningkat sejalan dengan rendahnya kualitas pendidikan usia angkatan kerja,” tegasnya.

Hal senada juga disampaikan Sri Moertiningsih Adioetomo, Kepala Prodi S2 Ekonomi Kependudukan dan Ketenagakerjaan, Universitas Indonesia saat memberikan pidatonya pada seminar tersebut.

Menurutnya yang perlu dibenahi terlebih dahulu adalah peningkatan kompetensi yang relevan dengan permintaan dunia kerja agar Indonesia dapat mengambil keuntungan dari bonus demografi.

“Tidak kalah pentingnya adalah mengubah karakter seperti soft skill, life skill dan etos kerja. Untuk usia yang akan masuk pasar kerja harus disiapkan sejak dini agar menjadi manusia yang sehat, cerdas dan produktif,” ungkap Sri.

Ia mengungkapkan peran penting pemerintah dalam menciptakan kebijakan sejalan dengan keadaan demografi saat ini seperti menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya dengan kebijakan ekonomi kondusif.

Pemerintah harus melakukan investasi pendidikan dengan keahlian dan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan saat ini.

“Persiapan membangun manusia berkualitas seyogyanya dimulai sejak lahir oleh karena itu membangun ketrampilan kognitif sejak dini sangatlah penting,” ujarnya.

Sri menambahkan, perlu bimbingan dari sejak pertama kali mengenyam pendidikan untuk mempersiapkan penduduk usia produktif menuju dunia kerja.

Hal ini penting agar selama bersekolah mereka paham tentang keahlian yang wajib dimiliki untuk masuk dunia kerja.

“Pendidikan adalah bekal generasi muda untuk mencapai kemandirian dan ini adalah salah satu upaya Indonesia untuk memetik bonus demografi,” pungkasnya. (T/ima/R05)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)