KEUTAMAAN ISTIQOMAH

Oleh Septia Eka Putri*

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Rabb kami ialah Allah, kemudian mereka pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.(Qs. Fushilat: 30).

Ayat di atas menceritakan bahwa orang yang istiqomah dan teguh di atas dan ketaatan, maka malaikat pun akan memberi kabar gembira padanya ketika maut menjemput. Janganlah takut pada akhirat yang akan di hadapi dan janganlah bersedih dengan dunia yang di tinggalkan yaitu anak, keluarga, harta dan tanggungan utang. Karena para malaikat nanti yang akan mengurusnya. Begitu pula mereka diberi kabar gembira berupa surga yang dijanjikan. Dia akan mendapat berbagai macam kebaikan dan terlepas dari berbagai macam kejelekan.

La Tahzan Innallaha Ma’ana, ”jangan bersedih Allah bersama Kita”, sering kali dalam hidup ini ujian menimpa, bebagai bentuk pengujian yang Allah berikan kepada kita, diantaranya : Kehilangan orang tua, sahabat, gagal dalam meraih mimpi, sakit dan musibah lainnya. Tapi sadarkah kita bahwa ada keindahan dibalik itu semua yang Allah janjikan kepada kita melalui tiket kesabaran, ikhlas, ikhtiar dan dalam melalukan itu semua hendaknya kita Istiqomah.

Dalam kehidupan yang fana ini, ingatkah bahwa dunia adalah persinggahan sementara, tidak ada kata istirahat, kecuali beristirahat du Syurga yang Allah janjikan. Istiqomah adalah komitmen dan konsisten dalam tauhid, ibadah dan akhlak. Rahasia besar Istiqomah ialah Hadiah Allah yang diberikan kepada kita,

Mewujudkan Istiqomah

Hakikat Istiqomah sebenarnya hanya dapat direalisasikan dengan mealisasikan ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, hal ini apabila berada di atas perintah Allah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan Rasul-Nya dan semua orang yang berjalan di atas jalannya dengan firman-Nya, “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Hud : 112).

Dalam ayat yang mulia ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam dan kaum mukminin untuk Istiqomah di atas perintah Allah dan Syari’at-Nya. Demikian juga memerintahkan Nabi Musa dan Harun untuk Istiqomah seperti dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, berfirman, “Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui”. (Qs. Yunus 89).

Oleh karena itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam ketika didatangi Sufyaan bin Abdillah Ats-Tsaqofi yang berkata, “Wahai Rasulullah katakan kepadaku ucapan dalam Islam yang aku tidak akan bertanya kepada seorangpun selain Engkau.

Beliau Shalallahu ‘alaihi Wassalam menjawab, “Katakanlah! ” Aku beriman kepada Allah” kemudian Istiqomahlah!” (HR. Muslim).

Subhanallah betapa indah istiqomah ini. Untuk mewujudkan istiqomah harus dilakukan dengan keikhlasan kepada Allah semata, sebab tidak akan terwujud keistiqomahan yang diterima Allah tanpa keikhlasan dalam melaksanakannya. Oleh karena itu, seorang mukmin senantiasa istiqomah berada di atas jalan yang lurus dengan mengikhlaskan semuanya kepada Allah dengan memohon pahala dan keridhoan-Nya.

Dengan demikian jelaslah bahwa keistiqomahan dalam agama yang lurus ini hanya dapat dicapai dengan memohon kepada Allah dan berada di atas syari’at-Nya dengan mengikhlasakan semuanya untuk mengharap pahala dan keridhoan Allah.

Inilah pengertian yang disampaikan para ulama dengan ungkapan, “Tidak ada keistiqomahan kecuali Lillah (ikhlas kepada Allah), Billahi (selalu memohon pertolongan kepada Allah) dan ‘Ala Amrillah (di atas perintah Allah).

Semoga kita bisa mewujudkan istiqomah yang sempurna dalam kehidupan kita.

Pasti Ada Kekurangan dalam Istiqomah

Ketika kita ingin berjalan di jalan yang lurus dan memenuhi tuntutan istiqomah, terkadang kita tergelincir dan tidak bisa istiqomah secara utuh. Lantas apa yang bisa menutupi kekurangan ini? Jawabnnya adalah pada firman Allah Ta’ala, “Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Rabbmu adalah Rabb Yang Maha Esa, maka tetaplah istiqomah pada jalan yan lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (Qs. Fushilat: 6).

Ayat ini memerintahkan untuk istiqomah sekaligus beristigfar (memohon ampun pada Allah). Ibnu Rajab Al Hambali menjelaskan, “Ayat di atas “Istiqomahlah dan mintalah ampun kepada-Nya” merupakan isyarat bahwa seringkali ada kekurangan dalam istiqomah yang diperintahkan. Yang menutupi kekurangan ini adalah istighfar (memohon ampunan Allah). Istighfar itu sendiri mengandung taubat dan istiqomah (di jalan yang lurus).

Kiat Agar Tetap Istiqomah

Pertama, Memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan baik dan benar.

Allah Ta’ala berfirman, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (Qs. Ibrahim: 27)

Kedua,  Mengkaji Al Qur’an dengan menghayati dan merenungkannya. Allah menceritakan bahwa Al Qur’an dapat meneguhkan hati orang-orang beriman dan Al Qur’an adalah petunjuk kepada jalan yang lurus. Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril)menurunkan Al Qur’an itu dari Rabbmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.” (Qs. An Nahl: 102).

Ketiga, Iltizam (konsekuen) dalam menjalankan syari’at Allah. Maksudnya di sini adalah seseorang dituntunkan untuk konsekuen dalam menjalankan syari’at atau dalam beramal dan tidak putus di tengah jalan. Karena konsekuen dalam beramal lebih dicintai oleh Allah daripada amalan yang sesekali saja dilakukan.

Keempat, Membaca kisah-kisah orang sholih sehingga bisa dijadikan uswah (teladan) dalam istiqomah. Contohnya kita bisa mengambil kisah istiqomahnya Nabi Ibrahim.

Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak”. Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”. mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi.” (Qs. Al Anbiya’: 68-70).

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Akhir perkataan Ibrahim ketika dilemparkan dalam kobaran api adalah “hasbiyallahu wa ni’mal wakil” (Cukuplah Allah sebagai penolong dan sebaik-baik tempat bersandar).”

Lihatlah bagaimana keteguhan Nabi Ibrahim dalam menghadapi ujian tersebut? Beliau menyandarkan semua urusannya pada Allah, sehingga ia pun selamat. Begitu pula kita ketika hendak istiqomah, juga sudah seharusnya melakukan sebagaimana yang Nabi Ibrahim contohkan. Ini satu pelajaran penting dari kisah seorang Nabi.

Kelima, Memperbanyak do’a pada Allah agar diberi keistiqomahan. Di antara sifat orang beriman adalah selalu memohon dan berdo’a kepada Allah agar diberi keteguhan di atas kebenaran. Dalam Al Qur’an Allah Ta’ala memuji orang-orang yang beriman yang selalu berdo’a kepada-Nya untuk meminta keteguhan iman ketika menghadapi ujian.

Keenam: Bergaul dengan orang-orang sholih. Allah juga memerintahkan agar selalu bersama dengan orang-orang yang baik. Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar(jujur).” (Qs. At Taubah: 119).

Jika lingkungan atau teman kita adalah baik, maka ketika kita keliru, ada yang selalu menasehati dan menyemangati kepada kebaikan.

Kalau dalam masalah persahabatan yang tidak bertemu setiap saat, kita dituntunkan untuk mencari teman yang baik, apalagi dengan mencari pendamping hidup yaitu suami atau istri. Pasangan suami istri tentu saja akan menjalani hubungan bukan hanya sesaat. Bahkan suami atau istri akan menjadi teman ketika tidur. Sudah sepantasnya, kita berusaha mencari pasangan yang sholih atau sholihah. Kiat ini juga akan membuat kita semakin teguh dalam menjalani agama. Semoga Allah senantiasa meneguhkan kita di atas ajaran agama yang hanif (lurus) ini.

“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu”. Aamiin. Walahu’alam.(Septia Eka Putri/R2)

(Dari berbagai sumber)

*Warwatan MINA

Mi’raj Islamic News Agency

 

Comments: 0